- Ajaran Ahmadiyah memiliki beberapa pandangan yang berbeda dengan mayoritas umat Islam, seperti klaim Mirza Ghulam Ahmad sebagai Mahdi dan Yesus yang telah kembali. Hal ini membuat Ahmadiyah dianggap sebagai aliran sesat oleh banyak kalangan Muslim.
- Para pengikutnya percaya bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi yang diutus untuk memperbarui dan menyegarkan ajaran Islam sesuai dengan tuntutan zaman
- Penjajahan Inggris di India memberikan lingkungan yang unik bagi pertumbuhan Ahmadiyah.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Ajaran Ahmadiyah adalah salah satu topik yang sering kali menimbulkan kontroversi di dunia Islam. Didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad pada akhir abad ke-19 di India, gerakan ini tidak hanya memicu perdebatan teologis, tetapi juga memiliki hubungan yang erat dengan konteks kolonial Inggris di anak benua India. Bagaimana ajaran ini muncul, dan apa hubungannya dengan penjajahan Inggris?
“Kolaborasi atau Kebetulan? Ahmadiyah dan Penjajahan Inggris di India”
Kemunculan Ajaran Ahmadiyah
Mirza Ghulam Ahmad mendirikan gerakan Ahmadiyah pada tahun 1889, di Qadian, kota kecil di Punjab, India. Ia mengklaim sebagai Mahdi yang dijanjikan, Imam Mahdi, dan juga sebagai inkarnasi dari berbagai figur keagamaan, termasuk Yesus. Pengakuannya sebagai nabi menimbulkan perpecahan besar di kalangan umat Islam, yang umumnya meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir.
Ajaran Ahmadiyah menekankan pentingnya perdamaian, kesetiaan kepada pemerintah yang sah, dan upaya non-kekerasan dalam menyebarkan agama. Namun, ajaran ini juga menimbulkan kritik tajam karena dianggap menyimpang dari ajaran utama Islam.
Baca juga : Britania Raya yang Kejam—kebenaran berdarah tentang Kerajaan Inggris
Baca juga : Kolonialisme Modern: Dukungan Tak Terbatas AS & Sekutu untuk Israel dan Dampaknya yang Meluas
Hubungan dengan Penjajahan Inggris
Pada saat Ahmadiyah muncul, India berada di bawah kekuasaan kolonial Inggris. Hubungan antara Ahmadiyah dan pemerintah Inggris sering kali menjadi bahan spekulasi. Inggris, sebagai kekuatan kolonial, menghadapi banyak tantangan dari gerakan-gerakan kemerdekaan yang umumnya dipimpin oleh kaum Muslim yang menentang pemerintahan kolonial.
Mirza Ghulam Ahmad dan para pengikutnya, di sisi lain, dikenal sebagai kelompok yang mendukung kesetiaan kepada pemerintah Inggris. Ini membuat gerakan Ahmadiyah berbeda dari banyak kelompok Islam lainnya yang terlibat dalam perlawanan terhadap penjajahan.
Beberapa kritikus mengklaim bahwa Ahmadiyah didukung oleh Inggris sebagai cara untuk memecah belah umat Islam dan melemahkan gerakan kemerdekaan. Ahmadiyah dianggap sebagai alat yang digunakan Inggris untuk menanamkan loyalitas di kalangan Muslim kepada pemerintah kolonial, mengurangi semangat perlawanan terhadap penjajahan.
Kontroversi dan Dampaknya
Hubungan antara Ahmadiyah dan Inggris ini menambah lapisan kontroversi dalam gerakan Ahmadiyah. Banyak ulama dan tokoh Islam lainnya melihat gerakan ini sebagai ancaman, bukan hanya dari segi teologis, tetapi juga dari segi politik. Mereka menganggap Ahmadiyah sebagai kolaborator kolonial yang mengkhianati perjuangan Muslim melawan penjajahan.
Namun, dari sudut pandang Ahmadiyah, kesetiaan kepada pemerintah Inggris dilihat sebagai bentuk dari ajaran mereka tentang perdamaian dan ketaatan kepada otoritas yang sah, selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Mereka berargumen bahwa perlawanan bersenjata tidak selalu merupakan jalan yang benar, dan bahwa perdamaian dan dakwah adalah cara yang lebih efektif untuk membawa perubahan.
Kematian sang pendiri
Mirza Ghulam Ahmad, pendiri gerakan Ahmadiyah, meninggal dunia pada tanggal 26 Mei 1908 di Lahore, India Britania (sekarang Pakistan). Menurut catatan sejarah dan keterangan dari para pengikut Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad meninggal karena penyakit diare parah yang menyebabkan dehidrasi dan melemahkan kondisinya.
Penyebab kematiannya sering menjadi bahan perdebatan. Ada juga klaim dari para penentangnya yang mengatakan bahwa dia meninggal karena kolera, hal ini disebabkan terutama terkait dengan klaimnya sebagai Mahdi dan tantangan mubahalah yang pernah diajukan oleh lawan-lawannya.
Warisan dan Pengaruh hingga Kini
Ajaran Ahmadiyah dan hubungannya dengan penjajahan Inggris adalah bagian penting dari sejarah Islam di India. Hubungan ini memperlihatkan bagaimana agama dan politik dapat saling mempengaruhi, dan bagaimana kekuatan kolonial dapat memanfaatkan gerakan keagamaan untuk kepentingan politik mereka. Kontroversi ini juga menunjukkan betapa kompleksnya dinamika antara agama dan kekuasaan dalam konteks penjajahan.
Baca juga : Konflik Poso: Luka yang Dalam di Sejarah Indonesia
Baca juga : Permata Terkutuk: Perjalanan Berlian Cullinan dari Tambang Koloni hingga Mahkota Kerajaan Inggris