ZONA PERANG (zonaperang.com) – Dalam sejarahnya sebagaimana tercatat TNI AU mil id, OV-10 Bronco adalah sebuah pesawat militer ringan dengan baling-baling dan bermesin ganda sayap tinggi (high wing) buatan North American Rockwell sebagai pesawat serang ringan dan pesawat angkut ringan.
Pesawat bermesin turboprop buatan Amerika ini dibuat pada tahun 1967 sebagai pesawat khusus untuk pertempuran COIN (COunter-INsurgency) atau anti-gerilya. Walaupun memiliki sayap tetap, kemampuannya mirip dengan kemampuan helikopter serbu berat yang cepat, mampu terbang jarak jauh, murah dan sangat dapat diandalkan.
Pesawat tempur taktis OV-10F Bronco merupakan alutsista milik TNI AU yang pengadaannya dimulai September 1976, bersamaan dengan pesawat F-86 Sabre(Hibah Australia) dan AT-16 Harvard. TNI AU tercatat pernah memiliki 16 unit OV-10F Bronco yang tergabung dalam Skadron Udara 21 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur.
Pada mulanya pesawat-pesawat ini memiliki registrasi S-101 sampai S-116, kemudian tahun 1979 registrasi S diganti dengan TT atau pesawat Tempur Taktis.
OV-10 Bronco memiliki panjang 12,6 meter dan diawaki dua pilot dapat mengangkut lima pasukan(duduk di belakang Kokpit penerbang). Pesawat ini mampu terbang pada kecepatan sekitar 560 km/jam, memuat bahan peledak eksternal seberat 3 ton, serta mampu terbang tanpa henti selama 3 jam atau lebih. Selain dipersenjatai empat pucuk senjata caliber 12,7 mm,(awalnya hanya dilengkapi dengkapi empat senapan mesin kaliber 7,62 mm); bom jenis ZAB, MK-28, Mk-82, OFAB(sisa Trikora) dan bisa disiapkan dengan peluncur roket sejuta umat FFAR 2.75 in (70 mm).
Hebatnya, OV-10 Bronco mampu beroperasi dari landasan pendek(226 m Take off/landing ) dan landasan rumput serta dilengkapi kursi pelontar. Untuk melindung pilot dan navigator dari terjangan peluru lawan, kanopi depan dan lantai dasar OV-10-Bronco ditambah lapisan anti-peluru.
Pada saat operasi Seroja di Timor Timur, tidak hanya mahir dalam serangan darat (air to ground), Bronco yang memiliki julukan “Si Kuda Liar” atau biasa disebut “Kampret” di jajaran TNI AU juga digunakan untuk terjun payung. Kiprah terbesar OV-10 Bronco adalah saat memberikan bantuan tembakan udara (BTU) dalam Operasi Seroja melawan pasukan Fretilin di Timor-Timur.
Saat memberikan bantuan tembakan udara, Si Kampret ini menggunakan Merica (sandi untuk peluru senapan mesin kaliber 7,62mm), Lontong (sandi untuk roket FFAR), dan Nangka (sandi untuk dua bom di bawah sayap).
OV-10F Broco bergabung dalam Skadron-3, Skadron-1, dan Skadron-21 TNI-AU yang bermarkas di Pangkalan Utama Abdurachman Saleh, Malang, Jawa Timur. Prestasi yang diukir OV-10 Bronco sangat gemilang, yaitu satu-satunya pesawat militer TNI AU yang paling banyak berpindah domisili, paling banyak dalam penugasan, dan paling lama dioperasikan.
Baca Juga : F-16 Indonesia : Elang Petarung yang menolak untuk Tua
Bronco memainkan peran aktif dalam operasi keamanan dalam negeri untuk memadamkan pemberontakan, misalnya konflik di Timor Timur yaitu pada pelaksanaan Operasi Udara Tempur Taktis (Operasi Seroja) pada tahun 1976,1979,1981,1983-89. Selain di Timtim, OV-10F Bronco juga turut ikut andil dalam operasi-operasi yang digelar oleh TNI AU, antara lain, Operasi Tumpas (1977/1978) di Irian Jaya, Operasi Halilintar (1978) di Tanjung Pinang, Riau, Operasi Guruh di Maluku, Operasi Tumpas III dan IV di Irian Jaya (1981), Operasi Tuntas di Timor Timur (1983), Operasi Halau di kepulauan Natuna (1985-1987), Operasi Watumisa di Timor Timur (1985-1989), Operasi Rencong Terbang di Aceh (1991-1993), Operasi Oscar di perairan Sulawesi (1991-1992). Serta–latihan bersama dengan negara-negara lain.
Setelah OV-10 Bronco dinyatakan grounded pada 2007 oleh TNI AU, pesawat yang berada di Skadron Udara 21 Lanud Abdurachman Saleh Malang ini tetap mendapat perawatan yang baik oleh para teknisinya. Selain itu beberapa pesawat diabadikan sebagai monumen di AAU Jogjakarta, di Lanud Abdurachman Saleh, di Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta, dan lainnya. Pada tahun 2021 ini, OV-10 Bronco juga diabadikan sebagai koleksi baru Museum Satriamandala.
Saat ini pesawat telah tergantikan oleh pesawat Embraer EMB 314 Super Tucano dari Brazil, juga berjumlah 16 buah
Pesawat OV 10F Bronco telah menjadi legenda sejarah perjuangan serta bukti semangat pengabdian perjuangan dari ksatria-ksatria Angkatan Udara dalam mewujudkan tetap utuhnya NKRI. Dengan mengetahui sejarahnya dalam pertempuran menjaga keutuhan NKRI, diharapkan para generasi penerus bangsa mampu menghidupkan kembali semangat juang dan kecintaan terhadap bangsa dan negara.