ZONA PERANG (zonaperang.com) Hingga kini, saat kita menyebut Afganistan, pandangan selalu tertuju kepada sebuah negara yang selalu diselimuti perang dan konflik. Mulai dari perang pertama Anglo-Afgan/Inggris Afganistan(July 1839 – Oktober 1842) , Second Anglo-Afghan War(1878–1880) hingga Third Anglo-Afghan War/British-Afghan War/War of Independence tahun 1919.
Salah satu yang penting dalam sejarah Afganistan adalah yang terjadi pada perang Soviet-Afganistan, 24 Desember 1979 – 15 February 1989(9 tahun, 1 bulan, 3 minggu and 1 hari). Waktu itu Perang Dingin sedang gencar-gencarnya terjadi dan negeri itu masih menjadi negara komunis.di pertengahan abad ke-20, hingga peralihan kekuasaan pemerintahan Afghanistan ke Taliban.
Baca Juga : 13 Januari 1842, dr. William Brydon : Kisah Tentara Inggris yang selamat dari keganasan Perang Afganistan
Baca juga : 29 Maret 1973, Amerika menarik diri dari Vietnam
Masa Jaya Komunisme
Diplomat Amerika Serikat untuk Afganistan J. Bruce Amstutz menulis perpolitikan saat itu lewat bukunya, Afghanistan: The First Five Years of Soviet Occupation.
Ia mengabarkan, setelah Revolusi Saur tahun 1973-1978, negeri itu yang bernuansa komunisme cenderung menerapkan hukum yang dianggap bertentangan dengan kalangan konservatif.
Reformasi ini sangat tidak populer di kalangan penduduk pedesaan yang lebih tradisional dan struktur kekuasaan yang mapan. Sifat represif dari “Republik Demokratik”, yang dengan keras menekan oposisi dan mengeksekusi ribuan tahanan politik,
Saat itu, negara dipimpin oleh Nur Muhammad Taraki dari Partai Demokrasi Rakyat Afganistan. Berbagai kebijakan itu membuat kalangan Islam konservatif menjadi militan dan membentuk badan persenjataan, Mujahidin.
Makalah the Journal of Slavic Military Studies berjudul the Soviet-Afghan War: a Superpower Mired in the Mountains menyebutkan, dekade 70-an adalah masa jayanya komunisme.
Terbukti, dengan beberapa negara yang sempat diserang Barat melakukan perlawanan yang memperkuat persekutuan Blok Timur, seperti Vietnam, Kamboja, Kuba, Angola, Mozambik, dan Ethiopia. Makalah itu ditulis oleh Lester W. Grau, Foreign Military Studies Office, Amerika Serikat.
Baca Juga : 7 Januari 1979, Pasukan Vietnam merebut Phnom Penh dan Rezim Khmer Merah Digulingkan(Hari ini dalam Sejarah)
Baca juga : Helikopter Serbaguna Mil Mi-8/Mi-17 Hip, Uni Soviet (1967)
Invasi Uni Soviet ke Afganistan
Tahun 1979, kudeta terjadi ketika Perdana Menteri Hafizullah Amin ( 1 Agustus 1929 – 27 Desember 1979)yang komunis membunuh Nur Muhammad Taraki (14 July 1917 – 8 Oktober 1979)yang juga seorang komunis karena perang saudara. Setelah itu, Amin tetap meminta bantuan Soviet, termasuk intervensi militer untuk memerangi ancaman Mujahidin yang kian ganas.
Tetapi permintaannya ke Uni Soviet tidak semudah sebelumnya, lantaran Taraki adalah orang Moskow. Akibatnya, Afganistan makin kacau dan Moskow mulai bertindak pada 1980.
“Mereka memutuskan untuk melenyapkan Amin(khawatir juga akan merubah kiblat ke Amerika)dan menempatkan kandidat mereka sendiri dalam kekuasaan, sambil menggunakan intervensi yang tampaknya enggan untuk membantu perjuangan DRA/Republik Demokratik Afghanistan (Afganistan) melawan Mujahidin sebagai kedok,” tulis Grau.
Pemerintah Soviet, di bawah pemimpin Leonid Brezhnev(19 Desember 1906 – 10 November 1982), memutuskan untuk mengerahkan Angkatan Darat ke-40 melintasi perbatasan pada 24 Desember 1979. Sesampainya di ibu kota Kabul, mereka melancarkan kudeta (Operasi Badai-333), membunuh Sekretaris Jenderal Amin dan mengangkat loyalis Soviet Babrak Karmal.
“Itu adalah penyamaran yang sukses. Staf Umum DRA bekerja sama dengan Staf Umum Soviet dalam merencanakan masuknya pasukan Soviet tiga divisi awal. Itu adalah operasi yang brilian. Dengan mengorbankan 66 Soviet yang tewas (44 karena kecelakaan), Soviet menguasai kota-kota dan pemerintah Afganistan.”
Baca Juga : Sistem roket pelontar api TOS-1 Buratino(1988), Uni Soviet
Awalnya hanya Kota dan tempat-tempat strategis
Uni Soviet memasuki kawasan itu dengan tujuan untuk menahan kota, garnisun dan lapangan udara. Sedangkan angkatan bersenjata Afganistan memerangi Mujahidin di kawasan pedesaan.
Rupanya, tetangga-tetangga Afganistan tidak nyaman dengan serangan Soviet. Pakistan merasa tidak aman karena musuh bebuyutannya, India, lebih dekat dengan Barat, dan mereka sendiri harus mengimbanginya menjadi negara Islam agar mendapat dukungan negara Muslim di seluruh dunia.
Iran yang sedang berperang dengan Irak (negara yang mengandalkan senjata Soviet) juga merasa hal yang sama. Maka dengan lekas Iran dan Pakistan memberikan bantuan kepada Mujahidin.
Konflik itu adalah perang proksi era Perang Dingin
Kemudian negara-negara yang memiliki masalah dengan Uni Soviet, seperti Amerika Serikat, Republik Rakyat China, Inggris, Prancis, Italia, Arab Saudi, dan Mesir, juga mulai menyalurkan bantuan militer ke Mujahidin melalui Pakistan.
“Penilaian Pakistan adalah bahwa Uni Soviet telah datang ke Afganistan untuk tinggal dan itu adalah kepentingan terbaik Pakistan untuk mendukung para Mujahidin yang tidak akan pernah menerima kehadiran Soviet,” terang Grau.
“Pakistan Inter-Services Intelligence Agency (ISI) mulai menyalurkan bantuan melalui berbagai faksi politik Afganistan yang bermarkas di Pakistan.”
Amerika Serikat dan Inggris memberikan bantuan senjata dan perlengkapan, walau seringkali bantuan yang tersedia ternyata tidak sesuai keinginan para komandan Mujahidin. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab memberikan bantuan dana. Sedangkan Cina juga membantu dana, dengan tujuan menguasai pengaruh perekonomian komunis.
Perang Logistik
Kelompok Mujahidin terpaksa untuk membangun titik pasokan dan distribusi ke dalam areal Afganistan untuk meringkankan permasalahan logistik yang rumit karena medan. Kebanyakan titik tersebut berada di kawasan terpencil di pegunungan dan ngarai seperti Tora Bora, Zhawar dan lembah Sharikot.
Situs-situs ini merumitkan mobilitas Mujahidin. Di sisi lain membuat Uni Soviet dapat mengetahui target lemah mereka, meski tidak mudah. Kesulitan Soviet adalah mereka harus menyediakan basis keamanan yang membutuhkan sekitar 85 persen dari kekuatannya bersama tentara Afganistan.
Baca Juga : Su-25 Frogfoot (1975) Uni Soviet : Pesawat Bantuan Udara Langsung Andalan Rusia
Penyakit
Ancaman pada pihak Soviet sejak kedatangannya tahun 1980 adalah penyakit yang membuat 60 persen anggota bantuan dirawat di rumah sakit. Penyakitnya antara lain shigelosis(bakteri/menular/diare), amubiasis, tifus, kolera, hepatitis, dan penyakit yang ditularkan lewat air lainnya.
Maka pada 1984, perang yang berkecamuk adalah di bidang logistik di masing-masing pihak, tulis Grau. Mereka saling berusaha mencekik logistik sambil berusaha untuk mempertahankan pasokan yang layak.
Setahun kemudian, Mikhail Gorbachev berkuasa di Uni Soviet. Dia melancarkan militer ke Afganistan yang paling sadis, yang sebenarnya menyebabkan pihak Mujahidin kacau balau, tetapi tidak disadari Soviet sendiri.
Perang Gerilya
Pasukan Soviet menduduki kota-kota dan jalur utama komunikasi, sementara Mujahidin mengobarkan perang gerilya dalam kelompok-kelompok kecil yang beroperasi di hampir 80 persen negara yang berada di luar kendali pemerintah dan Soviet.
Afganistan hampir secara eksklusif menjadi medan perang pegunungan. Soviet menggunakan kekuatan udara mereka untuk menangani pemberontak dan warga sipil dengan keras, meratakan desa-desa untuk menolak tempat berlindung yang aman bagi Mujahidin, menghancurkan parit irigasi vital, dan meletakkan jutaan ranjau darat.
Majelis umum PBB dan Tekanan Internasional
Pada Januari 1980, menteri luar negeri dari 34 negara Organisasi Kerjasama Islam mengadopsi resolusi yang menuntut “penarikan pasukan Soviet segera, mendesak dan tanpa syarat” dari Afghanistan.
Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang memprotes intervensi Soviet dengan suara 104 (untuk) berbanding 18 (menentang), dengan 18 abstain dan 12 anggota Majelis yang beranggotakan 152 negara tidak hadir atau tidak berpartisipasi dalam pemungutan suara, hanya sekutu Soviet Angola, Jerman Timur dan Vietnam, bersama dengan India, yang mendukung intervensi tersebut.
Baca Juga : Pesawat Angkutan Militer IL-76 (1971), Uni Soviet : Pesawat Universal Rusia yang tetap menjadi andalan
Boikot Olimpiade
Komunitas internasional memberlakukan berbagai sanksi dan embargo terhadap Uni Soviet, dan AS memimpin boikot Olimpiade Musim Panas 1980 yang diadakan di Moskow.
Boikot dan sanksi memperburuk ketegangan Perang Dingin dan membuat marah pemerintah Soviet, yang kemudian memimpin boikot balas dendam terhadap Olimpiade 1984 yang diadakan di Los Angeles.
Bantuan Jihadis & Osama bin Laden
Dalam arsip keterangan Amerika Serikat tahun 2005, kekuatan Mujahidin kian menguat dengan satuan Arab-Afganistan. Kelompok ini oleh Presiden Ronald Reagan dianggap ‘pejuang kebebasan’ yang terdiri dari kalangan Muslim dunia untuk jihad melawan komunis. Salah satu gerilyawan tersebut adalah Osama bin Laden.
Soviet Keluar
Gerilya Mujahidin berlanjut hingga 1987, hingga akhirnya Gorbachev menyerukan ‘Afganisasi’ perang dan penarikan pasukan Soviet dari Afganistan. Pasukan tempur Soviet terakhir yang meninggalkan Afganistan terjadi pada 15 Februari 1987.
Kepergian Uni Soviet menyisakan perang saudara yang terus berkecamuk di Afganistan antara pemerintahan di Kabul dan para Mujahidin selama 1989 hingga 1992. Ketika Uni Soviet runtuh, Rusia juga enggan membantu karena pemerintahan yang baru enggan membantu komunis.
Baca Juga : Helikopter Angkut Berat Mil Mi-26 Halo(1977)-Uni Soviet
Taliban
Tahun 1993, Burhanuddin Rabbani menjadi presiden sementara, yang mengakibatkan kecemburuan pada pihak Mujahidin dalam situasi rekonsiliasi. Kondisi menyebabkan Mujahidin pada September 1994 membuat kelompok fundamentalis Islam Taliban, dan menyebar lewat kelompok santri etnis Pashtun yang menginginkan keadilan berdasarkan syariat Islam.
Kekalahan Soviet sendiri menurut Grau dan Michael Gress dalam the Afghan War di jurnal Modern War Studies menyebutnya sebagai Perang Vietnamnya Uni Soviet dan juga telah dikutip oleh para sarjana sebagai faktor yang berkontribusi terhadap pembubaran Uni Soviet serta akhir Perang Dingin.
Baca Juga : 26 Desember 1991, Runtuhnya Negara Raksaksa Adikuasa Uni Soviet (Hari ini dalam Sejarah)
Baca Juga : Pesawat pembom Sukhoi Su-24 Fencer(1967), Uni Soviet : Sang Pesaing F-111 Aardvark dari Timur