Operasi Militer Tufan al-Aqsha: Kuburan Masa Depan dan Ideologi Militer Zionis Israel
ZONA PERANG(zonaperang.com) Operasi Taufan Al-Aqsha, yang dilancarkan oleh Brigade Izzuddin Al-Qassam pada pagi tanggal 7 Oktober 2023, merupakan momen penting dalam konflik Palestina-Penjajah Israel. Operasi ini menampilkan keberanian dan strategi militernya yang efektif, serta menyoroti implikasi geopolitis dan humanitaris yang terkait.
Pukulan maut ini melibatkan kombinasi serangan udara, laut, dan darat, dengan para pejuang milisi perlawanan menyusup ke beberapa pemukiman di wilayah sekitar Gaza. Serangan awal termasuk peluncuran lebih dari 5.000 roket yang menargetkan berbagai lokasi di seluruh negara pendudukan dalam 20 menit pertama.
“Zionisme militer menganggap bahwa keamanan Israel hanya dapat dijamin dengan kekuatan militer yang kuat dan kebijakan pertahanan yang agresif.”
Baca juga : Satgas Merah Putih: Operasi Pembebasan MV Sinar Kudus di Jantung Perompak Somalia
Baca juga : Genjutsu Israel: Menguak Taktik Ilusi Dibalik Kekuatan Militer Super dan “Kepintaran” kaum pilihan
Operasi Taufan Al-Aqsha dimulai dengan serangan mendadak yang menargetkan wilayah selatan Palestina yang diduduki entitas zionis Israel. Dalam waktu singkat, pasukan Al-Qassam berhasil menembus perbatasan dan menguasai pos-pos strategis, bahkan menawan lebih dari 100 orang, termasuk perwira tinggi militer Zionis. Sistem pertahanan Iron Dome, yang dianggap sistem keamanan paling canggih milik kolonialis Israel, ternyata tak berdaya menghadapi roket-roket yang ditembakkan ke wilayah yang dikuasai kaum penjajah.
Ideologi militer Zionis telah menjadi subjek kontroversial global. Operasi Taufan Al-Aqsha menunjukkan bahwa upaya teroris Israel untuk menjaga superioritas militernya terhadap Palestina gagal. Khalil al-Hayya, anggota senior Biro Politik Hamas, menyatakan bahwa operasi ini menghancurkan ilusi superioritas militer penjajah Israel. Hal ini menunjukkan bahwa strategi militernya yang berdasarkan teknologi canggih tidak cukup untuk mengatasi resistansi Palestina yang gigih.
Respon internasional terhadap operasi ini beragam. Sedangkan beberapa negara menyerukan gencatan senjata, pejabat Hamas menegaskan bahwa rezim teror Israel tidak dapat mewujudkan tujunya melalui agresi dan genosida rakyat Gaza. Opini publis juga terpecah, dengan beberapa banyak pihak menyetujui tindakan Hamas sebagai respons atas kekejaman rezim pendudukan Israel.
Baca juga : Afghanistan: Kuburan bagi Bangsa-Bangsa Penjajah
Baca juga : “Kehancuran Amerika: Mengintip Masa Depan Suram dalam Film Civil War”
Jejak Luka Kolonialisme dalam The Battle of Algiers Di antara banyak film sejarah, The Battle…
Serangan Rudal Pertama di Asia Selatan: Kisah Operation Trident Operation Trident, yang dilaksanakan oleh Angkatan…
Shalahuddin dan Dinasti Syi'ah: Kolaborasi atau Konflik? Shalahuddin al-Ayyubi, atau lebih dikenal sebagai Saladin, adalah…
Legenda dari Hutan Salju: Simo Häyhä dan Peperangan Musim Dingin Simo Häyhä, yang lebih dikenal…
Kawasaki P-1: Solusi Canggih untuk Ancaman Maritim Abad ke-21 Kawasaki P-1 adalah pesawat patroli maritim…
Ketika Drone Lepas Kendali: Pertempuran Palmdale 1956 Pertempuran Palmdale 1956: Ketika Jet Tempur Gagal Mengalahkan…