Hari ini dalam Sejarah

6 Oktober 1973, Perang Yom Kippur Dimulai.

Perang Yom Kippur, juga dikenal sebagai Perang Ramadhan, Perang Oktober, Perang Arab-Israel 1973, atau Perang Arab-Israel Keempat, adalah konflik bersenjata yang terjadi pada tanggal 6 hingga 25 Oktober 1973, antara Israel dan negara-negara Arab. koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah. Mayoritas pertempuran antara kedua belah pihak terjadi di Semenanjung Sinai dan Dataran Tinggi Golan—keduanya pernah diduduki Israel pada tahun 1967—dengan beberapa pertempuran di Mesir Afrika dan Israel utara.

ZONA PERANG(zonaperang.com) – Pada 6 Oktober 1973, perang Yom Kippur dimulai dan berlangsung hingga 26 Oktober 1973. Perang Yom Kippur kerap disebut Perang Oktober, Perang Ramadhan, perang Arab-Israel Oktober 1973, maupun Perang Arab-Israel Keempat.

Perang Yom Kippur  adalah puncak dari serangkaian perang dan pertikaian yang telah dimulai sejak tahun 1920-an. Sebelum perang Yom Kippur mereka sudah bertempur dalam Perang di Sinai 1956, Enam hari pada 1967, War of Attrition pada 1970 dan perang di sekitar proklamasi Israel antara tahun 1947-1949. Rangkaian perang inilah yang kemudian lazim disebut sebagai Perang Arab-Israel.

Pertikaian berawal dari pemberian wilayah Palestina yang berhasil dikuasai Inggris kepada warga Yahudi dan imigrannya. Perang menjadi berkepanjangan karena pada kenyataannya menghadapi Israel tidak semudah membalikan telapak tangan. Meski Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir dan Irak secara Geografis telah mengepung negeri kecil ini , ternyata diperlukan kekuatan besar untuk menaklukannya.

Baca juga : Garis waktu perang Kolonial Zionis Israel vs Palestina 16 – 23 Maret 2024 (bagian 20): Zionis Israel frustasi karena operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober menghancurkan rencana normalisasi dengan Saudi Arabia dan Indonesia

Di Atas kertas Israel Sudah Kalah

Perang tersebut diprakarsai oleh Mesir dan Suriah pada hari suci Yahudi yakni Yom Kippur. Perang ini juga terjadi selama Ramadhan, bulan suci puasa dalam Islam. Perang diluncurkan dengan tujuan diplomatik untuk membujuk Israel berunding dengan syarat-syarat yang lebih menguntungkan bagi negara-negara Arab.

Pada 6 Oktober sore saat itu, Mesir dan Suriah menyerang Israel secara bersamaan di dua front. Di Selatan pasukan Mesir berhasil menyeberangi Terusan Suez dengan lebih mudah dari yang diharapkan. Sementara di sebelah utara pasukan Suriah mampu melancarkan serangan mereka terhadap posisi Israel dan menerobos ke Dataran Tinggi Golan yang diperebutkan.

Intensitas serangan Mesir dan Suriah, tidak seperti situasi pada 1967 yang dengan cepat mulai menghabiskan persediaan amunisi Israel. Perdana Menteri Israel kala itu Golda Meir meminta bantuan Amerika Serikat, sementara staf umum Israel tergesa-gesa mengimprovisasi strategi pertempuran.

Keengganan AS untuk membantu Israel berubah dengan cepat ketika Uni Soviet memulai upaya pasokannya sendiri ke Mesir dan Suriah. Presiden Richard Nixon membalas dengan mendirikan jalur pasokan darurat ke Israel, meskipun negara-negara Arab memberlakukan embargo minyak yang mahal dan berbagai sekutu AS menolak untuk memfasilitasi pengiriman senjata.

Pada perang besar sebelumnya yaitu perang Enam Hari tahun 1967, Israel merebut dan menduduki wilayah Arab termasuk Semenanjung Sinai dan dataran tinggi Golan. Kemudian diikuti oleh pertempuran sporadis selama bertahun-tahun. Anwar Sadat yang menjadi presiden Mesir tak lama setelah Perang Atrisi (1969-1970) berakhir, membuat tawaran untuk mencapai penyelesaian damai jika, sesuai dengan Resolusi 242 Perserikatan Bangsa-Bangsa, Israel akan mengembalikan wilayah yang telah direbutnya.

Israel menolak persyaratan itu. Akhirnya pertempuran berkembang menjadi perang skala penuh pada tahun 1973.

Kronik Perang Yom Kippur

Persiapan Perang

Perang ini tidak lepas dari perang Arab-Israel sebelumnya dan dapat dibilang kelanjutan dari Perang Enam Hari (1967) dimana militer dan harga diri Koalisi Arab(terutama Mesir dan Suriah) dihinakan habis-habisan oleh Israel.

Setelah menerima kekalahan pada 1967, militer Mesir melakukan evaluasi dgn tujuan untuk menyusun strategi baru dalam rencana perang lanjutan dengan Israel selain mengevealuasi dirinya, Mesir juga mengevaluasi doktrin militer hinga kebijakan pertahanan Israel.

Evaluasi ini menghasilkan kesimpulan dua faktor utama dalam kemenangan Israel dalam 1967:

1. Superioritas udara dan lapis baja Israel

2. Kemampuan Israel utk melancarkan pre-emptive strike(serangan pendahuluan) dan memobilisasi pasukan cadangannya jika inteligennya mencium bahwa Israel akan diserang.

Sedangkan evaluasi untuk militer Mesir:

1. Secara garis besar, termasuk hingga perang Yom Kippur dimulai, militer Mesir inferior dibanding Israel

2. Dengan kondisi saat ini Mesir tidak akan mampu menyerang jauh kedalam teritori Isarel

Menyadari hal ini, dua keputusan penting dibuat oleh Mesir Pertama, menentukan military dan political objectives yg sesuai dengan kemampuan militernya dalam perang nanti Presiden Mesir pada saat itu, Anwar Sadat, menyadari bahwa militernya tidak sebanding dengan kapasitas perang Israel.

Dalam perang nanti Mesir hanya akan mengejar limited military objective: Mesir tidak akan berusaha merebut seluruh Sinai atau bahkan menghancurkan Israel, Mesir hanya akan merebut beberapa kilometer wilayah Sinai, memperkuatnya, dan menangkal segala counterattack Israel.

Sedangkan political objective/alasan perang Mesir:

-Memperbaiki harga diri Mesir dgn merebut sebagian kecil semenanjung Sinai dan mematahkan mitos militer Israel yg tak terkalahkan

-Memaksa Israel untuk bernegosiasi agar mengembalikan seluruh Semenanjung Sinai ke Mesir.

Keputusan Kedua:

Perlunya melakukan deception (muslihat/menipu) untuk meyakinkan Isarel bahwa Mesir (dan juga Suriah) tidak memiliki kemampuan/tidak sedang mempersiapkan diri untuk merebut kembali Semenanjung Sinai dan Dataran Tinggi Golan.

Deception ini sangat penting agar Israel tidak sempat melakukan preemptive strike, memobilisasi pasukan cadangannya, ataupun memperkuat pertahanannya di Sinai dan dataran tinggi Golan sebelum serangan Mesir dan Suriah dimulai.

Baca juga : Sapi Merah, Al-Aqsa dan Motif Operasi Militer 7 Oktober

Baca juga : Di Mana Militer Israel Ketika Hamas dan Pejuang lainya Menyerang pada tanggal 7 Oktober?

CIA ikut memperingatkan

Military Intelligence Directorate (MID) Israel memiliki tugas untuk ‘mencium’ jika ada negara arab yg akan meneyerang Israel. Israel percaya bahwa MID-nya akan mampu memberikan peringatan setidaknya 24-48 jam sebelum serangan Arab dimulai, memberikan Israel cukup waktu untuk memobilisasi pasukan atau bahkan melakukan preemptive strike seperti pada 1967. Menyadari hal ini, Mesir mengeksekusi strategi tipu muslihatnya dalam Operasi ‘SPARK’

Operasi Spark dijalankan berbulan-bulan sebelum Perang Yom Kippur dimulai. Tujuannya utamanya: meyakinkan Israel bahwa Mesir dan Suriah tidak akan dan tidak memiliki kemampuan militer untuk merebut kembali Sinai dan Golan. Anwar sadat rajin mengeluarkan upaya untuk mengecoh Israel, diantaranya dengan seruan-seruan perang yang tidak pernah benar-benar ia kerjakan. Ia juga kerap mengkondisikan analis perang dan jurnalis senior untuk menulis ketidakmampuan tentara Mesir.

Koresponden surat kabar Perancis, Le Monde yang dikenal independen adalah salah seorang yang termakan tipu daya. Ia menulis:” Tentara muda Mesir tidak berpengalaman, mereka tidak mampu menggunakanbatau mengendalikan senjata rumit buatan Uni Soviet.”

Pemerintah dan militer Mesir juga mengeluarkan banyak statement/laporan/pemberitaan palsu yg menyatakan bahwa militernya memiliki kesiapan dan moral yg rendah, kekurangan alutsista, serta memiliki kelemahan terutama dalam pertahanan udara

Operasi Spark juga mengeluarkan rumor-rumor adanya ketidak harmonisan dan kurangnya koordinasi antara militer Mesir dan Suriah Pemerintah Mesir juga menyatakan pada dunia internasional bahwa ia mengutamakan jalur diplomasi dalam usahanya mendapatkan kembali Sinai

Agar sukses, Operasi Spark sangat dirahasikan di pemerintah Mesir, hanya sedikit orang yg mengetahuinya. Menlu Mesir bahkan tidak mengetahui negaranya sedang melakukan perisapan untuk menyerang Israel. Di Mesir hingga tanggal 1 Oktober hanya Anwar Sadat dan menteri Peperangan yang mengetahui mengenai rencana ini. Karena mereka paham intelejen Israel bisa menyadap apa saja.

Dua hari menjelang serangan dimulai giliran Suriah memperdayai Israel, lewat radio Damaskus mereka memberitahukan bahwa Anwar Sadat akan melakukan kunjungan sembilan hari ke Suriah pada 10 Oktober. Pikir Israel, mana mungkin Mesir menyerang sementara pimpinannya malah jalan-jalan ke luar negeri.

Lalu, apakah intelijen Israel tertipu oleh semua deception ini? Jawabannya IYA walaupun tidak semuanya tapi ini bukan semata-mata karena usaha deception Mesir itu sendiri, ada juga faktor internal Israel yg membuatnya ‘kemakan’ oleh tipu muslihat Mesir.

Seperti diketahui pamor Mossad pernah melambung takala berbagai operasi intelejen militernya memberi andil yang luar biasa dalam mematahkan serangan dalam perang 1967. Pujian yang dilayangkan kepada mereka tampaknya membuat sejumlah panglima Israel dan dinas Intelejen militer: Aman, tidak suka. Perselisihan mereka bahkan sampai di taraf pada usaha sabotase(Peristiwa usaha penyergapan pimpinan PLO Dr George Habash). Mereka mengecilkan peran mossad menjelang perang tersebut, mereka ingin agar rakyat Israel kembali memandang mereka sebagai pelindung utama negara.

Walaupun demikian agen-agen intelejen sipil Israel Mossad tetap menjalankan tugasnya. Dari pos yang tersebar di luar negeri mereka terus mendapatkan info terbaru termasuk tentang pengerahan satlit soviet Cosmos 596 dan bahkan dari Mesir seorang agen yang pandai menyamar bahkan pernah dengan nekadnya menyalin rencana perang secara rinci, lengkap sampai ke tanggal dan waktu serangan. Dari salinan itu diketahuilah bahwa Mesir akan menggunakan nama sandi Operasi Badr.

Karena terlalu percaya diri semua info tersebut dianggap angin lalu saja termasuk info tentang perjalanan Anwar Sadat ke Arab Saudi tanggal 23 Agustus 1973 untuk melobi Raja Faisal agar menggunakan minyak sebagai senjata.

Hanya Mossad dan badan intelejen AS, CIA di Langley yang mencium ketidakwajaran. Namun saat diingatkan kembali Tel Aviv menjawabnya dengan tegas; “Kami yakin mereka tidak akan menyerang”. 

“The Concept”

MID Israel memiliki konsep/formula bernama Conceptzia atau”The Concept” yang berisi 3 panduan utama untuk mengukur apakah Mesir atau negara arab lainnya akan menyerang atau tidak. Formula ini lahir berasal dari kepercayaan diri Israel dari kemanangan totalnya pada six day war 1967.

Formula ini menyatakan: Mesir tidak akan berani menyerang sebelum memiliki kapabilitas utk mengalahkan superioritas udara dan lapis baja Israel. Israel juga berpendapat bahwa jika Mesir ingin menang, Mesir harus memiliki kapabilitas deep strike utk menyerang wilayah utama Israel.

Semua kapabilitas ini diprediksi Israel baru akan dimiliki Mesir pada 1975-1976. Petinggi militer Israel bahkan mengklaim bawha Mesir tidak akan menyerang Israel sebelum pertengahan 1977.

Asumsi lainnya dalam The Concept adalah Suriah tidak akan berani menyerang Israel tanpa bantuan Mesir sehingga jika Mesir tidak memiliki kapabilitas utk menyerang Israel, Suriah juga pada akhirnya tidak akan menyerang.

Disinilah letak kesalahan utama The Concept, ia berasumsi bahwa jika Mesir dan Suriah menyerang, tujuan kedua negara adalah untuk benar-benar menguasai seluruh wilayah Israel (hingga Jerusalem), bukan hanya Sinai dan Golan, sehingga kapabilitas militer Mesir dan Suriah yg diukur adalah kapabilitas utk menguasi seluruh teritori Israel padahal Mesir dan Suriah “hanya” bertujuan utk merebut Sinai dan Golan dimana pada kenyataannya tahun 1973 kedua negara sudah memiliki kapabilitas untuk limited war objectives ini.

Israel juga tertipu oleh deception latihan perang Mesir 27 September 1973, 10 hari sebelum Mesir menyerang, Mesir memobilisasi 140.000 pasukan (yg akan benar-benar akan menyerbu Sinai) dengan kedok latihan. Sebelumnya Israel sudah beberapa kali menduga latihan perang Mesir sebagai kedok untuk penyerangan yang sesungguhnya dan merespon latihan-latihan perang ini dengan memobilisasi pasukan dan memperkuat pertahanannya di Sinai. Namun nyatanya tebakan ini selalu salah. Itulah mengapa Israel mengira latihan Mesir pada September 1973 hanya ‘false alarm’.

Again, ini tidak lepas dari kemampuan luar biasa Mesir dan Suriah untuk menjaga kerahasiaan Komandan setingkat brigade dan batalion militer Mesir misalnya baru diberi tahu pada 5 Oktober bahwa BESOK, 6 Oktober, pasukannya akan menyerbu Sinai mulai pukul 14.05

Dini hari, 6 Oktober 1973 Intelijen Israel akhirnya mencium rencana penyerangan dan mulai memberikan peringatan kepada Pemerintah Israel 10 jam sebelum serangan dilakukan (jauh dari target peringatan 24-48 jam). Pimpinan Mossad menghubungi langsung ke Perdana menteri Golda Meir dari luar negeri (dalam misi menghimpun info serangan). Ia berkata singkat namun tajam:”Perang akan dimulai hari ini”. 

Secara prinsip seharusnya Israel menggunakan waktu 10 jam ini untuk melakukan preemptive strike dan mobilisasi pasukan cadangan, namun PM Israel, Golda Mabovitch(nama lahir PM) memiliki pendapat lain Ia tidak mengizinkan preemptive strike dan hanya mengizinkan sebagian kecil pasukan cadangan untuk dimobilisasi.

Keputusan ini berasal dari dua pertimbangan Pertama, Meir tidak ingin Israel dilihat sebagai agresor dalam perang kali ini, ia ingin menarik simpati dunia dgn memperlihatkan bahwa Mesir dan Suriah-lah yg pertama menyerang. Ini juga untuk memperbaiki citra Israel pasca six-day war.

Kedua, berkaca pada six-day war, Meir percaya bahwa nantinya Mesir dan Suriah akan dapat dipukul mundur oleh serangan balik Israel mengingat supremasi udara dan lapis baja Israel. Nantinya pertimbangan kedua ini akan terbukti salah dan membawa malapetaka bagi militer Israel.

Baca juga : Uang Kertas, Dominasi Dollar, Penjarahan The Fed dan Penjajahan zionis Israel Atas Palestina

Baca juga : Hannibal Protocol: Israel diduga melakukan “Pembantaian” para pengunjung festival pada 7 Oktober demi mencegah penahanan mereka

Berlangsungnya Perang
Posisi pasukan yang saling berhadapan saat perang Yom Kippur

6 Oktober 1973, pukul 14.00, perang dimulai Israel diserang secara bersamaan di dua front: Sinai oleh Mesir dan Golan oleh Suriah.

Serangan Mesir diawali bombardment oleh artileri, pesawat, dan tank Mesir terhadap garis pertahanan Israel disepanjang Terusan Suez yg bernama ‘Bar Lev Line’, dua tujuan utama Mesir dalam operasi ini: Menyeberangi Suez  dan Menetralisir Bar Lev Line.

Hanya dlm waktu 6 menit sejak perang dimulai, prajurit pertama Mesir mendarat di Sinai menggunakan perahu, tank amfibi, dan helikopter. Gelombang pertama ini tediri dari 25.000 pasukan infanteri yg bertugas untuk menetralisir Bar Lev Line dan maju hingga 7km.

Gelombang pertama ini juga terdiri dari pasukan zeni/teknisi yg secara spesifik bertugas untuk mengalahkan ‘musuh’ selain tentara Israel yaitu…Bukit Pasir ya pasir, selama gumuk pasir masih ada disepanjang Suez, kendaraan dan peralatan berat Mesir tidak ada yang bisa menyebrang.

Seorang perwira muda Mesir menemukan cara jenius unutk menghadapi gumuk pasir ini: DISEMRPOT Menggunakan pompa dan selang air bertekanan tinggi yg dibeli dari Inggris dan Jerman, gumuk pasir ‘dilelehkan’ dengan target sekitar 70 lobang.(pembelian mesin isi ditutupi dengan dalih untuk dinas pemadam kebakaran Mesir)

Memakai jembatan ponton buatan Soviet, sekitar 10 Jam setelah perang dimulai kendaraan dan peralatan berat Mesir mulai menyebrangi Suez Ini jauh dari prediksi Israel yg berasumsi Mesir setidaknya butuh 24 jam buat nmelumatkan gumuk pasir dan mulai membangun jembatan.

Lalu selama Mesir menyerang, apa yang dapat dilakukanBar lev Line? Beberapa tahun kebelakang garis pertahanan ini mulai dikurangi kekuatannya, beberapa stronghold ditutup dan jumlah pasukan dikurangin Buat Israel, Bar Lev Line cuma sebatas trip-wire, bertahan selama mungkin sampai bantuan dateng

Saat Mesir menyerang, Bar Lev Line “cuma” dijaga 436 prajurit karena sebagian lainnya mendapatkan cuti hari raya Yom Kippur (mirip cuti lebaran) Ini alasan kenapa Mesir dan Suriah memilih 6 Oktober sebagai tanggal penyerangan, karena tahu di hari ini kesiapan militer Israel sangat rendah.

Dibagian belakang Bar Lev juga ada pasukan Israel yg standby untuk maju kalau terjadi serangan. Tapi pasukan ini tidak bisa berbuat banyak karena kurangnya dukungan artileri dan udara. Bagaimana dengan AU Israel (IAF)sendiri? Dihari pertama serangan IAF terbatas karena keburu malam. Hari itu juga diterbangkan 16 Tu-16 Mesir dalam 2 kelompok menyerang ibukota Israel Tel Aviv dan titik-titik perkuatan di gurun Sinai dengan Raduga AS-5 Kelt.

Hari ke-2, 7 Oktober 1973 – Suriah menguasai sebagian besar selatan Dataran Tinggi Golan. AU Israel melakukan serangan balasan ke pangkalan udara milik mesir tetapi gagal mencapai tujuan karena hadirnya shelter-shelter pesawat yang dibuat cukup kuat, begitu juga dengan landasan yang mampu menahan serangan.  Hari ini Israel kehilangan 5 pesawatnya karena usaha yang gagal tersebut plus 12 pesawat lainya yang mencoba menghancurkan ponton serta bailey bridge Mesir di Terusan Suez(hasil kolaborasi sempurna Mig-17, Su-7 Mesir dan Hunter sumbangan Irak). Di darat Israel kehilangan 170 tank hingga hari itu.

Hari Ketiga, 8 Oktober, major counterattack pertama Israel dimulai namun gagal. Disini kesalahan IDF makin terlihat tank-tank dikirim tanpa didampingi infantri dan artileri (karena IDF terlalu percaya diri dengan kemampuan kavalerinya).

Alhasil tank2 ini jadi bulan-bulanan Infanteri Mesir yang dipersenjatai senjata anti-tank portable utamanya RPG-7 plus AT-3 ‘Sagger’ dan sering muncul tiba-tiba dari balik gundukan pasir.  Israel kehingan 70 tank di hari itu. IAF yang diharapkan menggantikan peran artileri lewat CAS-nya juga gtidak maksimal karena sebagian besar pesawatnya dipakai buat menahan Suriah di Golan.

Akhirnya IAF juga jadi bulan-bulanan arhanud Mesir. Terbang tinggi ketemu SAM, terbang rendah ketemu AA-Gun. Akhirnya counterattack ini GAGAL TOTAL dan membuat Israel kaget dengan kemampuan Mesir buat nahan dua kartu truf-nya IDF: Armor dan AU.

Disisi lain, saat nyusun strategi Mesir memperkirakan 30.000 prajuritnya bakal gugur/luka. Tapi kenyatannya yg gugur cuma sekitar…..200 Operasi Badar SUKSES BESAR Sesuai military objective awal, Mesir berhasil merebut 8-12 km Sinai lalu merubah operasinya jadi defensif.

Mesir membuat garis pertahanan yg terdiri dari 4 lapis utk menangkal segala counterattack Israel: Lapis pertama (paling depan): ranjau darat Lapis dua: berbagai senjata anti tank dari Tank, APC, hingga infanteri dengan RPG, ATGM, dsb.

Lapis tiga: berbagai senjata anti-air baik rudal (SA-2, SA-3, SA-6, SA-7) maupun AA-Gun/SPAAG yg semuanya terintegrasi dan jarak jangkauannya saling overlap. Lengkap sudah payung udara Mesir, semua garis pertahannya ke cover Lapis empat: artileri

Baca Juga : 100 hari perang Israel-Palestina, Gaza telah menjadi Stalingrad bagi tentara Zionis Israel

Baca juga : Rezim apartheid: Bagaimana zionis Israel memperlakukan tentaranya sendiri yang berbeda warna kulit

Defensive mode

Pertahanan Mesir yang kokoh dan berlapis serta Israel yg masih kebingungan dan fokus di Golan membuat militer keduanya ada di defensive mode. Front Sinai stagnan hingga 13 Oktober.

pada tanggal itu (8 Oktober) Mesir kehilangan 15 pesawat namun dengan cepat tergantikan oleh armada Su-7 milik AU Aljazair.

Di Golan, Operasi Badar juga diawali dengan bombardment dan serbuan diseluruh Purple Line (garis DMZ pasca six day war) Tujuan Suriah: Merebut seluruh dataran tinggi Golan hingga Sungai Jordan dalam waktu 36 jam

Sama seperti di Sinai, garis pertahanan Israel di Golan juga minim penjagaan karena Israel percaya intelijennya mampu memasok peringatan 24-48 jam sebelum serangan Arab. Jadi hanya sebatas trip-wire, bertahan selama mungkin sampai bantuan datang.

Di Golan, Suriah nyerang dengan 1300 tank sementara saat itu tank Israrel di golan hanya 200 Berbeda dengan Sinai yg didominasi padang pasir, di Golan banyak bukit dan batu-batu besar utamanya di bagian utara, jadinya tidak semua wilayah Golan cocok utk operasi tank.

Ditambah adanya ranjau dan parit anti-tank nya Israel, gerak kavaleri Suriah semakin tidak bebas dan hanya bisa lewat ditempat-tempat tertentu Sementara tank Israel yg ada di posisi hull down dengan mudahnya menembak tank Suriah yg terjebak macet.

Incaran utama tank Israel adalah AVLB dan kendaraan zeni/teknisi Suriah lainnya dimana Suriah sangat bergantung pada kendaraan khusus ini untuk melewati ladang ranjau dan parit anti-tank. Alhasil Suriah hanya bisa mendobrak dan maju ke garis pertahanan utama Israel pada malam hari.

Disini kualitas tank dan skill kru tank Suriah dan Israel sudah terlihat berbeda jauh. Centurion, M48, M60 bisa nembak lebih jauh, lebih akurat, dan armornya lebih tebal dari T-54/55/62 Suriah yg kelebihannya hanya di IR vision/IR spotlights, itupun tidak banyak berguna saat malam tiba.

Perbedaan kualitas tank dan SDM ini salah satunya terlihat jelas disekitar Gunung Hermon yg kelak dikenal dgn nama Valley of Tears 40 tank Israel Vs 500 tank Suriah dan ratusan kendaraan lainnya, Hasilnya? 260 tank dan 500 kendaraan Suriah hancur, serangan Suriah mulai berhenti

Bagaimana dengan IAF? Sama seperti di Sinai, Suriah juga memilik payung udara yang terintegrasi. Awalnya IAF kewalahan, terutama menghadapi SA-6 Gaiful, bahkan dalam satu serangan 6 A-4 Skyhawk ditembak jatuh. Tapi ini tidak berlangsung lama, Israel mulai menggunakan electronic countermeasure (ECM).

Di hari itu IAF mulai bisa membom lanud-lanud Suriah. Beberapa hari berikutnya AIF juga mulai deep strike dengan menyerang infrastukur minyak bumi dan listrik Suriah bahkan IAF juga menyiapkan satu skuadron F-4 Phantom yang dilengkapi Nuclear Warhead di pangkalan udara Tel Nof jika Suriah berhasil nembus Golan.

Mengalami kerugian besar, pasukan cadangan Israel yg terus berdatangan, dan IAF yg mulai pulih, pasukan Suriah akhirnya memutuskan untuk mundur pada 10 Oktober, meninggalkan ribuan tank, APC, dan peralatan lainnya .

kegagalan Suriah bisa dirangkum ke 3 hal:

-Pertama Pertahanan Israel yg siap dengan segala contingency plan, Israel memberikan perlawanan luar biasa, mengacaukan timeline Suriah yang akhirnya gagal mencapai Sungai Jordan dalam 36 jam pertama = gagal menutup akses IDF ke Golan yang dapat memasok pasukan bantuan IDF.

-Kedua Skill prajurit Suriah yg dibawah IDF, terutama perwira-perwiranya yg sejak kekalahan six day war jadi anti gerak mundur walaupun tujuannya utk regroup/manuver. Jadinya memaksa maju terus maju walaupun pertahanan Israel jauh lebih kuat.

-Ketiga Israel memilih front Golan untuk diselesaikan terlebih dahulu sebelum fokus ke Sinai. Golan dianggap jauh lebih bahaya kalau sampai jatuh karena lebih dekat dengan pusat populasi Israel dibanding Sinai yg ‘hanya pasir’. Karena itu sebagian besar pasukan, terutama IAF, dikirim ke Golan.

Baca juga : 30 Oktober 637, Battle of the Iron Bridge : Kekalahan Bizantium yang hampir sempurna terhadap pasukan muslim

Baca juga :  10 Oktober 732, Battle of Tours : Kekalahan Muslimin di Tours Perancis

Mengejar

Petinggi militer dan pemerintah Israel rapat untuk menentukan antara terus menyerang Suriah atau langsung fokus di Sinai? Keputusannya: TERUS KEJAR PASUKAN SURIAH Keputusan ini lahir dari beberapa pertimbangan:

1. Soviet mulai me re-supply Suriah. Dikhawatirkan Suriah bakal menyerang Israel lagi.

2. Iraq mengirim dua divisi kavaleri ke Suriah dan memobilisasi AU-nya

3. Jordan yg sudah memobilisasi pasukan juga dikhawatirkan ikut membantu Suriah Karena itu: jangan kasih Suriah waktu untuk istirahat.

Tapi Israel tidak akan maju sampai Ibu Kota Suriah, Damaskus, yang nanya berjarak± 50 km dari Golan. Ini untuk mencegah intervensi Soviet yang lebih serius dan IDF juga tidak mau ambil resiko bertempur di wilayah Suriah.

Akhirnya Israel “cuma” berencana maju 20km dari Purple Line sampai Damaskus masuk ke range long-range artillery IDF. Hari penyerangan ditetapkan pada 11 Oktober, pukul 11.00 . Rencana Israel yaitu untuk pertama menyerang dari utara Golan (rute terdekat menuju Damaskus).

Dengan memperlihatkan seolah-olah Israel sedang berusaha secepat mungkin menyerbu Damaskus. Harapannya pasukan Suriah akan terpancing dan sebagian besar akan pergi ke utara Golan. Ketika Suriah terpancing inilah pasukan IDF di selatan Golan diharapkan akan maju juga.

Suriah tetap memberikan perlawanan. Dia punya garis pertahanan juga sejauh 15 km. Suriah juga nerima bantuan dari Iraq, Maroko, Saudi serta Yordania. Tapi, lagi-lagi pasukan Arab dipukul mundur 180-an tank dari divisi kavaleri 3 Iraq kena ambush, dalam waktu singkat 80 tank hancur.

13 Oktober malam, artileri Israel mulai menghujani Damaskus. Disaat bersamaan, Brigade Lapis Baja ke-40 Yordania juga mulai bergerak ke Daraa utk bantu Suriah. Suriah merencanakan serangan baru pada 21 Oktober namun akhirnya ditunda karena Pasukan Iraq tidak siap.

Sejak 10 Oktober, Presiden Suriah, Hafez al-Assad, meminta bantuan kepada Sadat agar Mesir “do something” di Sinai biar tekanan Israel kepada Suriah teralihkan. Awalnya Sadat tadinya menolak, tapi karena tekanan negara arab lainnya akhirnya Sadat tergerak dan membuat keputusan yang…fatal.

Para petinggi militer Mesir sudah memperingatkan Sadat bahwa daerah diluar 12 km garis pertahanan itu tidak tercover oleh SAM-nya Mesir tapi Sadat tetep memerintahkan untuk menyerang. Akhirnya pasukan Mesir keluar dari zona nyaman pertahanan berlapisnya, tanpa payung udara.

Sekarang Mesir yang melakukan persis kesalahan counterattack Israel: mengirim tank dengan bantuan infanteri, artileri, dan CAS yang minimal. Pasukan Mesir dihadang garis pertahanan Israel dan terjadilah perang lapis baja terbesar sejak Battle of Kursk 1943. Pasukan Mesir dihajar oleh artileri, pesawat, tank, dan infanteri Israel. Hasilnya 260 tank Mesir hancur, Israel hanya 20,pasukan Mesir Mundur. Di hari itu juga Irak dan Yordania mengirim pasukannya ke Golan.

Hal penting yang membuat Israel terus kuat perang di dua front itu karena bantuan logistik AS melalui Operation Nickle Grass (Pimpinan Yahudi Amerika menekan presiden AS”Mohon kirim apa yang dibutuhkan bangsa Israel”) dimana puluhan ribu ton logistik, peralatan, tank, pesawat, dsb-nya dikirim AS ke Israel dari jalur udara dan laut. Jumlah bantuan logistik ini bahkan mengalahkan angka resupply Soviet ke Suriah dan Mesir sehingga dengan bantuan ini Israel tidak pernah kehabisan munisi.(total 22.345 ton dengan C-5 Galaxy & C-141 Starlifter serta 5.500 ton menggunakan B707 El Al) . Ada 40 F-4 Phantom, 36 A-4 Skyhawk dan 12 C-130 Hercules yang diterima Israel secara cuma cuma.

Baca Juga : F-4 Phantom : Sang Setan yang Melegenda

Pihak Soviet membongkar semua gudang persediaan arsenalnya di Eropa timur, mengantarkan berbagai alutsista ke Mesir dan Suriah melalui pesawat angkut An-12 dan An-22 angkatan udara dan penerbangan komersial Aeroflot dari pangkalan di Ukraina dan Kaukasus, sementara MIG-21 dikirimkan melalui angkutan laut. Bahkan mengerahkan sejumlah paramiliternya untuk membawa persenjataan hingga ke garis depan demi meminimalisir jatuhnya korban pihak Syria serta mengerahkan AL Soviet untuk melindungi jalur suplai senjata dari gangguan kapal selam asing dan AL Israel.

Mesir

Mendapat kiriman logistik baru, military objective di front Golan yg sudah tercapai, mental pasukan Mesir yang turun karena ofensifnya gagal total, dan ditemuinnya gap antara 2-nd dan 3rd Army-nya Mesir, Israel memutuskan…SEKARANG GILIRAN MESIR KITA GEBUK.

2 tujuan utama Operation Gazelle:

-Menetralisir bagian barat-timur Suez (di gap antara 2nd & 3rd Army Mesir)

-Pertahankan area ini sampai peralatan jembatan dan kendaraan berat lainnya tiba Operasi dimulai 15 Oktober malam, diawali dengan pasukan komando Israel menyebrangi Suez.

16 Oktober 1973, pasukan tambahan & tank-tank IDF mulai menyebrangi Suez. Lalu kenapa IDF bisa cepat menyeberang? Karrn sebelum perang Yom kippur dimulai, Israel memang sudah memiliki rencana buat menyebrang Suez kalau-kalau Mesir jadi nyerang. Otomatis tempat dan jembatan udah disiapin, tinggal dieksekusi.

Semakin banyak pasukan IDF yang menyemberang ke “Tanah Afrika”, IDF di barat Suez mulai bergerak ke arah selatan dan utara, dan tentu saja target utama mereka adalah posisi-posisi SAM-nya Mesir. Awak SAM Mesir kaget kenapa tiba-tiba ada IDF di barat Suez. Posisi2 SAM berhasil dihancurkan, IAF-pun datang.

Just like six day war, IAF mulai leluasa melakukan CAS(bantuan udara langsung) dan mulai menciptakan air supremacy sementara pasukan Mesir di timur Sinai mencoba menutup koridor penyebrangan Israel. Terjadilah Battle of Chinese Farm(Wilayah bekas pertanian Jepang yang terbengkalai) dengan hasil 85 T-62 dan supply train Mesir hancur. Di pihak Israel 70 tank hancur dan 300 pasukan pimpinan Sharon tewas(15 Oktober) serta 40 tewas dengan 80 lainya tertawan(17 Oktober)

IAF semakin berjaya, dari 18-22 Okt IAF menghancurkan setidaknya 55 baterai SAM Mesir dengan kerugian hanya 6 pesawat. Mengetahui 3rd Army-nya terancam terisolasi, petinggi militer Mesir menyarankan Sadat utk menarik Mundur 3rd Army dari Sinai kembali ke barat Suez. Sadat Menolak.

17 Oktober, Mesir dan Suriah berhasil membujuk Organisasi pengeksport minyak Arab(OAPEC)untuk melancarkan embargo ke negara-negara pendukung Israel seperti Amerika, Belanda dan sekutu lainya di Eropa.(Import minyak oleh Amerika jatuh dari 1,2 juta barrel perhari menjadi hanya 19.000 barrel/hari)

19 Oktober, Sadat mulai mempertimbangkan gencatan sejata melalui Soviet dengan melakukan konsultasi bersama presiden Syria Hafez Al-Assad.

20 Oktober, Pasukan Israel mencapai 16 km menjelang Damaskus. Di sisi Sinai mereka berhasil menguasai 3 pangkalan udara Mesir di sisi barat Suez.

21 Oktober, 3rd Army Mesir yg masih terjebak di Sinai Timur terkepung total dan pasukan di bawah Ariel Sharon mengambil posisi kurang dari 64 km dari Kairo.

22 Oktober, DK PBB mengeluarkan resolusi gencatan senjata namun kedua pihak masih saling “bertukar peluru”. Israel melanjutkan serangannya di barat Suez. IDF mengambil alih posisi Suriah di gunung Hermon.

23 Oktober, Pertempuran berlanjut meskipun telah ada gencatan senjata. Dewan Keamanan PBB meloloskan resolusi 339 untuk penghentian peperangan dan pengiriman pasukan PBB. Israel mengabaikan gencatan senjata (karena mendapat ijin Menlu AS -Kissinger) dengan melakukan penyerangan namun mengalami kekalahan cukup telak.

24 Oktober, dengan tujuan membantu Mesir dan Suriah serta menekan AS agar memaksa Israel untuk menyetujui gencatan senjata, Uni Soviet mengancam akan mengirimkan pasukannya ke Timteng untuk membantu dua sekutunya tersebut. Tujuh divisi lintas udara langsung disiapkan menuju Timur Tengah, unit AU juga telah disiagakan berikut 40.000 unit infantri laut(marinir). Amerika serikat pun membalas dengan menyiagakan penuh kekuatan nuklirnya dengan(Defence Condition) dari siaga empat ke siaga 3, peristiwa yang serupa dengan kondisi krisis Kuba. Gencatan senjata ke 2 diberlakukan namun pertempuran antara Mesir dan Israel terus berlanjut.

25 Oktober, Israel menyetujui gencatan karena dataran tinggi Golan juga telah kembali ke tangan Israel bahkan jauh lebih luas dari sebelumnya. 2 resolusi PBB dikeluarkan untuk menghentikan perang secara total. Dalam 3 hari sejak saat itu pasukan PBB sudah mengambil alih peran dan menjaga garis depan pertempuran.

Total kerugian:

-Mesir 12.000 KIA, 35.000 WIA, 8.400 POW, 1.000 tank, 235 pesawat/heli 

-Suriah 3.100 KIA, 6.000 WIA, 1150 tank, 135 Pesawat/Heli.

-Iraq 278 KIA, 898 WIA, 200 tank

-Jordan 23 KIA, 77 WIA, 50 tank

-Israel 2.688 KIA, 7.000 WIA, 314 POW, 800 Tank ,102 Pesawat/heli

Di level taktis dan operasional jelas Israel menang Dilevel strategi?Mesir menang karena beberapa tahun kemudian, melalui peace treaty dengan Israel, military dan political objectivenya tercapai: Israel mundur total dari Sinai.

Tapi disisi lain, melalui treaty tersebut Mesir jadi negara Arab pertama yang mengakui Israel seabagai sebuah negara. dan ini juga dianggap sebagian sekutunya sebagai sebuah pengkhianatan.

Pelajaran dari perang Yom kippur:

1. Penting bagi petinggi militer/politik unutk menentukan kepentingan nasional, military/political objective realistis yg sesuai dengan kapabilitas militernya

2. Pentingnya intelijen untuk mempelajari aspek musuh dari level strategis hingga taktis

3. Pentingnya combined arms dalam modern warfare. Land power, air power, sea power semuanya penting

4. Berkaca pada koalisi Mesir-Suriah, sekutu kadang bisa membantu kadang menyusahkan.

5. Fleksibilas rantai komando dan inisiatif perwira-periwra IDF patut dicontoh.

*Dirangkum dari berbagai sumber

Baca juga : Golani Brigade : Runtuh dan Hancurnya Mitos Tidak Terkalahkan Tentara Terbaik Zionis Israel

Baca juga : 2 Oktober 1187, Shalahuddin Membebaskan Baitul Maqdis(Masjid Al-Aqsa) Yerusalem, Palestina.

 

ZP

Recent Posts

Mengapa India Tidak Mampu Membuat Salinan Sukhoi Su-30MKI Rusia Seperti yang Dilakukan Cina dengan Su-30nya?

India dan Cina, dua negara besar di Asia, memiliki sejarah panjang dalam memperoleh peralatan militer…

19 jam ago

Negara Arab dimata Taliban Afganistan tentang Perjuangan Palestina

ZONA PERANG(zonaperang.com) Konon, ketika pemerintahan pertama Taliban diundang dalam konferensi mengenai isu Palestina di salah…

1 bulan ago

Mesir

Pada tanggal 5 Oktober 1985, selama dinas wajibnya di Pasukan Keamanan Pusat Polisi Mesir di…

2 bulan ago

Fakta unik peranan rusia dalam hubungan dengan Amerika

Siapa yang mendukung Amerika dalam Revolusi Amerika melawan Inggris? RUSIA.

2 bulan ago

Jordan Files : Mengapa kerajaan Yordania melindungi zionis Israel Dari serangan lawan-lawanya?(Bagian ke-2)

ZONA PERANG(zonaperang.com) Salah satu peran yang ditugaskan kepada Yordania adalah koordinasi keamanan, karena Yordania memainkan…

2 bulan ago

Garis waktu perang Kolonial Zionis Israel vs Palestina 8 – 15 Mei 2024 (bagian 27): “Ada indikasi jelas bahwa Israel akan segera berakhir”

Faktor2 pendorong kehancuran rezim Zionis: kurangnya kohesi sosial di tengah masyarakat Israel, ledakan problem ekonomi,…

2 bulan ago