Artikel

Laksamana Cheng Ho: Penjelajah Muslim yang Mengubah Wajah Perdagangan Maritim

  • Zheng He: Pelaut Muslim yang Melegenda dari Dinasti Ming
  • Laksamana Cheng Ho, atau Zheng He, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah penjelajahan laut. Lahir pada 23 September 1371 di Provinsi Yunnan, Tiongkok, Cheng Ho berasal dari suku Hui yang mayoritas anggotanya memeluk agama Islam. Kehidupannya yang penuh petualangan dan dedikasi terhadap penyebaran agama menjadikannya sosok yang dihormati di banyak negara, termasuk di Nusantara.

ZONA PERANG(zonaperang.com) Laksamana Cheng Ho, juga dikenal dengan nama Ma He atau Zheng He, adalah seorang pelaut, diplomat, dan jenderal besar dari Cina yang hidup pada masa Dinasti Ming (1368–1644). Lahir pada tahun 1371 di Yunnan, sebuah provinsi di barat daya Tiongkok, Cheng Ho berasal dari keluarga Muslim yang hidup dalam lingkungan multi-etnis. Sejak kecil, Cheng Ho sudah menunjukkan kecerdasan dan bakat kepemimpinan yang luar biasa.

Sebagai seorang laksamana di bawah pemerintahan Kaisar Yongle, Cheng Ho ditugaskan untuk memimpin armada besar dalam serangkaian ekspedisi perdamaian dan perdagangan yang akan membawanya ke seluruh wilayah Asia dan Afrika. Kisahnya adalah tentang petualangan yang melintasi berbagai benua, misi diplomasi, dan upaya memperkenalkan budaya Cina ke dunia luar. Dalam sejarah Nusantara, nama Cheng Ho juga terkenal sebagai sosok yang berperan dalam mempererat hubungan Tiongkok dengan kerajaan-kerajaan di wilayah ini.

Laksamana Zheng He (alias Cheng Ho, sekitar tahun 1371–1433 M) adalah seorang penjelajah kasim Muslim Tiongkok yang dikirim oleh Kaisar Dinasti Ming Yongle (memerintah tahun 1403–1424 M) dalam tujuh misi diplomatik guna meningkatkan perdagangan dan mengamankan upeti dari kekuatan asing.more

Baca juga : Laksamana Malahayati (Keumalahayati), Pahlawan Perempuan Penumpas Cornelis de Houtman

Baca juga : Bagaimana Zionis Israel mengajarkan anak-anaknya untuk membenci Palestina dan Muslim?

Latar Belakang Cheng Ho: Dari Tahanan Perang Menjadi Laksamana Ternama

Laksamana Cheng Ho yang dikatakan bernama muslim Mahmud Shamsr – lahir sebagai Ma He dari keluarga Muslim Hui yang beretnis Tionghoa. Ketika Dinasti Ming menaklukkan wilayah tempatnya tinggal, Ma He yang kala itu berusia muda ditangkap sebagai tawanan perang. Ia kemudian diambil sebagai kasim ke istana Kaisar Yongle dan berganti nama menjadi Zheng He. Namun, ketangguhan, kecerdasan, serta bakat militernya membuatnya dipercaya dan dilatih dalam berbagai strategi perang serta manajemen armada.

“Setelah ditawan, ia dijadikan kasim dan pelayan di istana. Keberuntungannya berubah ketika ia menjadi orang kepercayaan Pangeran Zhu Di, yang kemudian menjadi Kaisar Yongle. Berkat kedekatannya dengan pangeran, Ma He diangkat menjadi laksamana dan diberi nama Cheng Ho”

Keberhasilan Cheng Ho dalam karir militer di bawah Dinasti Ming membuatnya mendapatkan kehormatan dari Kaisar Yongle. Pada masa itu, Tiongkok memiliki ambisi besar untuk memperkuat pengaruhnya melalui diplomasi damai dan perdagangan, dan Cheng Ho dianggap sebagai sosok yang tepat untuk memimpin misi tersebut.

Armada Raksasa Cheng Ho: Keajaiban Lautan yang Mengguncang Dunia

Di bawah komando Cheng Ho, Dinasti Ming membangun armada kapal yang luar biasa besar, dengan lebih dari 300 kapal dan sekitar 27.000 orang awak. Kapal-kapal ini, yang dikenal sebagai “Junk Besar,” sangat maju untuk ukuran zamannya, dengan teknologi navigasi yang mutakhir serta ukuran yang sangat besar, mencapai lebih dari 120 meter.

Dibandingkan dengan kapal-kapal Eropa pada masa itu, armada Cheng Ho adalah sebuah keajaiban teknik yang menjelajahi laut lepas dengan kecepatan dan kemampuan angkut yang luar biasa.

Perjalanan Cheng Ho: Misi Perdamaian dan Diplomasi Melintasi Asia dan Afrika

Cheng Ho memimpin tujuh ekspedisi besar yang membawa armadanya melintasi Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah, hingga Afrika Timur. Setiap ekspedisi membawa misi perdamaian dan memperkenalkan Tiongkok kepada dunia dengan cara diplomasi dan perdagangan.

“Cheng Ho ditugaskan untuk memimpin tujuh ekspedisi besar antara tahun 1405 hingga 1433. Tugas utamanya adalah menjalin hubungan diplomatik dan perdagangan dengan negara-negara di sepanjang jalur perdagangan maritim. “

Ia membawa barang-barang khas Tiongkok seperti sutra, porselen, dan rempah-rempah untuk diperdagangkan dengan barang-barang dari wilayah yang dikunjunginya. Beberapa daerah yang ia kunjungi antara lain Siam (Thailand), Calicut (India), Sri Lanka, dan wilayah Afrika seperti Kenya dan Somalia.

“Cheng Ho melakukan pelayaran ke berbagai daerah di Asia dan Afrika, termasuk Vietnam, Taiwan, Malaka, Palembang, Sumatera, Jawa, Sri Lanka, India Selatan, Persia, Teluk Persia, Arab, Laut Merah, dan hingga Mesir”

Di setiap pelabuhan yang ia singgahi, Cheng Ho dikenal selalu membawa pesan damai dari kaisar, menawarkan hadiah, serta berupaya membangun hubungan diplomatik dan perdagangan. Hal inilah yang membuat Cheng Ho begitu terkenal sebagai pelaut yang berperan besar dalam mempererat hubungan internasional pada masanya.

Antara tahun 1405 dan 1433 Masehi, Zheng He memimpin armada besar yang membawa barang dagangan dan hadiah bernilai tinggi ke tempat-tempat terpencil seperti Hormuz di Teluk Persia dan Mogadishu di Afrika Timur. Dengan mengikuti rute laut yang ditetapkan, tetapi sering kali menjadi orang Tiongkok pertama yang mendarat di banyak tujuannya, Zheng He secara luas dianggap sebagai penjelajah Tiongkok terhebat yang pernah ada.more

Baca juga : Seven Samurai (1954): Film Legendaris Jepang yang Mengubah Sinema Dunia

Baca juga : 2 Juli 1555 – Laksamana Utsmani Turgut Reis menyerang kota Paola di Italia

Cheng Ho di Nusantara: Membangun Hubungan dengan Kerajaan-Kerajaan Lokal

Salah satu wilayah penting yang dikunjungi Cheng Ho dalam perjalanannya adalah Nusantara. Cheng Ho diketahui singgah di beberapa kerajaan di Nusantara, seperti di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Ia berlayar ke kota pelabuhan penting seperti Palembang dan Semarang. Di Nusantara, Cheng Ho dikenal membawa pesan damai dan menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan seperti Majapahit dan Samudera Pasai.

“Cheng Ho melakukan beberapa perjalanan ke Nusantara, termasuk singgah di daerah-daerah seperti Aceh, Palembang, Bangka, Sunda Kelapa (Jakarta), Cirebon, Semarang, Tuban, Gresik, dan Surabaya. Di setiap tempat tersebut, ia tidak hanya berdagang tetapi juga berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan penduduk lokal.”

Kedatangan Cheng Ho di Nusantara tidak hanya membuka hubungan perdagangan, tetapi juga memperkenalkan nilai-nilai perdamaian dan mempererat ikatan budaya antara Tiongkok dan kerajaan-kerajaan lokal. Bahkan, di beberapa tempat seperti Semarang, warisan Cheng Ho masih hidup dalam bentuk klenteng yang dibangun untuk menghormati laksamana besar ini, yaitu Klenteng Sam Poo Kong. Klenteng ini menjadi simbol hubungan baik yang pernah dijalin antara Tiongkok dan masyarakat setempat di masa lampau.

Selama kunjungannya ke Nusantara, Cheng Ho berperan penting dalam penyebaran Islam. Ia mengadakan interaksi dengan para pedagang Muslim dari Gujarat (India) dan Timur Tengah yang sebelumnya telah hadir di wilayah tersebut.

Ketokohan Cheng Ho dan Warisannya di Sejarah Dunia

Cheng Ho dikenang sebagai sosok yang membawa pengaruh damai dan perdamaian dalam setiap ekspedisinya. Tidak seperti penjelajah Eropa yang lebih sering membawa senjata dan memperluas kekuasaan dengan cara agresif, Cheng Ho membawa hadiah, diplomasi, dan simbol-simbol kehormatan dari Tiongkok. Warisannya tetap dikenang di berbagai wilayah Asia dan Afrika, serta di Nusantara, di mana kedatangannya masih dihormati hingga saat ini.

Cheng Ho membuktikan bahwa kekuatan dan pengaruh tidak selalu harus dilakukan melalui kekerasan, tetapi bisa dengan diplomasi dan saling menghormati. Ia adalah pelaut yang tidak hanya membawa Tiongkok ke dunia, tetapi juga mempererat persahabatan antarbangsa.

“Laksamana Cheng Ho adalah tokoh legendaris yang tidak hanya dikenal sebagai penjelajah ulung tetapi juga sebagai penyebar agama Islam yang damai. Melalui perjalanan panjangnya ke berbagai belahan dunia termasuk Nusantara, ia meninggalkan warisan budaya yang masih dikenang hingga kini.”

Zheng He berasal dari keluarga Hui (Muslim Tionghoa). Ayahnya adalah seorang haji, seorang Muslim yang telah melakukan haji (ziarah) ke Mekkah. Keluarganya mengaku sebagai keturunan gubernur Mongol awal di provinsi Yunnan di Tiongkok barat daya serta dari Raja Muḥammad dari Bukhara (sekarang di Uzbekistan). Nama keluarga Ma berasal dari penafsiran Tiongkok untuk Muḥammad.more
Perbandingan kapal Zheng Ho dan Colombus yang pergi ke benua Amerika

Baca juga : Bangkit dan Runtuhnya Kerajaan Majapahit: Sebuah Cerita Kejayaan dan Kemunduran

Baca juga : KRI Irian (201) : Penjelajah kelas Sverdlov andalan ALRI (TNI-AL) untuk melawan Belanda di Papua

 

 

 

 

 

ZP

Recent Posts

The Battle of Algiers: Ketika Sinema Menyuarakan Sejarah

Jejak Luka Kolonialisme dalam The Battle of Algiers Di antara banyak film sejarah, The Battle…

17 jam ago

Operation Trident: Serangan Malam yang Mengubah Sejarah Perang Indo-Pakistan 1971

Serangan Rudal Pertama di Asia Selatan: Kisah Operation Trident Operation Trident, yang dilaksanakan oleh Angkatan…

2 hari ago

Shalahuddin Merebut Palestina dengan Merangkul Syi’ah?

Shalahuddin dan Dinasti Syi'ah: Kolaborasi atau Konflik? Shalahuddin al-Ayyubi, atau lebih dikenal sebagai Saladin, adalah…

3 hari ago

White Death: Kisah Simo Häyhä, Penembak Jitu Paling Mematikan di Dunia

Legenda dari Hutan Salju: Simo Häyhä dan Peperangan Musim Dingin Simo Häyhä, yang lebih dikenal…

4 hari ago

Pesawat Patroli Maritim Kawasaki P-1: Mata Tajam Penjaga Laut Jepang

Kawasaki P-1: Solusi Canggih untuk Ancaman Maritim Abad ke-21 Kawasaki P-1 adalah pesawat patroli maritim…

5 hari ago

Pertempuran Palmdale 1956: Duel Udara yang Memalukan di Langit California

Ketika Drone Lepas Kendali: Pertempuran Palmdale 1956 Pertempuran Palmdale 1956: Ketika Jet Tempur Gagal Mengalahkan…

6 hari ago