Usamah bin Zaid juga panglima terakhir yang ditunjuk Rasulullah SAW
ZONA PERANG (zonaperang.com) Sejarah Islam mencatat sejumlah panglima perang terhebat sepanjang masa. Salah satunya Usamah bin Zaid. Usamah merupakan panglima Islam termuda sekaligus panglima terakhir yang ditunjuk langsung oleh Rasulullah. Ia mulai memimpin perang pada usia 18 tahun.
Beliau merupakan anak dari sahabat terkenal yang pernah menjadi anak angkat Nabi Muhammad yaitu Zaid bin Haritsah, secara nasab beliau masih termasuk dari keturunan Bani Kalb, sedangkan Ibunya yaitu Ummu Aiman, merupakan salah seorang yang merawat dan mengasuh Nabi Muhammad sewaktu kecil. sehingga akhirnya Ia mendapat julukan lain yaitu “al-Hibbu ibnu al-Hibbi” (anak tersayang dari yang tersayang)
Saat Rasulullah SAW sakit
Saat Rasulullah SAW sakit, para musuh sengaja memanfaatkan keadaan. Mereka mengancam kekuatan Islam dengan membuat gejolak di perbatasan Syam(Lebanon, Palestina, Israel, Suriah, Yordania). Dari arah Yaman bahkan muncul seseorang yang mengaku sebagai nabi.
Tetap memerintahkan perlawanan
Di tengah kondisinya yang tak sehat, Rasulullah tetap memerintahkan perlawanan ke perbatasan negeri Syam. Dia juga menulis surat-surat perintah untuk membasmi nabi palsu. Baginda Nabi menunjuk Usamah sebagai panglima perang di perbatasan Syam. Ia membawahi sahabat lainnya termasuk Umar bin Khattab.
Mempertanyakan keputusan Nabi
Beberapa sahabat mempertanyakan keputusan tersebut sebab banyak sahabat senior dalam pasukan, seperti Sa’ad bin Abi Waqqash, Said bin Zaid, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan lainnya. Mereka dianggap lebih pantas memimpin pasukan. Mendengar berbagai perkataan yang terdengar menyepelekan Usamah, Umar segera menemui Rasulullah. Mendengar kabar itu, Nabi Muhammad sangat marah.
Beliau kemudian bergegas menemui para sahabat di Masjid Nabawi. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Wahai sekalian manusia, aku mendengar pembicaraan mengenai pengangkatan Usamah? Demi Allah, seandai nya kalian menyangsikan kepemimpinannya, berarti kalian menyangsikan juga kepemimpinan ayahnya, Zaid bin Haritsah. Demi Allah Zaid sangat pantas memegang pimpinan, begitu pula dengan putranya Usamah.”
Rasulullah melanjutkan, “Jika ayahnya sangat aku kasihi, putranya pun demikian. Mereka orang baik. Hendaklah kalian memandang baik mereka berdua. Mereka juga sebaikbaik manusia di antara kalian.” Nabi SAW lalu kembali ke rumahnya. Mendengar sabda Rasul, kaum Muslimin mulai datang bergabung dengan pasukan Usamah.
Sebelum berangkat ke medan perang, terlebih dahulu Usamah menemui Rasulullah yang masih sakit. Ketika sang panglima termuda mencium wajah beliau, Rasul tak mengatakan apa pun selain mendoakan sekaligus mengusap kepala Usamah.
Kabar wafatnya Rasulullah
Belum jauh pasukan bergerak. Kabar wafatnya Rasulullah datang sehingga Usamah menghentikan laju pasukannya. Selanjutnya, ia bersama Umar dan Abu Ubaidah bergegas ke rumah Sang Nabi. Melalui musyawarah yang masih diliputi kesedihan, Kaum Muslimin sepakat mengangkat Abu Bakar Ash Shiddiq sebagai Khalifah menggantikan Rasulullah. Abu Bakar kemudian menyuruh Usamah kembali memimpin pasukan, seperti perintah Rasulullah.
Berperang dengan cepat dan tanpa korban
Bersama pasukannya, Usamah bergerak cepat meninggalkan Madinah menuju perbatasan Syam. Setelah melewati beberapa daerah yang masih tetap memeluk Islam, akhirnya mereka sampai di Wadilqura. Dengan strategi perang yang matang, pasukan Usamah mampu mengalahkan musuh secara cepat.
Setelah 40 hari kemudian, mereka kembali ke Madinah membawa sejumlah harta rampasan perang serta tanpa jatuh korban satu pun. Sejak saat itu, putra Ummu Aiman tersebut disegani oleh para sahabat.
Waktu terus berjalan. Usamah pun mengembuskan napas terakhirnya pada 53 Hijriyah atau 673 Masehi. Selama hidupnya, sudah ia dedikasikan untuk membela agama Allah.
Baca juga : Daftar Nama Besar Para Pejuang Islam Sepanjang Masa
Baca juga : 28 Maret 1830, Pangeran Diponegoro ditangkap saat berunding dengan Penjajah Belanda
https://www.youtube.com/watch?v=aPlqlZzs3AU
https://www.youtube.com/watch?v=oyxGJqoqwpc