Kemampuan Operasional Awal (IOC): 1968
ZONA PERANG(zonaperang.com) AA-6 Acrid menurut penyebutan NATO atau Bisnovat (kemudian Molniya lalu biro Vympel) R-40 dirancang khusus untuk diangkut pada penyergap yang besar dan berat MIG-25 Foxbat. AA-6 tersedia dalam varian yang dipandu inframerah dan radar semi-aktif (SARH-semi active radar homing) seperti AIM-7 Sparrow. Rudal ini memiliki keterbatasan kemampuan manuver dalam fase terminal pencegatan.
Pengembangan
Pengembangan XB-70 Valkyrie dengan kecepatan Mach 3+ mengancam untuk membuat seluruh kekuatan pencegat dan rudal PVO Voyska Soviet menjadi usang dalam satu langkah, berkat kecepatan dan kinerja ketinggiannya yang luar biasa.
Untuk melawan ancaman baru ini, MiG-25 dirancang, tetapi rudal udara-ke-udara baru juga diperlukan untuk memungkinkan MiG-25 menyerang target yang dituju pada kecepatan dan ketinggian tinggi yang ditentukan oleh persyaratan.
Biro desain Bisnovat memulai pengembangan rudal udara-ke-udara jarak jauh pada tahun 1962. R-40 (K-40) yang dihasilkan pada awalnya dicocokkan dengan radar Smerch-A (“Tornado-A”) dari MiG-25. Rudal ini memiliki radar homing semi-aktif (R-40R / Object RD46 dengan kepala PARG-12), dengan seeker monopulse terbalik yang memberikan kemampuan rudal untuk menyerang target dalam semua aspek dan versi homing inframerah (R-40T / Object TG-46) seperti “rekan” Amerikannya AIM-9 Sidewinder.
Terberat
Untuk menjamin pembunuhan pada kecepatan tinggi di udara tipis, hulu ledak yang besar diperlukan untuk memiliki efek ledakan yang cukup menjanjikan. Sirip kontrol yang besar diperlukan untuk memberikan kemampuan manuver yang cukup pada ketinggian tinggi terutama bila sasaran berada diatas unit peluncur. Semua ini memerlukan rudal yang sangat besar; sebagai hasilnya, R-40 adalah rudal udara-ke-udara terbesar yang pernah masuk produksi.
Rudal ini sedikit lebih besar dari rudal permukaan-ke-udara MIM-23 Hawk. AA-6 diperkirakan memiliki berat antara 700kg dan 800kg, membuatnya dua kali lipat berat dari AIM-54 Phoenix :rudal udara-ke-udara Barat terberat yang hanya bisa dibawa Grumman F-14 Tomcat.
Pada tahun 1975, Uni Soviet mulai mengerahkan generasi baru rudal udara-ke-udara pada pesawat tempur MiG-23 Flogger dan Mig 25 yaitu: AA-6 Acrid, AA-7 Apex(Vympel R-23 ), dan AA-8 Aphid(Vympel R-60) . Menyusul pembelotan pilot Pasukan Pertahanan Udara Soviet Viktor Belenko pada tahun 1976 dan kompromi sistem MiG-25P dan R-40 yang terkait, Vympel mengembangkan versi rudal yang lebih baik dengan resistensi penanggulangan inframerah (IRCM) yang lebih baik dan pencari yang lebih sensitif. Rudal yang telah ditingkatkan itu diberi akhiran -D (untuk ‘dorabotannye’, “finalisasi”). Kemudian versi -D1 juga dikembangkan.
Karena lawan utamannya tidak jadi produksi(B-70), Mig-25 dengan AA-6 dipersiapkan sebagai pemburu SR-71 Blackbird dan penantang F-15 Eagle. Produksi R-40 berakhir pada tahun 1991, tetapi tetap dalam layanan terbatas untuk mempersenjatai MiG-25 yang masih hidup dan beberapa pencegat MiG-31 Foxhound.
Sejarah pertempuran
Dalam layanan Soviet, R-40 tidak pernah ditembakkan dalam keadaan perang. Prosedur standar PVO adalah menembakkan salvo dua rudal ke sasaran: satu rudal R-40T pencari panas diikuti oleh SARH R-40R, untuk menghindari kemungkinan rudal pencari panas terkunci ke radar-pemandu rudal.
Karena MiG-25 telah diekspor ke berbagai negara di Timur Tengah, R-40 telah digunakan dalam pertempuran oleh Angkatan Udara Irak dan mungkin oleh pihak Suriah, Aljazair dan Libya.
Selama perang teluk Persia tahun 1991 pada malam pertama, sebuah McDonnell Douglas F/A-18 Hornet Angkatan Laut AS yang dipiloti oleh Scott Speicher dari VFA-81 ditembak jatuh oleh rudal R-40 yang ditembakkan oleh IQAF MiG-25 yang dipiloti oleh Zuhair Dawood..
Pada tanggal 30 Januari 1991, sebuah MiG-25 IRAF-Iraqi Air Force menggunakan rudal R-40 untuk merusak F-15C USAF selama pertempuran udara Sammura.
Spesifikasi (R-40RD)
Massa 475 kg (1.047 lb)
Panjang 6,29 m (20 kaki 8 inci) (dipandu radar) – 5,91 m (19 kaki 5 inci) (dipandu IR)
Diameter 0,31 m (12 in)
Hulu ledak ledakan fragmentasi
Berat hulu ledak 38-100 kg (84-220 lb)
Mekanisme detonasi Radar dan laser fuzes aktif
Mesin motor roket propelan padat
Lebar sayap 1,45 m (4 kaki 9 inci)
Jangkauan operasional 50-80 km (31-50 mi)
Kecepatan maksimum Mach 2,2-4,5
Sistem panduan Inverse monopulse Semi-active radar homing (R-40RD) dan Pengarahan inframerah (R-40TD)
Platform peluncuran MiG-25, MiG-31
Baca juga : 5 Oktober 1914, Kemenangan pertempuran udara pertama : Pesawat terbang vs pesawat di atas Prancis