Artikel

Pawai Kematian Bataan: Bukti Kejamnya Kekaisaran Jepang di Filipina

  • Pawai Kematian Bataan: Kisah Tragis Tahanan Perang Amerika dan Filipina
  • Pawai Kematian Bataan: Peristiwa Tragis dalam Sejarah Perang Dunia II
  • Pawai Kematian Bataan adalah salah satu peristiwa paling mengerikan dalam sejarah Perang Dunia II. Peristiwa ini terjadi setelah penyerahan pasukan Sekutu di Semenanjung Bataan, Filipina, kepada pasukan Kekaisaran Jepang pada tanggal 9 April 1942. Ribuan tentara Amerika dan Filipina dipaksa untuk berjalan kaki sejauh lebih dari 100 kilometer dalam kondisi yang sangat buruk, tanpa makanan dan air yang memadai.

ZONA PERANG(zonaperang.com) Setelah serangan Jepang di Pearl Harbor pada Desember 1941, pasukan Jepang dengan cepat menyerang Filipina. Pasukan Sekutu, yang terdiri dari tentara Amerika dan Filipina, bertahan di Semenanjung Bataan selama beberapa bulan sebelum akhirnya menyerah karena kekurangan pasokan dan kelelahan.

Pawai Kematian Bataan (Bataan Death March) adalah salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah Perang Dunia II di Asia Tenggara. Setelah menyerahnya pasukan Sekutu di Semenanjung Bataan pada April 1942, ribuan tahanan perang Filipina dan Amerika Serikat dipaksa berjalan sejauh 97 kilometer menuju kamp interniran(penahanan atau pengurungan orang-orang dalam kelompok besar tanpa pengadilan) oleh pasukan Kekaisaran Jepang. Perjalanan ini diwarnai kekejaman, kelaparan, dan penyiksaan, yang menyebabkan kematian ribuan tahanan.

Peristiwa ini juga menjadi salah satu alasan utama mengapa Jepang dihukum atas kejahatan perang setelah perang berakhir.

Baca juga : 1 April 637, Battle of Jalula : Runtuhnya kekaisaran Persia yang perkasa

Baca juga : Cambodia’s killing fields : Kisah nyata Kekejaman komunis Khmer Merah pimpinan Pol Pot

Serangan Jepang ke Filipina

Pada 8 Desember 1941, sepuluh jam setelah serangan Pearl Harbor, Jepang melancarkan serangan ke Filipina. Pasukan Jepang, dipimpin oleh Jenderal Masaharu Homma, dengan cepat mendominasi wilayah tersebut. Pada 2 Januari 1942, Manila jatuh ke tangan Jepang, dan pada 9 Januari, pasukan gabungan Amerika-Filipina di Bataan terdesak ke arah pantai.

Pengepungan dan Pembantaian Massal

Pertempuran Bataan berlangsung dari 7 Januari hingga 9 April 1942, di mana pasukan Amerika dan Filipina berjuang melawan invasi Jepang di Filipina. Setelah berbulan-bulan bertempur, pasukan Sekutu akhirnya menyerah pada 9 April 1942. Sebanyak 75.000 tahanan perang, termasuk 12.000 Amerika dan 63.000 Filipina, ditangkap oleh Jepang.

Strategi Jepang dan Perlakuan terhadap Tahanan

Jepang tidak siap menangani 76.000 tahanan perang yang menyerah di Bataan. Sebagai bangsa yang menganut kode Bushido, menyerah dalam pertempuran dianggap sebagai aib besar. Pandangan ini membuat pasukan Jepang memperlakukan para tahanan dengan sangat kejam, menganggap mereka sebagai pihak yang tidak layak mendapatkan belas kasih.

Pawai Kematian

Setelah penyerahan, sekitar 75.000 tentara Amerika dan Filipina dipaksa untuk berjalan kaki dari Mariveles Bataan ke kamp penjara di Kamp O’Donnell Capas, Tarlac. Perjalanan ini dikenal sebagai Pawai Kematian Bataan. Selama perjalanan, para tahanan diperlakukan dengan sangat kejam oleh tentara Jepang. Mereka dipukuli, ditembak, dan dibiarkan mati kelaparan dan kehausan. Diperkirakan sekitar 10.000 tentara tewas selama pawai ini.

“Sebagian tahanan dipaksa berbaris di bawah terik matahari tanpa perlindungan, menyebabkan banyak yang terkena sengatan panas dan meninggal dunia. Tahanan yang mencoba mengambil air dari genangan atau sungai dipukuli hingga tewas. Tahanan yang tidak mampu berjalan ditembak atau ditikam dengan bayonet.”

Peristiwa ini juga meningkatkan solidaritas antarnegara, terutama antara Amerika Serikat dan Filipina, dalam melawan kekejaman Jepang

Jejak Kemunafikan Jepang

Kekaisaran Jepang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia skala besar selama pendudukannya di Filipina. Meski demikian, Jepang sendiri sering kali menolak mengakui tindakan-tindakan tersebut sebagai pelanggaran HAM. Bahkan, mereka kadang-kadang menggunakan istilah “tindakan militer” untuk menghindari tanggung jawab moral atas perbuatan-perbuatan kejam mereka

Baca juga : 23 Maret 625 M (Perang Uhud), Di Hamra’ul Asad: Bukti Bahwa di Uhud Muslim Tidak Kalah!

Baca juga : Hiroo Onoda: Prajurit Jepang yang Berjuang di Perang Dunia II selama 29 Tahun

ZP

Recent Posts

Pesawat Patroli Maritim Kawasaki P-1: Mata Tajam Penjaga Laut Jepang

Kawasaki P-1: Solusi Canggih untuk Ancaman Maritim Abad ke-21 Kawasaki P-1 adalah pesawat patroli maritim…

13 jam ago

Pertempuran Palmdale 1956: Duel Udara yang Memalukan di Langit California

Ketika Drone Lepas Kendali: Pertempuran Palmdale 1956 Pertempuran Palmdale 1956: Ketika Jet Tempur Gagal Mengalahkan…

2 hari ago

Hamburger Hill: Gambaran Brutal Perang Vietnam

Bukit 937: Perjuangan dan Pengorbanan di Vietnam Hamburger Hill: Kisah Nyata Pertempuran yang Terlupakan Film…

3 hari ago

Perempuan Palestina: Pilar Perlawanan Melawan Pendudukan di Women’s History Month

Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Palestina, perempuan telah memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya sebagai…

4 hari ago

Operation Mongoose: Upaya Rahasia Amerika untuk Menggulingkan Fidel Castro

Proyek Kuba dan Upaya Rahasia untuk Menaklukkan Komunisme di Belahan Barat Operasi Mongoose, atau Proyek…

5 hari ago

Solidaritas untuk Palestina: 5 Aksi Nyata yang Bisa Kita Lakukan

Lawan Penindasan! Begini Cara Anda Bisa Membantu Palestina Lima Langkah Konkret untuk Mendukung Palestina dari…

6 hari ago