ZONA PERANG(zonaperang.com) Pembebasan Goa adalah proses di mana Republik India menguasai kembali Estado da Índia, wilayah India Portugis saat itu, Goa, Daman dan Diu, yang dimulai dengan aksi bersenjata yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata India pada bulan Desember 1961 (17–19 December 1961).
Di India, aksi ini disebut sebagai “Pembebasan Goa”. Di Portugal, aksi ini disebut sebagai “Invasi Goa”. Jawaharlal Nehru berharap bahwa gerakan rakyat di Goa dan tekanan dari opini publik dunia akan memaksa otoritas Goa Portugis untuk memberikan kemerdekaan tetapi karena hal tersebut tidak memberikan efek apapun, ia memutuskan untuk mengambilnya dengan paksa.
Penyerahan resmi Portugis dilakukan dalam sebuah upacara resmi yang diadakan pada pukul 20:30 pada tanggal 19 Desember ketika Gubernur Jenderal Manuel António Vassalo e Silva menandatangani instrumen penyerahan diri yang mengakhiri 451 tahun kekuasaan Portugis di Goa. Secara keseluruhan, 4,668 personil ditawan oleh orang-orang India – sebuah angka yang mencakup personil militer dan sipil, Portugis, Afrika dan Goa
Baca juga : 22 April 1529, Perjanjian Saragosa ditandatangani : Ketika Dunia Hanya Milik Spanyol & Portugis
Kemenangan
“Aksi bersenjata” ini diberi nama sandi Operasi Vijay (yang berarti “Kemenangan” dalam bahasa Sansekerta) oleh Angkatan Bersenjata India. Operasi ini melibatkan serangan udara, laut dan darat selama lebih dari 36 jam, dan merupakan kemenangan yang menentukan bagi India, mengakhiri 451 tahun kekuasaan Portugal atas daerah-daerah jajahannya yang tersisa di India.
Pertempuran ini berlangsung selama dua hari, dan dua puluh dua orang India dan tiga puluh orang Portugis terbunuh dalam pertempuran ini. Konflik singkat ini menuai berbagai macam pujian dan kecaman dari seluruh dunia. Di India, aksi ini dilihat sebagai pembebasan wilayah India secara historis, sementara Portugal melihatnya sebagai sebuah agresi terhadap tanah dan warga negaranya.
Setelah mereka menyerah, tentara Portugis diinternir oleh Angkatan Darat India di kamp-kamp militer mereka sendiri di Navelim, Aguada, Pondá dan Alparqueiros di bawah kondisi yang keras yang meliputi tidur di lantai semen dan kerja paksa.
Setelah berakhirnya pemerintahan Portugis pada tahun 1961, Goa ditempatkan di bawah pemerintahan militer yang dipimpin oleh Kunhiraman Palat Candeth sebagai letnan gubernur. Pada tanggal 8 Juni 1962, pemerintahan militer digantikan oleh pemerintahan sipil ketika Letnan Gubernur menominasikan Dewan Konsultatif yang terdiri dari 29 anggota yang dinominasikan untuk membantunya dalam administrasi wilayah tersebut.
Tentang Wilayah yang diperebutkan
Setelah kemerdekaan India dari Kerajaan Inggris pada bulan Agustus 1947, Portugal terus memegang beberapa daerah eksklave di anak benua India – distrik Goa, Daman dan Diu serta Dadra dan Nagar Haveli – yang secara kolektif dikenal sebagai Estado da India.
Goa, Daman dan Diu meliputi area seluas sekitar 1,540 mil persegi (4,000 km2) atau lebih luas dari provinsi DIY Yogyakarta yang berarea 3 133 km2 dan memiliki populasi sebesar 637,591. Diaspora Goa diperkirakan berjumlah 175,000 (sekitar 100,000 di dalam Uni India, terutama di Bombay). Distribusi agama adalah 61% Hindu, 37% Kristen (sebagian besar Katolik) dan 2% Muslim. Perekonomiannya terutama didasarkan pada pertanian, meskipun pada tahun 1940-an dan 1950-an terjadi booming di bidang pertambangan – terutama bijih besi dan beberapa mangan.
Baca juga : 10 Kekaisaran Terbesar dalam Sejarah Dunia
Baca juga : 20 Desember 1999, Makau Portugis dikuasai kembali oleh China
Isolasi
Permusuhan antara India dan Portugal dimulai tujuh tahun sebelum aneksasi Goa, ketika Dadra dan Nagar Haveli diserbu dan diduduki oleh pasukan pro-India dengan dukungan dari pihak berwenang India.
Dadra dan Nagar Haveli merupakan dua daerah eksklave Portugis yang terkurung daratan di distrik Daman, yang dikelilingi oleh wilayah India. Hubungan antara daerah-daerah eksklave dengan wilayah pesisir Daman harus dilakukan dengan menyeberangi sekitar 20 kilometer (12 mil) wilayah India.
Pemerintah India mulai mengembangkan tindakan isolasi terhadap Dadra dan Nagar Haveli pada tahun 1952, termasuk penciptaan hambatan untuk transit orang dan barang antara dua daerah kantong yang terkurung daratan dan Daman; penggunaan taktik perang ekonomi ini oleh India menyebabkan depresi ekonomi yang mendalam di Goa yang kemudian diikuti oleh kesulitan bagi para penduduknya, dan dalam upaya untuk memperbaiki situasi dan dengan perjalanan darat yang dihalangi, Salazar (Ditaktor Portugal) membentuk sebuah perusahaan penerbangan baru untuk menghubungkan daerah-daerah kantong di India Portugis dengan pelabuhan-pelabuhannya.
Kekuatan kedua belah pihak
Dalam konflik ini anak benua India menyiapkan 45,000 pasukan infantry, 1 light aircraft carrier – INS Vikrant(ex-HMS Hercules), 2 light cruisers, 1 destroyer, 8 frigate, 4 penyapu ranjau, 20 pesawat pembom English Electric Canberra, 6 pesawat tempur de Havilland Vampire, 6 MD.450 Ouragan (Toofani), 6 pesawat tempur multi misi Hawker Hunter dan pembom tempur buatan Perancis 4 Dassault MD.454 Mystère IV.
Sedangkan di pihak Portugal mereka hanya mampu mengumpulkan 3,500 personel militer, 1 frigate – NRP Afonso de Albuquerqu (berhasil dikalahkan dan direbut pasukan India) dan 3 inshore patrol boats.
Baca juga : 28 November 1975, Fretilin memproklamasikan kemerdekaan Timor Leste dari Portugal
Baca juga : 16 Mei 1975, India menganeksasi negara Sikkim setelah voting Referendum
Reaksi Internasional
Sebelum invasi, pers berspekulasi tentang reaksi internasional terhadap aksi militer dan mengingat tuduhan baru-baru ini oleh negara-negara Afrika bahwa India “terlalu lunak” terhadap Portugal dan dengan demikian “meredam antusiasme para pejuang kemerdekaan di negara-negara lain.” Banyak negara Afrika, yang juga merupakan bekas jajahan Eropa, bereaksi secara positif terhadap perebutan Goa oleh India. Uni soviet, negara-negara Arab dan Sri Lanka juga mendukung tindakan New Delhi ini.
Menentang
Reaksi resmi Amerika Serikat terhadap aneksasi Goa disampaikan oleh Adlai Stevenson di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, di mana ia mengutuk aksi bersenjata pemerintah India. Sedangkan Pemerintah Inggris sangat menyayangkan keputusan Pemerintah India untuk menggunakan kekuatan militer dalam mencapai tujuan-tujuan politiknya.
Pemerintah Belanda mengecam tindakan tersebut, kekhawatiran diungkapkan di media bahwa serangan India di Goa dapat mendorong Indonesia untuk melakukan serangan serupa di Papua Nugini Barat (Irian Barat)
Presiden Brasil menyatakan negara mereka berdiri teguh dengan Portugal di mana pun di dunia dan bahwa hubungan antara Brasil dan Portugal dibangun di atas ikatan darah dan sentimen (Brazil dalah jajahan bekas Portugal). Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada tanggal 18 Desember, juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan menggambarkan serangan India terhadap Goa sebagai “militerisme telanjang”.
Ambivalen
Dalam sebuah pernyataan resmi yang dikeluarkan pada tanggal 19 Desember, pemerintah Cina menekankan “dukungan tegasnya” terhadap perjuangan rakyat Asia, Afrika dan Amerika Latin melawan “kolonialisme imperialis”. Namun, surat kabar Komunis Hong Kong, Ta Kung Pao, menggambarkan serangan ke Goa sebagai “upaya putus asa oleh Tuan Nehru untuk mendapatkan kembali pamornya yang merosot di antara bangsa-bangsa Afrika-Asia.”
Meskipun Vatikan tidak menyuarakan reaksinya terhadap aneksasi Goa, Vatikan menunda penunjukan kepala asli Gereja Goa hingga peresmian Konsili Vatikan II di Roma, ketika Mgr Francisco Xavier da Piedade Rebelo ditahbiskan sebagai Uskup dan Vikaris Apostolik Goa pada tahun 1963.
Baca juga : Perang Cina-India 1962 : Konflik perbatasan dan kekalahan memalukan New Delhi