ZONA PERANG (zonaperang.com) – Di negara-negara Muslim kawasan Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia dan Brunei, mendengar suara azan dari masjid sudah jadi hal yang biasa. Namun tidak di Vietnam yang banyak dipengaruhi budaya China dan banyak yang memeluk agama Buddha.
Umat Muslim memang termasuk minoritas di negara yang pernah terpecah oleh perang saudara itu, sehingga tempat ibadah seperti masjid jumlahnya sangat sedikit.
Hal itu dikemukakan oleh Lamijo, M. Phil, dalam acara Bincang Ramadhan bertajuk ‘Kaum Minoritas Islam di Asia Tenggara’ secara virtual pada 11 Mei 2020. Menurut Peneliti Kewilayahan LIPI yang mengangkat tema Bulan Sabit di Atas Mekong: Sejarah dan Perkembangan Islam di Vietnam, Islam di negara tersebut berawal dari masyarakat atau etnis Cham lewat Kerajaan Champa.
Baca Juga : Sejarah Perkembangan Kerajaan Kesultanan Mataram Islam
Menurut Lamijo, istilah Champa pertama kali muncul dan digunakan pada dua buah prasasti berbahasa Sanskerta berangka pada 658 Masehi di temukan di Vietnam Tengah dan berangka tahun 668 ditemukan di Kamboja.
“Peninggalan kejayaan kerajaan Champa sangat banyak, tapi banyak yang musnah sejak runtuhnya Champa. Kompleks Candi Bata Merah My Son di Hoi An yng dibangun pada abad ke-7 Masehi adalah sisa yang masih ada hingga saat ini dan dilestarikan sebagai cagar budaya oleh UNESCO ,” terang Lamijo.
“Masyarakat Champa dulu banyak yang memeluk Buddha Mahayana. Pengaruh Islam mulai muncul karena beberapa pelabuhan penting kerajaan Champa sejak lama merupakan tempat persinggahan pedagang Muslim dari Melayu, India, Timur Tengah sebelum melanjutkan dagang ke Cina, tidak terkecuali pedagang muslim,” tambahnya.
Baca Juga : Ketika Uighur Mendirikan Republik Islam Turkestan Timur
Champa menjadi Kerajaan Islam di Vietnam sejak di bawah pemerintahan Che Bo Nga pada 1360–1390. Namun jatuhnya Kerajaan Champa ke tangan Dinasti Nguyen pada 1832 mendorong terjadinya eksodus pertama Muslim Champa ke selatan, terutama ke Kamboja, Kelantan, dan Terengganu.
“Kelantan dan Terengganu punya hubungan politis berupa ikatan pernikahan dengan Champa. Dari sini silsilah keluarga dan lahirnya Sunan Ampel dan Sunan Bonang terangkai,” jelas Lamijo.
Eksodus Pasca Perang Vietnam
Sunan Ampel sendiri diyakini dilahirkan di Champa sekitar tahun 1401 dan ikut berperan dalam mengembangkan Islam di Vietnam sebelum kemudian hijrah ke pulau Jawa. Di Jawa, Sunan Ampel menikah dan dikaruniai empat orang anak, di antaranya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat.
Baca Juga : Sunan Ampel: Wali Pendakwah di Jalur Politik & Kekuasaan
Baca Juga : Sunan Drajat, 7 Dasar Ajaran Dakwah Islam dan Prinsip Catur Piwulang
Baca Juga : Sunan Bonang: Dakwah Islam Lewat Sastra & Gamelan
Eksodus Muslim Champa kedua dan lebih besar terjadi setelah berakhirnya perang Vietnam pada 1975, di mana Vietnam Selatan tunduk pada Vietnam Utara dan kemudian menjadi satu Vietnam.
Karena khawatir dengan pemerintahan komunis, puluhan ribu orang Champa melakukan eksodus besar-besaran ke Kamboja dan Malaysia. Situasi tersebut membuat jumlah umat Muslim di Vietnam semakin berkurang dan terpinggirkan.
Baca Juga : Operation Wandering Soul : Operasi Militer Rahasia Amerika Menghancurkan Mental Tentara Komunis Vietnam
Ada dua mazhab besar umat Islam di Vietnam yaitu mazhab Sunni dan mazhab Bani. Adapun mazhab Sunni tersebar diseluruh penjuru negara kecuali dua tempat antara Tuan Han dan Ninh Thuan, dan mayoritas mereka menganut mazhab Syafi’i.
Adapun mazhab Bani tersebut di daerah Ninh Thuan dan Binh Thuan, dan mazhab ini tidak banyak dikenal oleh umat Islam di dunia, karena memiliki ciri khusus domestik dan memiliki pengaruh kuat warisan dari India.