- Masalah Gaza (Palestina)-Israel adalah murni kolonialisme, apartheid, ethnic cleansing/genosida dalam praktek paling keji dalam sejarah
- Masalah Gaza wujud pertarungan politik global
- Gaza bukan lemah, bahkan bukan negara seutuhnya: dikebiri, ditelantarkan dan tidak diakui seperti nasib Revolusi Indonesia pasca kemerdekaan
- Gaza mampu melawan kekuatan negara yang dianggap tidak tertandingi dalam bidang militer dan intelejen di Timur Tengah berserta sekutunya(Amerika, Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, negara Arab)
- Bahkan Hamas dan pejuang lainya bukanlah sebuah kekuatan angkatan bersenjata yang memiliki kapal perang dan angkatan udarannya sendiri
ZONA PERANG(zonaperang.com) Hamas telah menjadi fokus serangan Israel yang tiada henti di Gaza, Palestina. Namun, kelompok itu tangguh secara finansial dan dinilai mampu untuk perang berkepanjangan melawan militer Zionis.
“Total luas jalur Gaza adalah 365 km2 (141 sq mi) sampir sama dengan setengah luas daratan Ibukota Jakarta 664,01 km2 (256,38 sq mi)”
Perdana Menteri kolonialis Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah untuk memusnahkan gerakan perlawanan Palestina tersebut, yang berada di di balik serangan 7 Oktober Taufan Al Aqsha —yang paling mematikan dalam sejarah negara ilegal Israel.
Serangan Hamas dan kelompok perlawanan pada tanggal tersebut dianggap telah menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan 240 lainnya disandera. Sedangkan invasi balasan brutal Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 20.000 orang—sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Baca juga : Der Judenstaat, Theodor Herzl dan Perampasan Tanah Palestina
Baca juga : Mengapa ISIS tidak pernah menyerang penjajah Israel dan Amerika?
Solid
Namun ketika Israel mengejar tujuan militernya, melemahkan aliran pendapatan Hamas juga akan menjadi tugas yang berat. “Hamas solid secara finansial,” kata Jessica Davis, presiden kelompok Insight Threat Intelligence asal Kanada, kepada AFP, Senin (18/12/2023).
“Dalam dekade terakhir, atau bahkan lebih lama lagi, mereka telah menciptakan jaringan keuangan yang tangguh,” katanya, menjelaskan bahwa kelompok tersebut telah membangun investasi dan sumber pendapatan di banyak negara tanpa mengalami gangguan. “Sumber-sumber ini mencakup usaha kecil dan real estate di negara-negara seperti Turki, Sudan dan Aljazair,” imbuh Davis.
Hamas juga bergantung pada jaringan donasi informal. “Mereka sangat baik dalam mengembangkan dan mengoperasikan sistem penukaran uang yang sangat kompleks,” kata Yitzhak Gal, pakar ekonomi Palestina dari Israel, menjelaskan pertukaran yang dilakukan melalui Turki, Uni Emirat Arab, Eropa, dan Amerika Serikat.
https://twitter.com/tweetbatalyon/status/1744375359317950677
Baca juga : Pemimpin Hamas – Yahya Sinwar : Pria dengan banyak wajah