ZONA PERANG(zonaperang.com) Operasi Claret adalah serangkaian serangan rahasia lintas batas yang dilakukan oleh pasukan Inggris dan Persemakmuran dari Malaysia Timur (Sarawak dan Sabah) ke Kalimantan Indonesia selama konfrontasi Indonesia-Malaysia (Operasi Dwikora) dari sekitar bulan Juli 1964 hingga Juli 1966.
Operation Claret ini diprakarsai oleh Direktur Operasi Borneo (DOBOPS – Director of Borneo Operations ) Mayor Jenderal Walter Walker dengan persetujuan pemerintah Inggris dan Malaysia. Tujuannya adalah untuk mengambil inisiatif dan membuat pihak militer Indonesia bersikap defensif, alih-alih membiarkan pasukan Indonesia berbasis dengan aman di Kalimantan dan menyerang kapan pun dan di mana pun mereka mau.
“Mayor Jenderal Walter Walker pernah memimpin 4/8 Gurkhas Rifles melawan Tentara Jepang di Burma (Myanmar) selama Perang Dunia Kedua, kemudian bertugas sebagai Panglima Tertinggi Pasukan Sekutu untuk Eropa Utara dari tahun 1969 hingga pensiun pada tahun 1972”
Baca juga : 10 November 1945, Perang Surabaya : Latar Belakang, Kronologi, & Dampak
Baca juga : Insiden Pulau Rote NTT 1999 : “Pertemuan” tidak seimbang Hawk TNI-AU VS F/A-18 Hornet Australia
Pelanggaran yang Tak Terhindarkan
Kebutuhan akan operasi semacam itu dirasakan pada awal Konfrontasi ketika para perencana di London dan Malaysia menyadari bahwa dengan hanya beroperasi di sisi perbatasan Malaysia, mereka membiarkan pihak Jakarta merebut dan memegang inisiatif pertempuran.
Untuk mengatasi hal ini, sebuah strategi yang memungkinkan penyergapan hingga 2.000 meter ke dalam wilayah Indonesia atau mengizinkan pasukan untuk mengejar musuh hingga jarak yang sama serta menggunakan tembakan mortir dan artileri untuk menghantam posisi Indonesia dirancang.
Namun, penting untuk tidak membuat pihak Indonesia kehilangan muka dan mungkin akan meningkatkan konflik, atau untuk memungkinkan Indonesia menunjukkan bukti ‘agresi imperialis’, sehingga operasi Claret sangat dirahasiakan dan tidak pernah dipublikasikan.
Menyangkal semua tuduhan dan Syarat yang harus dipenuhi
Keamanan dan kerahasiaan menjadi hal yang sangat penting karena kebijakan resmi pemerintah menyatakan bahwa pasukan Persemakmuran tidak akan menyeberangi perbatasan. Untuk itu, penyangkalan bertumpu pada ketidakmampuan pihak Indonesia untuk membuktikan bahwa perbatasan telah dilewati.
Tindakan-tindakan yang terjadi di depan mata penduduk desa atau di mana penduduk sipil terbunuh akan sulit untuk dibantah, tetapi pertemuan-pertemuan yang melibatkan, dan dilihat, hanya oleh tentara kedua belah pihak menyulitkan pihak Indonesia untuk membuktikannya.
Nyawa warga sipil tidak boleh dipertaruhkan dan jarak yang dicakup di sisi perbatasan Indonesia harus dibatasi. Para prajurit diperintahkan untuk tidak menjadi atau mengambil tawanan. Tidak ada satu pun yang tewas yang boleh diserahkan kepada musuh.
Operasi-operasi ini sangat rahasia dan tidak diakui secara resmi sampai tahun 1970an. Operasi-operasi tersebut dilakukan oleh berbagai unit, termasuk Angkatan Darat Inggris, Resimen Kerajaan Australia, Pasukan SAS Selandia Baru, dan Angkatan Darat Malaysia.
Baca juga : 28 Februari 1942, Pertempuran Selat Sunda : Kapal perang Amerika dan Australia Vs Armada Kekaisaran Jepang
Operasi gabungan
Operasi ini melibatkan pasukan khusus dan infanteri. Pasukan khusus sebagian besar merupakan patroli pengintaian yang melintasi perbatasan dari negara bagian Sarawak atau Sabah di Malaysia ke Kalimantan di Indonesia untuk menemukan dan memantau pasukan Indonesia yang mungkin menyerang Sarawak atau Sabah.
Operasi-operasi ini secara umum berhasil mencapai tujuan mereka, menimbulkan korban yang signifikan pada pihak Indonesia dan membuat mereka menjadi pihak yang bertahan.
Operasi Claret merupakan operasi yang kontroversial, karena melibatkan pelanggaran kedaulatan Indonesia. Namun, secara umum operasi ini dianggap sebagai tindakan yang diperlukan dan efektif dalam konteks konfrontasi Indonesia-Malaysia yang mungkin bertujuan mengalihkan perekonomian Jakarta yang terus memburuk.
Operasi Claret merupakan operasi penting dalam sejarah pasukan Persemakmuran Inggris. Operasi ini merupakan contoh sukses tentang bagaimana serangan lintas batas dapat digunakan untuk mencapai tujuan strategis. Operasi ini juga menunjukkan pentingnya kerahasiaan dan penyangkalan dalam operasi militer.
Pertempuran Sungei Koemba
Pertempuran Sungei Koemba (27 Mei – 12 Juni 1965) terjadi selama konfrontasi Indonesia-Malaysia. Melibatkan pasukan Australia dan Indonesia, pertempuran ini terdiri dari serangkaian penyergapan yang dilancarkan oleh Batalion ke-3, Resimen Australia (3 RAR), di sepanjang sungai Sungei Koemba Bengkayang di Kalimantan (Kalimantan Barat Indonesia).
Penyergapan tersebut merupakan bagian dari Operasi Claret yang lebih luas yang melibatkan operasi lintas batas oleh unit-unit Inggris-Persemakmuran dari pangkalan di Sarawak, menembus hingga 10.000 yard (9.100 m) ke dalam wilayah hutan Indonesia dengan tujuan untuk mengganggu pergerakan dan pasokan pasukan Indonesia serta untuk membuat mereka menjadi tidak seimbang.
Penyergapan pertama dilakukan oleh dua peleton dari Kompi B pada tanggal 27 Mei 1965 dan mengakibatkan banyak korban dari pihak Indonesia, tanpa ada korban dari pihak Australia. Penyergapan kedua dilakukan dua minggu kemudian dan dilakukan sedikit lebih jauh ke hilir dari penyergapan sebelumnya, kali ini oleh satu peleton dari Kompi C, yang terjadi pada tanggal 12 Juni 1965 dan lagi-lagi mengakibatkan banyak korban jiwa dari pihak militer Indonesia, tanpa ada korban jiwa dari pihak Australia.
Baca juga : PUKUL HABIS, Total Wipeout 1991 : Saat Indonesia & Malaysia bersiap berperang melawan Singapura