Categories: Artikel

Mengapa Soeharto Tidak Diculik PKI, padahal dia termasuk perwira berpangkat tinggi saat itu?

“…karena kami anggap Jenderal Soeharto loyalis Bung Karno, maka tidak kami jadikan sasaran,” kata Latief dalam buku Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualang.

ZONA PERANG(zonaperang.com) – Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus mengetahui siapa terlebih dahulu Soeharto atau Suharto saat itu dan siapa Jenderal-jendral yang menjadi korban keberingasan Partai Komunis Indonesia.

Arsip Nasional Republik Indonesia menampilkan literatur yang akurat berdasarkan fakta. Semua yang diculik PKI adalah orang-orang yang satu gerbong dengan Ahmad Yani dan Nasution. Kesemuanya Deputy dan Assisten Menpangad plus 1 Brigjen pimpinan Oditur Militer (Mayjen Anm Sutoyo).

Kelompok inilah yang sering berhadapan langsung dengan partai komunis yang didirikan oleh Henk Sneevliet tahun 1914 ini baik saat pertemuan satu meja di kabinet ataupun pada pertemuan/rapat kenegaraan lainnya.

Bisa dibayangkan betapa benci dan dendamnya PKI kepada kelompok petinggi militer ini. Bersama Pak Nas dan Yani para Deputy dan Assiten ini secara kompak dan terang-terangan sering bersitegang dan menentang apa-apa yang diusulkan PKI. Hingga kadang PKI tidak berkutik dibuatnya.

Karena Trikora(bantuan ataupun pembelian senjata dari Uni Soviet) PKI terlihat akrab bersama Bung Karno dalam Nasakom(Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) punya klaim pengikut hingga 10 juta massa, memiliki puluhan Underbow binaan.

Dari yang namanya CGMI(Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia), SOBSI(Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), PR(Pemuda Rakyat), BTI(Barisan Tani Indonesia), Lekra(Lembaga Kebudajaan Rakjat) hingga Gerwani(Gerakan Wanita Indonesia), namun saat itu ABRI tidak gentar menghadapi segala manuver-manuver PKI. mereka dengan tegas selalu melawan usulan-usulan PKI yang dinilai membahayakan Pancasila dan persatuan.

Baca juga : 5 Oktober 1965: Peringatan HUT ABRI Berselimut Duka karena Pengkhianatan G30S/PKI

Baca juga : Peran Suharto dan Sultan HB IX dalam Serangan Umum 1 Maret 1949

Anggota Dewan Jenderal

PKI saat itu mempunyai lebih dari 10 Menteri yang mendukung dan juga punya banyak anggota di Parlemen atau dewan perwakilan rakyat . PKI tinggal berhadapan dengan ABRI agar bisa memuluskan rencananya menguasai Indonesia bila Bung Karno mangkat(meninggal). Namun berulang kali usaha-usaha mereka terpatahkan, saat berhadapan dengan orang yang mereka sebut dalam fitnahan Dewan Jenderal ini.

Dewan Jenderal merupakan sebutan untuk sebuah kumpulan khayalan PKI, dengan maksud agar dipropaganda-kan sebagai grup Jenderal penentang Bung Karno sebagai pemimpin tertinggi revolusi presiden seumur hidup. Sebenarnya tidak ada istilah Dewan Jenderal dalam negara saat itu.

Isu Dewan Jenderal sengaja dihembuskan PKI, namun fakta nyata saat itu menunjukkan bahwa para Jenderal yang dituduh PKI tersebut rupanya semuanya adalah Jenderal yang menentang komunisme di Indonesia, mereka Jenderal yang sangat Pancasilais dan mencintai Bangsa serta patuh pada pemerintah yang sah.

Sejatinya mereka bukan seperti yang dituduhkan PKI, yaitu diam-diam menentang Soekarno. Agar BK dan rakyat membenci mereka, maka PKI mengkondisikan agar fakta sesungguhnya bisa dibalik menjadi fitnahan untuk Dewan Jenderal, hingga ada alasan menyudutkan Pak Nas, Yani dan rekan. Bahkan membunuh mereka.

Soeharto sendiri yang berada di luar kelompok tidak dianggap anggota Dewan Jenderal, Soeharto memang berpangkat Mayjen(mayor Jendral/bintang 2), namun bertugas menjadi Panglima Kostrad. Beliau berada di tengah pasukan, bukan berada di dalam pemerintahan. Otomatis PKI tidak memandang beliau sebagai sosok militer yang berbahaya.

Nasution dan Soeharto
Sepak Terjang Jendral Penentang PKI

Untuk melawan membendung PKI maka ABRI membentuk Partai Politik bernama Golongan Karya(1964), saat itu PKI dengan menggunakan Bung Karno berhasil memfitnah Masyumi dan Murba sampai-sampai BK membubarkan 2 Partai yang menjadi saingan PKI ini. Terbentuknya Golkar membuat PKI kesal, sebab sangatlah sulit untuk dihancurkan karena pendirinya para Jenderal aktif.

Kemudian ketika kampanye Dwikora(Dwi Komando Rakjat) yang mengeluarkan resolusi perang Ganyang Malaysia, PKI yang pernah memberontak juga di tahun 1926 dan 1948 ini membentuk sukwan sukwani alias sukarelawan perang, dengan harapan kelak bisa mereka manfaatkan seperti Tentara Rakyat Komunis di China saat melakukan revolusi.

Namun sial bagi PKI, kecerdasan intelejen Mayjen S.Parman (Asisten I Menteri/ Panglima Angkatan Darat Bidang Intelijen) membuat ABRI tidak terlalu mendukung perang itu.

Perang Ganyang Malaysia itu sendiri akibat provokasi PKI terhadap Bung Karno, agar mendapat bantuan senjata dan dana dari RRC(Republik Rayat Cina), Jenderal intelejen ABRI saat itu begitu ketat memperhatikan segala gerak gerik PKI. Hingga provokasi dan segala giat PKI mampu terbaca oleh ABRI, dan akhirnya konfrontasi dengan Malaysia tidak terlalu serius dijalani dan didukung oleh ABRI khususnya angkatan darat.

Pertentangan terhadap PKI berlanjut, Ahmad Yani selaku Menteri/Panglima Angkatan Darat dan Nasution serta rekan-rekan kembali kompak dan keras menolak usulan angkatan kelima Buruh Tani yang dipersenjatai.

Petinggi ABRI sontak menolak, karena tentara mencium adanya gerakan persiapan pemberontakan dibalik usulan ini jika negara menyetujuinya. Angkatan bersenjata juga melihat ada gelagat/niat PKI untuk membentuk pasukan bersenjata yang ilegal untuk memperkuat posisi mereka, gerakan ini tercium, dan serta merta ABRI menolak keras, meski usulan itu dibalut alasan untuk perang menghadapi Malaysia dan Singapura.

Hal ini ditambah Brigjen D.I Pandjaitan menyita 50 ribu pucuk senjata mencurigakan selundupan dari RRC di Tanjung Priuk, senjata itu sendiri merupakan pesanan PKI, hal ini yang membuat Sakirman(petinggi Politbiro CC PKI)memasukkan nama adikya sendiri yaitu Mayjen S.Parman untuk diculik karena Siswondo Parman adalah Assisten Jend Yani.

Contoh lain adalah ketika begitu kerasnya statemen Jendral Yani prihal pembunuhan Pelda Sujono, anggota TNI di Bandar Betsi(14 Mei 1965), Sumatera Utara oleh segerombolan Komunis, Yani dalam pidatonya memerintahkan kepada semua Prajurit angkatan darat untuk “Asah Sangkurmu” dan bersiap menghadapi Komunis dan segala kemungkinan yang akan terjadi. Artinya Yani memproklamirkan persiapan perang terhadap PKI.

Soekarno bersama Aidit di Ulang Tahun Akbar PKI ke 45 di Senayan tahun 1965

Baca juga : Cina Tawarkan 100.000 Senjata Gratis untuk Angkatan Kelima PKI

Baca juga : Henry Kissinger : mantan Menlu AS yang menyetujui serangan Indonesia ke Timor Leste & Yahudi Peramal Kehancuran Israel, Wafat

Puncak Kemarahan PKI

PKI yang merasa sudah sangat dekat dengan Bung Karno kaget dan sakit hati saat presiden pertama tersebut pernah mengatakan bahwa pengganti dia kelak adalah Ahmad Yani. Aidit dan Syam panik luar biasa, apalagi Tim Dokter RRC mengatakan bahwa umur BK tidaklah lama lagi, antara mati atau lumpuh total.

Aidit berkehendak menjadi Presiden. Namun BK berkehendak lain. Di luar dugaan BK berniat menyerahkan Negara Kepada Yani, tidak kepada Aidit.

Artinya jika Yani jadi Presiden maka kecil kemungkinan PKI untuk menguasai atau berkiprah di Indonesia. Sangat sulit mereka meloloskan niat untuk mengubah Pancasila dan menjadikan Komunis sebagai ideologi Negara. Dan yang pasti barisan S.Parman cs sebagai Deputy dan Assisten tadi semakin solid menentang PKI.

Soeharto walaupun seorang Mayor Jenderal saat itu, namun beliau tidak selalu bersama Nasution dan Yani karena lebih banyak bersama Pasukannya di Kostrad. Dia tidak dalam kapasitas untuk bisa berdebat dan menentang PKI, karena Soeharto bukan memegang jabatan yang mengharuskan dia untuk selalu mendampingi Pak Nas atau Yani.

Soeharto tidak termasuk barisan ABRI yang bisa menganulir tiap usulan sesat PKI di pemerintahan karena Dia hanya perwira tinggi lapangan bukan jendral pembuat keputusan Strategis.

Begitupun Brigjen Oemar Wirahadikusuma dan Kol Sarwo Edhie dan juga para Pangdam teritorial lainnya. Semua rata-rata berpangkat bintang Jenderal. Belum lagi ditambah dengan para Kepala Staf 3 Angkatan lain, kecuali Oemar Dhani yang memang terlibat PKI. Semua mereka adalah Laksamana, Komodor dan Jenderal juga. Namun mereka semua bukan Deputy dan Assisten dan Nasution dan Yani.

PKI beranggapan jika kelompok Nasution dan Yani mereka hancurkan lantas, semua pasukan ABRI akan mampu mereka kuasai.

Ketika Pasukan gabungan dikerahkan Soeharto merangsek masuk ke wilayah Lubang Buaya, para dedengkot PKI panik. “Kita sudah kalah” ujar Brigjen Suparjo pada sore hari tanggal 1 Oktober 1965.

” Jawa tengah akan berbicara teman-teman” balas Sjam Komaruzaman.

Sedang Letkol Untung sepanjang hari hanya diam termenung dan sorenya kabur ke Tegal.

Setelah lolos dari maut, selanjutnya Nasution bergabung dengan Soeharto untuk menyusun strategi melawan PKI. Hal ini juga mementahkan anggapan bahwa Soeharto terlibat PKI selain tidak adanya bukti otentik kehadiran suharto dalam rapat-rapat yang diselenggarakan PKI dalam menyusun rencana pemberontakan atau munculnya nama Suharto dalam persidangan setelah peristiwa usaha kudeta tersebut.

Sekedar Informasi, mudahnya gerakan tersebut dipatahkan juga disebabkan karena Suharto sudah berpengalaman di medan tempur, terbiasa menangani koordinasi pasukan bukan jendral di balik meja atau administrasi seperti Suparjo(Soeharto adalah mantan panglima Mandala pembebasan Irian Jaya/Papua Barat) selain ketidakadaan logistik yang memadai di pikah PKI serta alur komando yang tidak jelas karena dipimpin oleh orang sipil(Syam).

Kesimpulan

Artinya posisi Soeharto dianggap tidak penting, begitupun Pangdam DKI Umar dan Kasal RE Martadinata meski semua mereka adalah Jendral dan Laksamana setingkat Jenderal. Dan PKI bertindak langsung mengumumkan bahwa kekuasaan ABRI sementara diambil alih oleh Letkol Untung. Hal ini disampaikan pada pagi hari 1 Oktober 65 di RRI. PKI memperhitungkan bahwa semua Jenderal lain akan mematuhi pengumuman itu. Tapi perhitungan mereka salah besar.

Baca juga : Aidit, Mao Zedong dan Pidato di Sumur Tua

ZP

Recent Posts

Negara Arab dimata Taliban Afganistan tentang Perjuangan Palestina

ZONA PERANG(zonaperang.com) Konon, ketika pemerintahan pertama Taliban diundang dalam konferensi mengenai isu Palestina di salah…

1 bulan ago

Mesir

Pada tanggal 5 Oktober 1985, selama dinas wajibnya di Pasukan Keamanan Pusat Polisi Mesir di…

1 bulan ago

Fakta unik peranan rusia dalam hubungan dengan Amerika

Siapa yang mendukung Amerika dalam Revolusi Amerika melawan Inggris? RUSIA.

2 bulan ago

Jordan Files : Mengapa kerajaan Yordania melindungi zionis Israel Dari serangan lawan-lawanya?(Bagian ke-2)

ZONA PERANG(zonaperang.com) Salah satu peran yang ditugaskan kepada Yordania adalah koordinasi keamanan, karena Yordania memainkan…

2 bulan ago

Garis waktu perang Kolonial Zionis Israel vs Palestina 8 – 15 Mei 2024 (bagian 27): “Ada indikasi jelas bahwa Israel akan segera berakhir”

Faktor2 pendorong kehancuran rezim Zionis: kurangnya kohesi sosial di tengah masyarakat Israel, ledakan problem ekonomi,…

2 bulan ago

10 Pesawat Terburuk di Perang Dunia ke-2

Dengan meningkatnya ketegangan di Eropa pada akhir tahun 1930-an, beberapa negara seperti Amerika, Inggris, Prancis,…

2 bulan ago