- Molodets: Rudal ICBM yang Berkeliaran di Rel Kereta
- Program ini merupakan bagian dari strategi nuklir Soviet yang dirancang untuk menjaga kemampuan serangan kedua (second-strike capability) mereka, bahkan setelah serangan nuklir pertama dari musuh.
- RT-23 Molodets, yang dikenal dengan nama NATO SS-24 Scalpel, adalah sistem rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dikembangkan oleh Uni Soviet sebelum 1991. Sistem ini merupakan bagian dari program ambisius yang menggabungkan teknologi peluncuran dingin dan kemampuan mobilitas tinggi melalui platform kereta api, menciptakan apa yang dikenal sebagai “Ghost Train.”
ZONA PERANG (zonaperang.com) Pada era Perang Dingin, Uni Soviet mengembangkan berbagai sistem senjata strategis untuk menghadapi potensi serangan dari Amerika Serikat dan sekutunya. Salah satu program paling unik dan mengesankan adalah RT-23 Molodets, yang lebih dikenal dengan nama Ghost Train—sebuah sistem rudal balistik antarbenua (ICBM) yang disamarkan sebagai kereta barang biasa. Program ini menjadi bagian dari strategi deterrence Uni Soviet dalam menghadapi potensi serangan nuklir mendadak dari musuh.
Nama “Ghost Train” diberikan karena kemampuan kereta ini untuk “menghilang” di antara ribuan kereta api yang beroperasi setiap hari. Kereta ini bisa berhenti di sembarang tempat, bersembunyi di terowongan, atau bahkan berbaur dengan kereta penumpang biasa. Kemampuannya untuk bergerak secara acak dan tidak terduga membuatnya sangat sulit dilacak, sehingga menjadi ancaman yang nyata bagi musuh.
Latar Belakang Program RT-23 Molodets
Pada 1980-an, perkembangan teknologi nuklir dan sistem pertahanan rudal membuat kedua pihak dalam Perang Dingin berlomba untuk menciptakan cara baru dalam meluncurkan dan menyembunyikan persenjataan nuklir mereka. Amerika Serikat mengembangkan sistem rudal berbasis kapal selam dan silo bawah tanah, sementara Uni Soviet mencari cara untuk meningkatkan mobilitas sistem peluncur mereka.
“RT-23 Molodets mulai dikembangkan pada akhir 1970-an oleh Uni Soviet sebagai bagian dari upaya mereka untuk mempertahankan keunggulan dalam perlombaan senjata dengan Amerika Serikat. Pada tahun 1987, kereta nuklir buatan biro desain Yuzhnoye di Dnipro ini pertama kali dioperasikan dan ditempatkan di berbagai wilayah Uni Soviet.”
Dengan ancaman serangan preemptive dari AS, Soviet melihat bahwa sistem peluncuran rudal berbasis kereta api dapat memberikan keuntungan besar dalam hal mobilitas dan penyamaran. RT-23 Molodets (kode NATO: SS-24 Scalpel) pun dikembangkan untuk menjawab tantangan ini.
Baca juga: Kereta Api Militer: Tulang Punggung Logistik dan Sistem Senjata
Baca juga: Dead Hand: Sistem Pembalasan Nuklir Otomatis Soviet yang Mengerikan
Desain dan Kapabilitas RT-23 Molodets
RT-23 Molodets merupakan rudal balistik antarbenua (ICBM) berbasis kereta api yang mampu membawa hulu ledak nuklir berkekuatan hingga 550 kiloton. Beberapa fitur utama dari sistem ini antara lain:
- Penyamaran Modern, Kereta peluncur RT-23 dirancang agar tampak seperti kereta barang biasa, membuatnya sulit dideteksi oleh satelit mata-mata. Gerbong khusus yang membawa rudal dibuat menyerupai gerbong kargo, lengkap dengan roda yang disesuaikan agar dapat beroperasi di berbagai jalur rel Uni Soviet.
- Mobilitas Tinggi, Kereta ini dapat terus bergerak di jaringan rel sepanjang ribuan kilometer, membuatnya sulit untuk diprediksi dan dihancurkan oleh musuh. Dengan mobilitas ini, RT-23 Molodets memiliki keunggulan dibandingkan silo rudal yang statis dan rentan terhadap serangan.
“RT-23 Molodets memberikan keunggulan strategis bagi Uni Soviet karena mobilitasnya yang tinggi dan kemampuan untuk meluncurkan serangan nuklir dari lokasi yang tidak terduga.”
- Sistem Peluncuran Cepat, RT-23 dapat meluncurkan rudalnya dari jalur kereta mana pun dalam waktu singkat. Dilengkapi dengan sistem bahan bakar padat tiga tahap yang memungkinkan waktu respons lebih cepat dibandingkan rudal berbasis bahan bakar cair. Setiap kereta membawa tiga rudal balistik antar benua, masing-masing dengan hulu ledak nuklir yang mampu mencapai target di belahan dunia manapun.
Proses peluncuran dilakukan dengan teknik “cold-launch,” di mana rudal dikeluarkan dari gerbong peluncur menggunakan tekanan gas sebelum mesin utama dinyalakan. Ini mencegah kerusakan pada gerbong akibat semburan api dari mesin rudal. RT-23 dapat membawa hingga sepuluh hulu ledak MIRV (Multiple Independently targetable Reentry Vehicle) dengan daya ledak masing-masing mencapai 550 kiloton.
Dengan jangkauan lebih dari 10.000 kilometer, rudal ini bisa mencapai target di Amerika Serikat atau Eropa Barat dalam waktu singkat. Sistem peluncurannya juga dirancang untuk bisa menembakkan rudal dari dalam terowongan atau lokasi tersembunyi lainnya.
28 hari di manapun
Sebuah BZhRK(system rudal berbasis rel) yang umum terdiri dari tiga lokomotif kelas M62 yang dimodifikasi (disebut DM62; tidak berbeda dalam penampilan) dan tujuh belas gerbong kereta: tangki kamuflase dengan bahan bakar diesel dan cadangan pelumas, tiga modul peluncur otonom 3 gerbong (gerbong sistem pendukung peluncuran, gerbong dengan peluncur RT-23 yang dapat tegak dan gerbong pos komando peluncur), gerbong pos komando resimen, gerbong sistem komunikasi, gerbong generator diesel utama, gerbong penyimpanan perbekalan dengan lemari es dan tangki air, gerbong makan, dan dua gerbong kompartemen tempat tinggal terpisah untuk perwira dan personel yang terdaftar.
Semua gerbong kereta disamarkan sebagai van berpendingin atau gerbong penumpang. Lokomotif utama dikemudikan oleh tiga perwira Pasukan Kereta Api dengan pengetahuan yang baik tentang rute patroli, Kereta itu mampu melaju dengan kecepatan 80–120 km/jam (50–75 mph) dan meluncurkan rudal di titik mana pun dari rute tersebut di jalur kereta api Soviet mana pun.
Untuk mencegah kerusakan pada rel kereta api yang disebabkan oleh berat gerbong peluncur yang tinggi dengan rudal (>200 ton), sistem kopling tiga gerbong khusus dikembangkan untuk modul peluncuran, yang memungkinkan distribusi berat yang merata antara gerbong yang berdekatan. Kereta rudal tersebut dapat berfungsi secara mandiri hingga 28 hari.
Dampak dan Pembatalan Program
Meskipun RT-23 Molodets merupakan inovasi strategis, program ini tidak bertahan lama setelah runtuhnya Uni Soviet. Beberapa faktor yang menyebabkan pembatalan program ini antara lain:
- Biaya Operasional yang Tinggi, Memelihara dan mengoperasikan jaringan rel khusus untuk sistem ini memerlukan anggaran yang besar.
- Perjanjian Pengendalian Senjata, Perjanjian START II antara AS dan Rusia pada tahun 1993 melarang penggunaan sistem rudal berbasis kereta api. Sebagai bagian dari perjanjian ini, Rusia mulai membongkar sistem RT-23 Molodets pada akhir 1990-an.
- Runtuhnya Uni Soviet, Setelah Uni Soviet bubar, Rusia mengalami kesulitan dalam mempertahankan dan membiayai berbagai proyek militer yang mahal, termasuk program Ghost Train ini.
Total sekitar 90 unit yang diproduksi, namun, semua sistem ini dinyatakan tidak aktif pada tahun 2005 sebagai bagian dari perjanjian START II. Meskipun keberadaannya terbatas, RT-23 Molodets tetap menjadi simbol inovasi dalam strategi pertahanan Soviet, menunjukkan bagaimana teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan keamanan nasional melalui mobilitas dan kesulitan lawan dalam melakukan pencarian.
Sebanyak 46 rudal berbasis silo yang berlokasi di Ukraina dinonaktifkan pada pertengahan tahun 1996 dan disimpan sambil menunggu keputusan tentang metode pembuangan yang layak, sementara hulu ledaknya dikirim ke Rusia untuk diurai. Pada tahun 1998-2001, semua rudal RT-23 Ukraina dibongkar.
Referensi
- “The Dead Hand: The Untold Story of the Cold War Arms Race and Its Dangerous Legacy” oleh David E. Hoffman.
- “The Evolution of the Soviet ICBM Rail Garrison” dari jurnal Strategic Studies Quarterly.
- 15P961 Battle Railway Missile System 15Zh61 (RT-23 UTTH)
Baca juga: Kuburan Kereta Api Uap, Saksi Bisu Era Perang Dingin
Baca juga: Chernobyl di Langit: Mengapa Pesawat Bertenaga Nuklir Tetap Sebuah Fantasi