Artikel

Operation Certain Death: Misi Berani SAS Inggris Menyelamatkan Sandera di Sierra Leone

  • Malam yang Mengubah Segalanya: Operasi SAS di Tanah Afrika
  • SAS Inggris berhasil melaksanakan apa yang dianggap banyak orang sebagai misi terbesar mereka sepanjang masa.
  • Operasi Certain Death adalah salah satu operasi militer paling berani dan berisiko tinggi yang pernah dilakukan oleh Pasukan Khusus Angkatan Darat Inggris (SAS). Operasi ini dilaksanakan pada tahun 2000 di Sierra Leone dengan tujuan utama menyelamatkan sebelas orang tentara Royal Irish Regiment dan seorang perwira penghubung dari Sierra Leone yang telah disandera oleh kelompok pemberontak West Side Boys.

ZONA PERANG (zonaperang.com) Pada tahun 2000, Special Air Service atau SAS Inggris melakukan sebuah operasi yang dianggap sebagai misi terbesar mereka sepanjang masa, yang dikenal sebagai Operation Certain Death.

Secara resmi disebut Operation Barras, operasi ini merupakan operasi gabungan antara Paras(Parachute Regiment), SBS(Special Boat Service), Angkatan Laut, dan RAF, tetapi dipelopori oleh SAS. Operasi ini bertujuan untuk menyelamatkan 11 tentara Inggris dari Royal Irish Regiment yang disandera oleh kelompok pemberontak brutal bernama West Side Boys di Sierra Leone, Afrika Barat. Para pemberontak ini terkenal karena kekejaman mereka, termasuk mengamputasi anggota tubuh warga sipil dan memaksa anak-anak menjadi tentara pemberontak.

Karena kerahasiaan tradisional seputar operasi Pasukan Khusus, kisah ini belum pernah diceritakan sebelumnya, tetapi ini adalah salah satu kisah yang ingin diceritakan oleh orang-orang itu sendiri.

Krisis di Sierra Leone

Sierra Leone, sebuah negara di Afrika Barat, dilanda perang saudara yang brutal sejak 1991. Konflik ini melibatkan pemerintah Sierra Leone dan kelompok pemberontak Revolutionary United Front (RUF), yang dikenal karena kekejamannya, termasuk penggunaan anak-anak sebagai tentara dan mutilasi massal terhadap warga sipil.

Pada tahun 2000, situasi semakin memanas ketika RUF menahan 11 anggota pasukan penjaga perdamaian PBB, termasuk beberapa prajurit Inggris, sebagai sandera.

Selama 17 hari berikutnya, para sandera mengalami mimpi buruk di pangkalan hutan para pemberontak. Pemberontak dikenal karena keyakinan aneh mereka bahwa jimat voodoo, kacamata merah muda, wig neon, dan penggunaan narkoba membuat mereka kebal terhadap peluru. Kekejaman mereka mencapai puncaknya ketika kepala anak-anak diarak di tiang di depan para sandera.

Baca juga : Film Argo: Misi Rahasia Menyelamatkan Sandera di Iran

Baca juga : Mengungkap Para Pahlawan: Keberanian Rakyat Indonesia yang Tak Terlihat di Jantung Perjuangan Bosnia (Bagian 1)

Keputusan untuk Melakukan Serangan

Negosiator menyimpulkan bahwa tuntutan West Side Boys yang semakin tidak realistis hanyalah taktik untuk mengulur waktu. Pengintai SAS melaporkan bahwa mereka tidak melihat tanda-tanda tentara yang ditawan selama empat hari mereka berada di posisi tersebut.

Mereka memuja penyiksaan dan pembunuhan. Moto mereka adalah: “Apa yang membuat rumput tumbuh? Darah. Darah. Darah.”

Ada juga kekhawatiran bahwa West Side Boys dapat bergerak lebih jauh ke pedalaman dan membunuh para prajurit atau memindahkan mereka ke lokasi yang akan membuat pasukan Inggris lebih sulit untuk mengekstraksi mereka. Setelah berbagai negosiasi yang tidak membuahkan hasil, pemerintah Inggris akhirnya memutuskan untuk menggunakan opsi militer.

Misi SAS: Operasi Certain Death

Misi penyelamatan sandera ini diberi kode Operation Certain Death, sebuah nama yang mencerminkan risiko tinggi yang dihadapi oleh pasukan SAS. Tujuan utama operasi ini adalah untuk membebaskan sandera dan menetralisir ancaman RUF. SAS, yang dikenal dengan kemampuan tempur jarak dekat, pengintaian, dan operasi khusus, dikerahkan untuk melaksanakan misi ini.

Pasukan SAS tiba di Sierra Leone dengan persiapan matang. Mereka melakukan pengintaian mendalam untuk mengumpulkan informasi tentang lokasi sandera, jumlah pemberontak, dan kondisi medan. Setelah mengidentifikasi lokasi persembunyian sandera, SAS merencanakan serangan mendadak di malam hari untuk memaksimalkan faktor kejutan.

Pada malam 10 September 2000, pasukan SAS bergerak. Dengan menggunakan helikopter, mereka mendekati lokasi sandera di daerah terpencil yang dikuasai RUF. Operasi ini dilakukan dalam kegelapan total, dengan SAS mengandalkan keahlian navigasi malam dan peralatan canggih. Begitu tiba di lokasi, mereka langsung bertempur melawan pemberontak RUF yang jumlahnya jauh lebih besar.

“Pasukan gabungan yang terdiri dari sekitar 75 tentara SAS dan SBS dikirim untuk menyerang pangkalan pemberontak yang dijaga ketat dan diduduki oleh 1.000 musuh.”

SAS dan paras menyerbu desa-desa tempat para sandera ditahan. Helikopter Chinook melepaskan tembakan dengan senapan mesin M134 Minigun sementara helikopter serang Lynx memberondong desa-desa untuk mengamankan zona pendaratan. Operasi itu sukses, tetapi tidak tanpa korban. Satu tentara Inggris, Bradley Tinnion, tewas setelah terluka selama operasi. Dua belas tentara lainnya terluka, satu di antaranya serius.

Baca juga : 7 Oktober 2023, Operation Al-Aqsa Flood: Simbol Perlawanan Rakyat Palestina terhadap Penjajahan Israel

Baca juga : Operation Algeciras : Operasi Rahasia Argentina yang Gagal di Gibraltar selama Perang Malvinas / Falklands

Operation Certain Death: Ketika SAS Menantang Maut di Jantung Sierra Leone

Bayangkan sebuah desa terpencil di tengah hutan lebat Sierra Leone, dikelilingi rawa-rawa dan sungai yang berkelok. Pada Agustus 2000, udara dipenuhi aroma darah dan asap, sementara suara jeritan sesekali terdengar dari para tawanan. Di sini, sebelas tentara Inggris dari Royal Irish Regiment ditawan oleh kelompok pemberontak brutal bernama West Side Boys—sebuah geng yang terkenal dengan kekejaman, narkoba, dan ritual mengerikan mereka.

Ketika negosiasi gagal dan nyawa taruhannya semakin tipis, British SAS, bersama pasukan elit lainnya, meluncurkan misi yang mereka juluki Operation Certain Death—sebuah serangan berani yang akan tercatat sebagai salah satu operasi paling epik dalam sejarah pasukan khusus.

Operasi ini, yang secara resmi dinamakan Operation Barras, terjadi pada 10 September 2000. West Side Boys, dipimpin oleh Foday Kallay, adalah kelompok yang tak terduga namun mematikan. Mereka mengenakan kulit monyet, memamerkan kepala manusia di tiang sebagai trofi, dan percaya bahwa mantra serta obat-obatan membuat mereka kebal peluru. 

Mereka menawan tentara Inggris di Gberi Bana, sebuah kamp yang diperkuat di tepi Sungai Rokel, menuntut obat-obatan, pembebasan tahanan, dan pengakuan dari pemerintah Sierra Leone yang dilanda perang saudara selama satu dekade. Ketika pembicaraan buntu dan ancaman eksekusi menggantung, pemerintah Inggris memutuskan tindakan tegas adalah satu-satunya jalan.

Misi itu dirancang dengan presisi mematikan. Sebanyak 40 anggota D Squadron 22 SAS memimpin serangan, didukung oleh 100 pasukan dari A Company 1 Para (Parachute Regiment) dan tim kecil dari Special Boat Service (SBS). 

Dua tim pengintai SAS menyusup lebih dulu menggunakan perahu karet, memetakan lokasi sandera dan kebiasaan pemberontak yang sering mabuk akibat ganja dan palm wine. Pada pukul 06:30 pagi, tiga helikopter Chinook—didukung dua Lynx bersenjata—mendaratkan pasukan di dua desa strategis, Gberi Bana dan Magbeni. Dalam 30 menit pertempuran sengit, SAS dan Para menghadapi ratusan pemberontak yang bersenjatakan AK-47 dan peluncur roket RPG.

Pertarungan itu kacau dan berdarah. SAS menyerbu kamp utama, menghabisi penjaga dan mengevakuasi sandera di tengah tembakan bertubi-tubi. Di Magbeni, Para menghancurkan kendaraan dan senjata pemberontak, memotong jalur pelarian mereka. 

Satu tentara Inggris, Bombardier Brad Tinnion, tewas oleh tembakan musuh, sementara 25 West Side Boys—termasuk Kallay yang ditangkap—terbunuh. Lebih dari 150 pemberontak lainnya tewas atau melarikan diri, dan dalam dua minggu, 300-an menyerah ke pasukan PBB (UNAMSIL). Semua sandera Inggris, ditambah seorang perwira Sierra Leone dan 22 warga sipil, diselamatkan—sebuah kemenangan luar biasa melawan peluang “bunuh diri” 5 banding 1.

Mengapa disebut Certain Death? Nama itu muncul dari para prajurit sendiri, mencerminkan risiko ekstrim: jumlah musuh yang jauh lebih banyak, medan asing, dan ketidakpastian nasib sandera. Namun, keberanian SAS dan koordinasi sempurna dengan Para serta SBS membalikkan prediksi itu. Operasi ini bukan hanya penyelamatan; ia mengakhiri teror West Side Boys dan membantu menstabilkan Sierra Leone, menutup satu babak brutal dari perang saudara yang telah merenggut 50.000 nyawa.

Julius Spencer, Menteri Informasi Sierra Leone, menyatakan bahwa West Side Boys “telah selesai sebagai ancaman militer”. Operasi Barras adalah pertama kalinya dalam sejarahnya SAS dikerahkan untuk menyelamatkan anggota Angkatan Darat Inggris lainnya. 

Penulis Masaki Kobayashi mungkin membuat kita merenung tentang kemanusiaan di tengah perang, tapi Operation Certain Death menunjukkan sisi lain: keberanian yang tak tergoyahkan dan ketepatan militer yang menembus kegelapan. Ini adalah kisah nyata tentang “Who Dares Wins”—motto SAS yang hidup dalam aksi. Dua dekade kemudian, operasi ini tetap menjadi legenda, bukti bahwa bahkan dalam kegelapan terdalam, ada yang berani menantang maut demi menyelamatkan nyawa.

Referensi

  • Lewis, Damien. Operation Certain Death: The Inside Story of the SAS’s Greatest Battle. London: Century, 2004.
  • Fowler, William. Certain Death in Sierra Leone: The SAS and Operation Barras 2000. Oxford: Osprey Publishing, 2010.
  • Richards, General Sir David. Taking Command. London: Headline Publishing, 2014.
  • Dokumen Pemerintah Inggris (Deklasifikasi): “Operation Barras: After Action Report.” London: Ministry of Defence, 2000 (declassified excerpts published in media).
  • United Nations Report: “Eleventh Report of the Secretary-General on the United Nations Mission in Sierra Leone (UNAMSIL).” New York: United Nations Security Council, S/2000/992, 17 October 2000.

Baca juga : 14 Januari 1943, Operation Ke : Misi gemilang penyelamatan tentara Jepang yang sakit, kelaparan dan terkepung dari Guadalcanal dalam perang dunia ke-2

Baca juga : Britania Raya yang Kejam—kebenaran berdarah tentang Kerajaan Inggris

ZP

Recent Posts

27 Februari 2019: Saat PAF dan IAF Bertempur di Langit Kashmir

Operasi Swift Retort vs Operasi Bandar: Analisis Pertempuran Udara India-Pakistan Aset IAF tidak berada di…

20 jam ago

Yak-141 “Freestyle”: Jet Soviet yang Menginspirasi F-35B Lightning

Pioneering Flight: The Story of Yak-141 and Its Influence on F-35B Development Yak-141: Jet Tempur…

2 hari ago

Hotel Rwanda: Kisah Nyata Genosida Rwanda

Hotel di Tengah Neraka: Kisah Nyata Hotel Rwanda Hotel Rwanda: Keberanian di Tengah Kekejaman Genosida…

3 hari ago

Pertempuran Sufetula 647M: Kemenangan Gemilang Pasukan Muslim di Tanah Afrika

Kisah Pertempuran Sufetula: Kemenangan Muslim atas Bizantium Abdullah ibn Sa'ad dan Kemenangan di Sufetula: Kisah…

4 hari ago

Ketika Aparat Berkuasa: Dampak Kekuasaan Militer dan Polisi terhadap Masa Depan Bangsa

Dari Otoritarianisme ke Oligarki: Dinamika Kekuasaan antara Polisi dan Militer Negara-negara di mana kepolisian atau…

5 hari ago

Gereja St. Polyeuctus dan Penjarahan Konstantinopel: Puncak Konflik Gereja Timur dan Barat

1204: Ketika Tentara Salib Menghancurkan Konstantinopel dan Gereja St. Polyeuctus Dari Konstantinopel ke Venesia: Tragedi…

6 hari ago