ZONA PERANG (zonaperang.com) – Pangkalan TNI Angkatan Udara Iswahyudi (Lanud Iswahjudi), Bandar Udara Iswahjudi atau Lapangan Udara Iswahjudi sebelumnya bernama pangkalan udara Maospati karena berada di kecamatan Maospati, Magetan, Jawa Timur.
Perubahan nama ini dilakukan pada tanggal 14 Nopember 1960. Hal tersebut dilakukan sebagai penghargaan terhadap kolonel udara Iswahjudi yang gugur bersama Abdul Halim Perdanakusuma pada 14 Desember 1947(Kecelakaan pesawat Avro Anson RI-003 di Tanjung Hantu, Malaya). Peresmian perubahan nama ini dipimpin oleh KSAU Laksamana Udara Surjadarma secara militer.
Pangkalan TNI Angkatan Udara Utama setelah Halim Perdana Kusuma ini dibangun Hindia Belanda tahun 1939 sebagai persiapan dalam menghadapi kemungkinan perang Pasifik dengan Kekaisaran Jepang yang sangat membutuhkan sumber bahan baku mentah bagi industrinya.
Di Tengah Indonesia
Pemerintah Kolonial Belanda memilih lokasi ini karena dianggap sangat strategis: berada di pulau Jawa(pusat pemerintahan jajahan) dan nyaris berada di tengah tengah Hindia Belanda, sehingga diperhitungkan mampu mencapai dimanapun titik di The Dutch East Indies dengan cepat dan efektif.
Angkatan Udara Kerajaan Belanda(RNLAF)Koninklijke Luchtmacht yang menaungi sayap udara KNIL – Royal Netherlands East Indies Army Air Force(Militaire Luchtvaart van het Koninklijk Nederlands-Indisch Leger, ML-KNIL)melengkapi Maospati dengan 1(satu) buah landasan pacu sepanjang 1.500m sebelum akhirnya AURI melengkapinya hingga menjadi 2 buah landasan aspal sepanjang 3 dan 2,5km.
Saat pendudukan Jepang, pangkalan udara ini tidak terlalu difungsikan dengan efektif karena luasnya palagan pasifik dan banyaknya pangkalan lain yang dinilai lebih mendekati daerah pertempuran oleh Dai Nippon.
Pangkalan Udara Utama Terpenting
Penempatan pesawat pembom strategis Tu-16/Tu-16KS yang hanya dimiliki Uni Soviet dan Indonesia saat itu dan pesawat tempur modern lainya seperti Mig-21 F-13 Fishbed C di Iswahjudi saat operasi Trikora(Irian Barat) dan Dwikora(Ganyang Malaysia&Singapura) semakin menjadikan pangkalan ini cukup disegani di kawasan bumi selatan.
Pangkalan angkatan udara yang berdiri sendiri dan tidak ditumpangi oleh penerbangan sipil ini bukan hanya menjadi sarang yang menakutkan bagi pesawat buatan blok timur tetapi juga pernah menjadi markas bagi pesawat buatan barat seperti North American Aviation P-51D “cocor Merah” Mustang donasi Belanda, Avon F-86F Sabre(CA-27) hibah Australia, pesawat bantuan udara OV-10F Bronco, pesawat latih Hawker Siddeley Hawk Mk-53 dan F-5E/F Tiger II.
Saat ini pangkalan yang dikelilingi oleh pegunungan Lawu dan Wilis di kanan kirinya bercokol Satuan Tempur Buru Sergap wing udara 3 (dipimpin perwira menengah berpangkat kolonel) yang membawahi Skadron Udara 3 “Sarang Naga” /Dragon’s Nest (F-16A/B/C/D), Skadron Udara 14 “The Eagles” (ex. Northrop F-5 Macan) dan Skadron Udara 15 “The Typhoons” (KAI T-50i Golden Eagle) serta skadron teknik 042.
https://www.youtube.com/watch?v=ROQqKjgKrDo
Baca Juga : Pesawat F-5 E/F Tiger II “Si Macan” TNI-AU Skadron Udara 14, Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur.
Baca Juga : F-16 Indonesia : Elang Petarung yang menolak untuk Tua
Baca Juga : Operasi Alpha(1978): Saat Indonesia Diam-diam Beli Jet Tempur dari Israel
Baca Juga : OV-10F Bronco, ‘Si Kampret’ yang Pernah Jadi Andalan TNI AU
Baca Juga : P-51D Mustang, “Cocor Merah” Andalan AURI(TNI-AU)