Operation Mongoose: Upaya Rahasia Amerika untuk Menggulingkan Fidel Castro
ZONA PERANG (zonaperang.com) Pada tahun 1961, setelah kegagalan Invasi Teluk Babi, Amerika Serikat meluncurkan sebuah program rahasia yang ambisius yang disebut Operasi Mongoose atau dikenal pula sebagai Proyek Kuba. Program ini, yang disahkan oleh Presiden John F. Kennedy, merupakan bagian dari upaya untuk melawan pengaruh Komunisme di belahan barat dan menggulingkan rezim Fidel Castro di Kuba.
Operasi ini dikelola oleh Central Intelligence Agency (CIA) dan melibatkan berbagai pendekatan—politik, psikologis, ekonomi, dan bahkan militer—dengan satu tujuan tunggal: menggoyahkan kekuasaan Fidel Castro dan mengakhiri rezim Komunis di Kuba.
Setelah Revolusi Kuba yang berhasil menggulingkan rejim Fulgencio Batista, Amerika Serikat merasa terancam oleh keberadaan pemerintahan komunis di dekat perbatasannya. Kegagalan Invasi Teluk Babi, yang melibatkan Brigade 2506 yang dilatih CIA, menjadi titik balik bagi kebijakan luar negeri AS terhadap Kuba. Maka presiden Kennedy dan penasihatnya merumuskan Operasi Mongoose sebagai langkah lanjutan untuk mencapai tujuan mereka.
“Setelah Revolusi Kuba pada tahun 1959, Fidel Castro mengambil alih kekuasaan dan membawa Kuba ke dalam aliran Komunisme. Hal ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi Amerika Serikat, yang melihat Kuba sebagai ancaman di “halaman belakang” mereka(hanya 90 mil dari Florida). Pada April 1961, invasi Teluk Babi (Bay of Pigs) yang didukung AS gagal total, mempermalukan pemerintah Kennedy dan memperkuat posisi Castro.”
Baca juga : Ambisi Amerika atas Greenland: Sejarah Perebutan yang Tak Pernah Padam
Baca juga : 10 Kali Amerika Menggulingkan Pemerintahan Asing
Operasi Mongoose bertujuan untuk:
Strategi yang digunakan termasuk penyebaran informasi palsu melalui radio, dukungan kepada kelompok perlawanan, serta pelatihan pasukan paramiliter. Anggaran untuk operasi ini mencapai $50 juta per tahun($531,222,408 nilai 2025) dengan melibatkan sekitar 2.500 personel.
CIA merancang operasi politik seperti mendanai kelompok anti-Castro di dalam dan luar Kuba, operasi psikologis seperti menyebarkan propaganda untuk memicu pemberontakan rakyat, hingga rencana militer yang mencakup sabotase ekonomi(perusakan jaringan transportasi serta pabrik-pabrik penting) dan bahkan upaya pembunuhan.
Dari meledakkan kilang minyak hingga ide-ide aneh seperti meracuni cerutu Castro, pakaian menyelam yang terkontaminasi bakteri atau menciptakan kerang peledak untuk membunuhnya saat di air, Operasi Mongoose menunjukkan kreativitas yang hampir tak masuk akal—dan kadang-kadang memalukan.
Selama puncaknya di tahun 1962, Operasi Mongoose melibatkan ratusan agen CIA, anggaran jutaan dolar, dan kolaborasi dengan Departemen Pertahanan AS. Salah satu fokus utama adalah sabotase ekonomi: menghancurkan tanaman tebu, mengganggu pelabuhan, dan melemahkan ekspor Kuba untuk memicu ketidakpuasan rakyat. Pada saat yang sama, CIA melatih pasukan eksil Kuba di Florida dan Amerika Tengah, berharap mereka bisa memicu revolusi internal.
Namun, operasi ini menghadapi banyak kendala. Castro, dengan dukungan Soviet dan intelijen Kuba yang tangguh, berhasil menggagalkan banyak rencana sebelum berjalan. Rakyat Kuba, meskipun menghadapi kesulitan ekonomi, tidak menunjukkan tanda-tanda pemberontakan massal yang diharapkan AS.
Puncaknya, Krisis Rudal Kuba pada Oktober 1962—ketika Soviet menempatkan rudal nuklir di Kuba sebagai respons terhadap tekanan AS—memaksa Kennedy untuk mengalihkan fokus dari Mongoose ke diplomasi darurat. Setelah krisis mereda, operasi ini kehilangan momentum dan akhirnya meredup pada 1963 setelah pembunuhan Kennedy.
Dari perspektif tujuan utama, Operasi Mongoose adalah kegagalan besar. Fidel Castro tetap berkuasa hingga 2008, dan pengaruh Komunisme di Kuba bertahan jauh melampaui harapan AS. Sabotase ekonomi memang melemahkan Kuba, tetapi tidak cukup untuk memicu revolusi. Upaya pembunuhan—yang mencakup lebih dari 600 rencana menurut beberapa dokumen—gagal total, sering kali karena ketidakmampuan logistik atau keberuntungan Castro yang luar biasa.
Namun, kegagalan ini tidak semata-mata karena pelaksanaan yang buruk. Analisis terbaik menunjukkan beberapa faktor kunci:
Secara lebih luas, Mongoose mencerminkan obsesi Perang Dingin yang berlebihan. AS melihat Kuba bukan hanya sebagai ancaman militer, tetapi simbol ideologi yang harus dihancurkan. Namun, operasi ini juga menunjukkan batas kekuatan militer dan intelijen: meskipun memiliki sumber daya tak terbatas, AS tidak bisa mengendalikan narasi atau kehendak rakyat Kuba.
Hingga Maret 2025, Operasi Mongoose tetap menjadi studi kasus tentang ambisi dan kegagalan intelijen. Dokumen yang dideklasifikasi pada 1990-an dan 2000-an mengungkapkan detail operasi ini, memicu perdebatan tentang etika dan efektivitasnya. Bagi Kuba, Mongoose memperkuat narasi Castro sebagai pahlawan yang bertahan melawan imperialisme AS. Bagi dunia, ini adalah pengingat bahwa dalam permainan kekuasaan, rencana paling rumit pun bisa runtuh di hadapan realitas yang tak terduga.
“Operasi ini memperdalam permusuhan antara kedua negara, yang berlangsung hingga beberapa dekade.”
Operasi Mongoose bukan sekadar proyek gagal—itu adalah cermin dari paranoia, kreativitas, dan kelemahan manusia di era Perang Dingin. Kennedy mungkin telah menandatangani perintahnya, tetapi Castro-lah yang tertawa terakhir.
Referensi
Baca juga : Proyek A119: Rencana Gila Amerika untuk Meledakkan Bulan
Baca juga : Pembelotan Berani: Kisah Pilot Kuba Orestes Lorenzo Pérez, MiG-23 dan Cessna-nya
Kawasaki P-1: Solusi Canggih untuk Ancaman Maritim Abad ke-21 Kawasaki P-1 adalah pesawat patroli maritim…
Ketika Drone Lepas Kendali: Pertempuran Palmdale 1956 Pertempuran Palmdale 1956: Ketika Jet Tempur Gagal Mengalahkan…
Bukit 937: Perjuangan dan Pengorbanan di Vietnam Hamburger Hill: Kisah Nyata Pertempuran yang Terlupakan Film…
Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Palestina, perempuan telah memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya sebagai…
Lawan Penindasan! Begini Cara Anda Bisa Membantu Palestina Lima Langkah Konkret untuk Mendukung Palestina dari…
Air Sebagai Senjata: Bagaimana Proyek Anatolia Tenggara Mengubah Dinamika Geopolitik Dari Pembangunan ke Penguasaan: Dampak…