ZONA PERANG(zonaperang.com) – Kedatangan SA-2 atau S-75 Desna / V-750 dalam penyebutan Uni Soviet di Bumi Pertiwi merupakan bagian dari Operasi Trikora(Tri Komando Rakjat) dalam melindungi Jakarta dari serangan udara lawan yang mungkin terjadi.
Awalnya Soekarno tertarik membeli rudal Nike(Nike Ajax dan Nike Hercules-pendahulu Patriot) yang saat itu adalah rudal hanud paling modern buatan Amerika, namun niat ingin membeli rudal tersebut ternyata ditolak pihak AS, Paman Sam tidak berkenan menjual Nike ke Indonesia yang saat itu tengah berselisih dengan Belanda dalam masalah Papua Barat.
Saat di AS, Kol. AURI Ir. Kusudiarso Hadinoto yang dikirim ke Amerika Serikat april 1959 untuk melihat dari dekat dan menjajaki pembelian rudal bersama Atase Udara RI di Washington, Kol. R. Soedjono hanya mendapat kesempatan untuk melihat demonstrasi penembakan rudal Nike dari kejauhan.
Kusudiarso kembali dengan tangan hampa, kemudian hal tersebut dilaporkan ke KSAU Suryadarma, yang lantas meneruskanya ke Presiden Soekarno. Mendengar kabar penolakan Paman Sam menjual Nike ke Indonesia, Soekarno pun tak terima dan memerintahkan Jenderal A.H. Nasution ke Uni Soviet untuk membeli rudal hanud tandingan dari Blok Timur. Bung Karno menyebut pengadaan SA-2 ini sebagai “Proyek A“.
“Senjata dengan peran, konfigurasi, dan era yang sebanding: Project Nike & Bristol Bloodhound“
Baca juga : Pesawat Pengebom Taktis Ilyushin IL-28 Beagle (1948) : Pembom Jet Pertama Milik AURI
Baca juga : Pahlawan Nasional Abdulrachman Saleh, Tokoh AURI Multi Talenta
“Proyek A“
Setelah melewati beberapa proses, kemudian SA-2 mulai memperkuat pertahanan udara obyek vital di Indonesia pada awal dekade 1960-an. Dalam proses akuisisi rudal ini, TNI AU mengirimkan teknisi ke Uni Soviet untuk dilatih mengoperasikan rudal ini pada tahun 1962. Setiap teknisi yang belajar rudal tersebut dinamakan ‘Naya’.
Sementara program pendidikan awak dan teknisi berjalan, di Tanah Air dilakukan persiapan mulai dari pembangunan hangar, shelter dan mess. Pada tahun 1962, seratus personel yang direkrut dari bintara yang bertugas di satuan-satuan radar AURI dikirim untuk belajar sistem rudal. Pendidikan itu dilaksanakan di Polandia, di sana pendidikan khusus bagi calon operator radar yang akan bertugas di skadron rudal dilaksanakan.
Melalui Skep Men/Pangau Nomor 53 Tahun 1963 tanggal 12 September 1963, dalam rangka mempertahankan wilayah kedaulatan udara nasional, dilakukan pembagian unsur-unsur rudal hanud dalam pelaksanaan operasi. Unsur-unsur itu berada di bawah naungan Wing Pertahanan Udara (WPU) 100, membawahi 3 skadron peluncur dan 1 skadron teknik peluru kendali. Daftar skadron tersebut adalah sebagai berikut:
1. Skadron 101 Peluncur peluru kendali darat ke udara SA-75 di Cilodong.
2. Skadron 102 Peluncur peluru kendali darat ke udara SA-75 di Tangerang.
3. Skadron 103 Peluncur peluru kendali darat ke udara SA-75 di Cilincing.
4. Skadron Teknik 104 Penyiap Peluru Kendali di Pondok Gede.
Tiga skadron pertama merupakan skadron operasional, sementara Skadron 104 merupakan skadron penyiap yang bertanggungjawab menyiapkan rudal-rudal yang akan ditempatkan di ketiga skadron operasional.
WPU 100 Peluru Kendali berpangkalan di Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma. Rencananya waktu itu juga akan ditempatkan di Bekasi dan Surabaya. Alasan memilih Surabaya, pertimbangannya karena di sana pusat Angkatan Laut. Namun, rencana tersebut urung terjadi.
Meski SA-2 milik Indonesia digunakan untuk memagari langit Ibukota, namun tak banyak cerita yang terjadi selama situasi genting tersebut. Karena Indonesia dan Belanda lebih suka menyelesaikan pertikaian waktu itu melalui meja runding.
Walau tak sempat menembak jatuh pesawat musuh, akan tetapi rudal hanud ini ‘nyaris’ menembak jatuh U-2 Dragon Lady milik Amerika. Rudal tersebut gagal menembak target akibat Bung Karno tidak mengangkat telepon yang masuk dari Panglima Kohanud.
Baca Juga : U-2 “Dragon Lady”, Sang Naga Pengintip
Melewati Teluk Jakarta
Waktu itu anggota Skadron Peluncur 102 bersiaga seperti hari-hari sebelumnya. Namun, tiba-tiba keluar kabar yang mengejutkan, bahwa sebuah pesawat intai strategis U-2 Dragon Lady melintas di Teluk Jakarta. Karena pesawat yang dimaksud sudah masuk jarak tembak, maka kejadian itu segera dilaporkan ke Panglima Kohanud.
Menindaklanjuti laporan tersebut, Panglima Kohanud lantas melaporkan kepada Presiden lewat jalur ‘telepon merah’ untuk menunggu perintah selanjutnya. Waktu itu operator radar SA-2 sudah mengunci posisi U-2 Dragon Lady, sementara Skadron Peluncur 102 tinggal menunggu perintah untuk menembak.
Akan tetapi Bung Karno saat itu sedang tidak ada di tempat ketika telepon berdering dari Panglima Kohanud, karena RI-1 sedang tidak ada di tempat maka target yang sudah terkunci kemudian melarikan diri.
Di lingkungan ASEAN, tercatat hanya Vietnam dan Indonesia yang pernah mengoperasikan rudal ini. Indonesia sendiri mempensiunkan SA-2 pada tahun 1983.
Baca juga : Operation HAIK : Kisah Petualangan Allen Pope dan C-130 Hercules AURI(TNI-AU)
Francis “Gary” Powers
SA-2 berhasil menembak pesawat mata-mata Amerika yang bernama U-2 Dragon Lady. Kejadian ini terjadi pada 1 Mei 1960, pesawat tersebut ditembak pada ketinggian 15.24 km. Dalam insiden ini Uni Soviet berhasil menangkap pilot U-2 yang bernama Francis “Gary” Powers. Kejadian tersebut merupakan keberhasilan penembakan pesawat yang dipublikasikan secara resmi, sebenarnya setahun sebelumnya SA-2 sudah menembak jatuh pesawat lain.
Pesawat pertama yang ditembak jatuh oleh SA-2 adalah pesawat pengintai ketinggian milik Taiwan yang bernama Martin RB-57D Canberra. Pesawat itu ditembak jatuh oleh rudal hanud SA-2 yang dioperasikan China di dekat Beijing, kejadian ini terjadi pada 7 Oktober 1959.
Namun, keberhasilan ini tidak pernah dipublikasikan secara resmi untuk menghindari bocornya informasi terkait rudal SA-2. Rudal SA-2 milik China juga sukses menjatuhkan lima unit U-2 yang dioperasikan ROCAF (Angkatan Udara Taiwan). Bisa dibilang SA-2 (S-75 Dvina) merupakan momok menakutkan bagi pesawat mata-mata Amerika tersebut.
Kiprah SA-2 tak berhenti sampai disitu, SA-2 kembali unjuk gigi di Krisis Rudal Kuba. Disana lagi-lagi pesawat Amerika menjadi korbannya, U-2 Dragon Lady kembali menjadi sasaran empuk pada insiden ini. Mayor USAF Rudolf Anderson ditembak jatuh di Kuba oleh sebuah S-75 Dvina pada bulan Oktober 1962.
Pada 24 Juli 1965, sebuah pesawat F-4 Phantom USAF ditembak jatuh rudal SA-2 yang dioperasikan Vietnam Utara. Rudal hanud SA-2 terbukti efektif untuk merontokkan pesawat Paman Sam, selama Perang Vietnam SA-2 telah menembak jatuh 1.046 pesawat, atau 31% dari semua pesawat AS yang jatuh. Dalam perang tersebut, Uni Soviet mengirimkan total 95 sistem hanud S-75 Dvina dan 7.658 rudal ke Vietnam. Sebagian besar S-75 dikerahkan di sekitar area Hanoi-Haiphong selama Perang Vietnam.
Kelemahan rudal
Meski punya spesifikasi yang menakutkan pada masanya, SA-2 tidak cocok untuk menyergap pesawat yang terbang di ketinggian rendah dengan manuver tinggi. SA-2 adalah rudal untuk menghantam target pada ketinggian menengah dan tinggi yang bermanuver rendah, lebih cocok untuk menyerang pesawat pembom dan pesawat mata-mata. Memiliki bobot yang besar, SA-2 bukan rudal yang bersifat mobile, platform peluncurannya menggunakan ground mounted.
SA-2 mengusung sistem conical scan, dengan 2 antena, satu mengukur azimuth (sudut putar dari arah barat sampai timur) dan satunya lagi elevasi. Sistem ini menghasilkan data pengukuran yang sedikit lebih lama. Hal ini menyebabkan SA-2 lebih rawan terhadap faktor alam, di mana RCS (Radar Cross Section) pesawat berubah ubah sesuai penampang yang dilihat radar sedangkan radar Nike dilengkapi penjejak sasarannya (tracking radar) yang sudah menganut prinsip Monopulse. Dalam prinsip ini posisi angular (azimuth,elevasi) sasaran sudah bisa diukur oleh radar hanya dalam sekali pengukuran.
SA-2 juga relatif lebih rawan terhadap jamming dengan teknik Inverse Gain seperti di Vietnam, kemudian pada perkembangannya SA-2 di Vietnam dan milik AURI diberi tambahan Optical Sight.
SA-2 Dalam Monumen
Sa-2 terpajang di Musium ABRI Satria Mandala Jakarta dan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta
Spesifikasi (V-750)
Massa 2.300 kg (5.100 pon)
Panjang 10.600 mm (34 kaki 9 inci)
Diameter 700 mm (28 inci)
Hulu ledak Frag-HE
Berat hulu ledak 195 kg (430 lb)
Mekanisme ledakan Perintah
Propelan Penguat bahan bakar padat dan tahap atas bahan bakar cair yang dapat disimpan
Jangkauan operasional 45 km (28 mil)
Ketinggian penerbangan 25.000 m (82.000 kaki)
Waktu penerbangan booster 5 detik dan rudal 20 detik
Sistem panduan Panduan perintah kontrol radio
Akurasi 65 m
Platform peluncuran Rel tunggal, dipasang di tanah (bukan bergerak)
Baca juga : RBS 70 NG(New Generation) : Sistem Rudal Darat ke Udara portable Anti Jamming Andalan Swedia
Baca juga : Kalashnikov AK-74 (Uni Soviet): Penerus senapan serbu AK-47 yang legendaris