Pandangan Menhan Prabowo soal pakta pertahanan AUKUS berbeda dengan Menlu Retno dan Presiden dibulan sebelumnya.
ZONA PERANG (zonaperang.com) – Menteri Pertahanan (Menhan) Letjen (Purn) Prabowo Subianto Djojohadikusumo menyampaikan sikap Indonesia terkait pakta pertahanan AUKUS antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (AS). Kesepakatan militer itu membuat AS dan Inggris akan memberikan transfer teknologi kepada Australia untuk memiliki kapal selam berteknologi nuklir.
Sekedar informasi Pakta AUKUS adalah perjanjian keamanan trilateral antara Amerika Serikat, Inggris, dan Australia, yang dilihat sebagai upaya baru meredam pengaruh militer China di kawasan Indo-Pasifik, meski ketiga negara itu tidak menyinggung China dalam pakta mereka.
“Secara resmi posisi kami adalah bahwa tentu saja, Asia Tenggara harus bebas nuklir,” kata Prabowo ketika menjadi pembicara di forum The 17th International Institute for Strategic Studies (IISS) Manama Dialogue 2021, Bahrain, Jumat (19/11) waktu setempat, dalam cuplikan video di akun Twitter, @IISS_org menyikapi pembentukan AUKUS.
Baca Juga : Latma New Horizon 2021 : Kolaborasi TNI-AL & Royal Australian Navy
Menurut Prabowo, dalam ketakutan adanya ancaman maka lebih banyak negara berlomba mencari kapal selam nuklir. Apalagi, sekarang teknologi memang sudah sangat memungkinkan.
“Saya pikir banyak negara lain dapat sangat segera memiliki kapal selam nuklir. Saya akan katakan Jepang, India, dan banyak negara lain,” ujar mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) tersebut.
Yang menjadi perhatian Prabowo sekarang adalah, setiap negara berupaya melindungi kepentingan nasional. Jika sebuah negara merasa terancam, sambung dia, maka negara tersebut eksistensinya ikut terancam. Sehingga, Prabowo merasa tidak ada masalah jika Australia bakal memiliki kapal selam berteknologi nuklir.
Baca Juga : 12 November 1991, Insiden Dili(Timor-Timur) : Tragedi Santa Cruz dan Tindakan Mendua Barat
“Mereka akan melakukan apa yang mereka bisa untuk melindungi diri sendiri, dan apa yang saya maksud kita memahami itu dan menghormati itu,” kata eks Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) tersebut.
Pendapat Prabowo di forum internasional itu berbeda dengan pernyataan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Lestari Priansari Marsudi. Menurut Retno, Presiden Joko Widodo (Jokowi) khawatir dengan aliansi AUKUS, terutama dalam pengembangan kapal selam nuklir Australia.
Menurut Retno, mengutip Jokowi, pakta soal pengembangan kapal selam nuklir dinilai dapat memantik semakin tingginya rivalitas di kawasan. Pendapat Jokowi disampaikan dalam KTT antara ASEAN dan Australia tahunan yang pertama.
Baca Juga : 12 Oktober 2002 Bom Bali I: Apakah benar bom Mikronuklir? (Hari ini dalam Sejarah)
Biasanya, KTT ASEAN dan Australia dilakukan dua tahun sekali. KTT ini dihadiri Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan sembilan pemimpin negara anggota ASEAN secara virtual, Rabu (27/10).
“Dalam pertemuan tadi, Presiden mengatakan Indonesia prihatin atas menajamnya persaingan antara kekuatan besar di Kawasan ASEAN,” ujar Retno dalam press briefing usai menemani Jokowi dalam KTT tersebut secara virtual, Rabu.
“Dinamika yang sangat tinggi dapat mengancam stabilitas kawasan kita,” ujar Retno menambahkan.
Presiden dalam pidatonya mengatakan, Indonesia mengharapkan Australia dapat melanjutkan keterbukaannya terhadap ASEAN dan menjadi salah satu mitra ASEAN dalam menciptakan stabilitas, perdamaian, dan kesejahteraan kawasan Indo-Pasifik. Indonesia juga telah memberikan dukungan peningkatan status kerja sama ASEAN-Australia menjadi comprehensive strategic partnership.
Presiden mendesak ASEAN dan Australia perlu terus membangun kepercayaan agar dapat bersama berkontribusi menjaga stabilitas dan perdamaian kawasan. ASEAN dapat bertahan selama lebih dari 50 tahun dan dapat berkontribusi pada stabilitas, perdamaian, serta kesejahteraan karena ASEAN percaya akan kekuatan kerja sama dan kekuatan dialog mengatasi perbedaan.