Sejarah dan Dinamika Politik Syria: Dari Tanah Syam hingga Kejatuhan Rezim Bashar al-Assad
ZONA PERANG(zonaperang.com) Syria, yang terletak di pantai timur Laut Mediterania, memiliki sejarah yang kaya dan kompleks. Wilayah ini dikenal sebagai Tanah Syam, yang mencakup tidak hanya Syria modern tetapi juga Lebanon, Palestina, dan Yordania.
Nama “Syam” berasal dari kata Saryaniyah, yang merujuk pada Syam bin Nuh, yang diyakini sebagai pendiri awal daerah tersebut setelah banjir besar. Sejak zaman kuno, Syria telah menjadi pusat peradaban dengan pengaruh dari berbagai kekaisaran seperti Sumeria, Asyur, Babilonia, dan Romawi.
Levant dan Tanah Syam merujuk pada wilayah geografis yang serupa, Levant lebih umum dalam penggunaan akademis dan arkeologis, sementara Tanah Syam memiliki konotasi historis dan religius dalam budaya Arab dan Islam.
Wilayah Syria kuno merupakan salah satu pusat peradaban tertua di dunia. Sejak zaman Mesopotamia, kawasan ini telah menjadi persimpangan penting jalur perdagangan yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa. Kota-kota bersejarah seperti Damaskus, Palmyra dan Aleppo telah ada sejak ribuan tahun sebelum Masehi, menjadikan mereka di antara kota-kota tertua yang masih dihuni hingga saat ini. Bahkan Damaskus, salah satu kota tertua yang masih dihuni, telah menjadi ibu kota beberapa kerajaan dan kekaisaran sepanjang sejarah.
Baca juga : 15 Maret 2011, Syrian civil war : Perang Saudara Suriah dimulai
Baca juga : Suriah Pasca-Assad: Apakah Nasibnya Akan Sama dengan Libya Pasca-Khadafi?
Sejak zaman kuno hingga pertengahan abad ke-20, Syria mengalami pergantian kekuasaan yang signifikan. Setelah periode kekuasaan Romawi dan Bizantium, wilayah ini jatuh ke tangan Muslim pada abad ke-7 Masehi. Damaskus menjadi ibu kota Kekhalifahan Umayyah dan pusat peradaban Islam yang penting. Pada abad ke-20, Syria berada di bawah mandat Prancis setelah Perang Dunia I hingga meraih kemerdekaan pada tahun 1946.
“Dari Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Bizantium, hingga Kekhalifahan Islam, setiap kekuasaan membawa pengaruhnya sendiri ke wilayah ini. Pada abad ke-16, Syria jatuh ke tangan Kesultanan Utsmaniyah, yang memerintah wilayah ini selama lebih dari empat abad.”
Setelah jatuhnya Kesultanan Utsmaniyah, wilayah Syria ditempatkan di bawah mandat Prancis berdasarkan perjanjian Sykes-Picot tahun 1916. Namun, rakyat Syria menentang kolonialisme Prancis, dan pemberontakan terjadi di berbagai wilayah. Akhirnya, pada tahun 1946, Syria memperoleh kemerdekaan penuh dan menjadi sebuah republik.
Sejarah Suriah ditandai oleh kekuasaan berbagai kekaisaran dan dinasti:
Baca juga : Palestina: Jejak Sejarah dari Nabi hingga Penjajahan
Baca juga : Perang Salib, Kampanye Militer Bermotif Agama dengan Segala Dinamikanya
Negara Syria mulai terbentuk setelah kemerdekaan dari Prancis. Pada tahun 1958, Syria bergabung dengan Mesir untuk membentuk Republik Arab Bersatu, namun kembali merdeka pada tahun 1961.
“Setelah kemerdekaan, Syria mengalami serangkaian perubahan politik yang cepat. Pada tahun 1963, Partai Ba’ath berhasil merebut kekuasaan dan memperkenalkan ideologi nasionalis Arab dan sosialis. Pada tahun 1970, Hafez al-Assad, seorang pilot militer, merebut kekuasaan dan memulai era pemerintahan yang berlangsung selama tiga dekade.”
Di bawah kepemimpinannya, Syria mengadopsi kebijakan pemerintahan yang otoriter, memperkuat hubungan dengan Uni Soviet, dan memainkan peran penting dalam perang Arab-penjajah Israel. Hafez juga membangun sistem pemerintahan yang berpusat pada loyalitas keluarga dan sekte Alawi.
“Setelah Prancis meninggalkan Suriah pada tahun 1946, banyak warga Suriah tidak mempercayai Alawite karena keberpihakan mereka dengan Prancis.”
Bashar al-Assad yang seorang dokter spesialis bedah mata mengambil alih kekuasaan pada tahun 2000 setelah kematian ayahnya, Hafez al-Assad. Rezimnya ditandai oleh kebijakan otoriter dan pengekangan kebebasan sipil. Meskipun awalnya dianggap sebagai pembaru, situasi politik dan sosial di Syria semakin memburuk.
Kejatuhan Bashar al-Assad tidak dapat dipisahkan dari Perang Saudara Syria yang dimulai pada tahun 2011. Protes damai terhadap rezimnya berubah menjadi konflik bersenjata yang melibatkan berbagai kelompok bersenjata dan negara asing. Meskipun Assad masih berkuasa di sebagian besar wilayah, tantangan terhadap rezimnya terus berlanjut dengan adanya tekanan internasional dan konflik internal yang berkepanjangan.
Syria memiliki hubungan dekat dengan Rusia dan Iran, terutama selama rezim Assad. Rusia mendukung Assad melalui bantuan militer dan politik, sedangkan Iran menyediakan dukungan ekonomi dan pasukan milisi. Di sisi lain, negara-negara Barat, Turki, dan beberapa negara Teluk mendukung oposisi selama perang saudara.
Rezim Bashar al-Assad akhirnya jatuh pada tanggal 8 Desember 20242. Pada hari itu, pasukan oposisi berhasil merebut ibu kota Damaskus setelah serangan besar-besaran yang dimulai pada akhir November 2024 melawan loyalis yang kekurangan motivasi. Bashar al-Assad dilaporkan melarikan diri ke Rusia, di mana ia bergabung dengan keluarganya yang sudah lebih dulu mengungsi. Kejatuhan rezim ini menandai berakhirnya kekuasaan keluarga Assad yang telah memerintah Syria selama lebih dari 50 tahun.
Gazamedia.net | Update Terdepan Berita Palestina
Donasi RS Indonesia, Palestina
Baca juga : Pertempuran Megiddo 1457 SM: Salah Satu Pertempuran Tertua dalam Sejarah
Baca juga : Apakah Islam adalah Agama Perang?
Legenda dari Hutan Salju: Simo Häyhä dan Peperangan Musim Dingin Simo Häyhä, yang lebih dikenal…
Kawasaki P-1: Solusi Canggih untuk Ancaman Maritim Abad ke-21 Kawasaki P-1 adalah pesawat patroli maritim…
Ketika Drone Lepas Kendali: Pertempuran Palmdale 1956 Pertempuran Palmdale 1956: Ketika Jet Tempur Gagal Mengalahkan…
Bukit 937: Perjuangan dan Pengorbanan di Vietnam Hamburger Hill: Kisah Nyata Pertempuran yang Terlupakan Film…
Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Palestina, perempuan telah memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya sebagai…
Proyek Kuba dan Upaya Rahasia untuk Menaklukkan Komunisme di Belahan Barat Operasi Mongoose, atau Proyek…