- Kurdistan: Realitas Etnis yang Terpinggirkan di Panggung Geopolitik
- Mereka adalah suku yang tidak terbagi saat kesultanan Ottoman masih berdiri
- Suku Kurdi, sebuah kelompok etnis yang menduduki wilayah luas di Timur Tengah, dikenal akan kekayaan budayanya serta perjuangannya yang penuh tantangan untuk mendapatkan pengakuan dan otonomi. Dengan sejarah yang panjang dan kompleks, Kurdi telah berjuang untuk mengamankan identitas dan hak-hak mereka di tengah ketegangan politik dan konflik yang melanda wilayah mereka.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Kurdi diyakini berasal dari daerah pegunungan Zagros di barat laut Iran, dengan akar sejarah yang dapat ditelusuri kembali hingga ribuan tahun silam. Saat ini, populasi Kurdi tersebar di lima negara secara signifikan: Turki, Irak, Iran, Armenia, dan Suriah.
Wilayah yang mereka huni, sering disebut sebagai “Kurdistan,” mencakup area pegunungan dan dataran tinggi yang kaya sumber daya alam. Kurdi memiliki bahasa, tradisi, dan budaya yang unik yang membedakan mereka dari bangsa-bangsa di sekitarnya.
“Saladin (Salahuddin al-Ayyubi): Pemimpin Muslim legendaris yang mengalahkan Tentara Salib dan merebut Yerusalem serta dan pendiri Dinasti Ayyubiyah adalah tokoh yang berasal dari suku Kurdi.”
Sejarah panjang Kurdi dipenuhi perjuangan untuk memperoleh otonomi atau kemerdekaan, tetapi upaya ini kerap menemui perlawanan dari negara-negara tempat mereka tinggal.
Asal Usul Suku Kurdi
Suku Kurdi adalah penduduk asli kawasan dataran tinggi di Mesopotamia, yang dikenal sebagai tempat lahirnya peradaban manusia. Mereka memiliki akar budaya yang dalam dan telah ada selama ribuan tahun. Bahasa Kurdi termasuk dalam rumpun bahasa Iranik dan memiliki beberapa dialek, termasuk Kurmanji dan Sorani.
Sejarah panjang suku Kurdi mencakup berbagai dinasti dan kekuasaan, tetapi mereka sering kali terpinggirkan dalam peta politik modern. Setelah Perang Dunia I dan runtuhnya Kekaisaran Ottoman, harapan untuk mendirikan negara Kurdistan melalui Perjanjian Sevres pada tahun 1920 tidak terwujud. Sebaliknya, Perjanjian Lausanne pada tahun 1923 mengukuhkan pembagian wilayah Kurdi di antara negara-negara baru seperti Turki, Irak, Suriah, dan Iran.
Baca juga : 15 Maret 2011, Syrian civil war : Perang Saudara Suriah dimulai
Baca juga : Iran dan Israel: Dari sekutu hingga musuh bebuyutan, bagaimana mereka bisa sampai seperti itu?
Mengapa Mereka Dimusuhi?
Suku Kurdi sering kali menghadapi penindasan dari pemerintah negara-negara tempat mereka tinggal. Di Turki, misalnya, etnis Kurdi mengalami pelarangan penggunaan bahasa dan simbol budaya mereka. Pemerintah Turki menganggap upaya untuk memperjuangkan hak-hak Kurdi sebagai ancaman terhadap integritas nasional.
Upaya Kurdi untuk mendapatkan otonomi atau kemerdekaan sering dianggap sebagai ancaman bagi integritas territorial negara-negara tempat mereka tinggal. Kurdi memiliki identitas etnis yang kuat, yang sering kali dibayangi oleh kebijakan asimilasi negara-negara di sekitarnya. Dalam konteks konflik yang lebih luas, seperti Perang Suriah, posisi Kurdi sering terlilit dalam pertikaian antara kekuatan global dan regional, yang membuat mereka menjadi korban dari intrik politik yang kompleks.
Di Irak, suku Kurdi mengalami kekerasan sistematis selama pemerintahan Saddam Hussein, termasuk serangan senjata kimia di Halabja pada tahun 1988. Di Suriah dan Iran pun, orang Kurdi menghadapi tantangan serupa dalam memperjuangkan hak-hak mereka.
Apa yang Dilakukan Suku Kurdi?
Dalam menghadapi penindasan tersebut, suku Kurdi telah berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan otonomi. Mereka membentuk berbagai partai politik dan kelompok bersenjata seperti Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di Turki dan Peshmerga di Irak.
Dalam beberapa tahun terakhir, suku Kurdi juga terlibat aktif dalam memerangi ISIS di Irak dan Suriah, mendapatkan pengakuan internasional atas peran mereka dalam mengalahkan kelompok teroris tersebut.
“Pasukan Kurdi, seperti Peshmerga di Irak dan YPG di Suriah, telah memainkan peran krusial dalam memerangi kelompok ekstremis ISIL”
Dimanfaatkan
Suku Kurdi, dengan perjuangan untuk hak-hak dan pengakuan mereka, sering dimanfaatkan oleh berbagai pihak, kelompok, dan negara untuk mencapai tujuan mereka masing-masing. Berikut adalah beberapa contoh tentang siapa atau kelompok yang memanfaatkan situasi Kurdi:
1. Negara-Negara Barat (terutama Amerika Serikat):
Dalam konteks Perang Melawan Teror, terutama yang berkaitan dengan ISIL(juga buatan Barat untuk mengumpulkan dan menghancurkan perjuangan Islam), Amerika Serikat memanfaatkan Pasukan Peshmerga di Irak dan YPG (Unit Perlindungan Rakyat) di Suriah. Mereka mendapatkan pelatihan dan dukungan militer dari AS dan koalisi internasional untuk memerangi kelompok ekstremis. AS sering kali menggunakan hubungan dengan Kurdi sebagai alat untuk menekan negara-negara seperti Turki dan Iran yang memiliki kepentingan berlawanan.
2. Partai Pekerja Kurdistan (PKK):
PKK, yang berjuang untuk hak-hak Kurdi di Turki, sering kali memanfaatkan ketidakpuasan warga Kurdi atas penindasan yang mereka alami. Mereka mengorganisir gerakan gerilya dan menggunakan cara-cara ini untuk menarik dukungan lokal dan internasional, meskipun kelompok ini dianggap sebagai organisasi teroris oleh Turki dan beberapa negara lainnya. PKK juga mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok pro-Kurdi di Eropa.
“Turki kadang-kadang memanfaatkan ketegangan antara Kurdi di Irak dan Suriah untuk memperkuat posisinya sendiri dalam politik regional. Turki sering menggunakan kekuatan militer untuk menyerang posisi Kurdi di Suriah dan Irak dengan alasan memerangi terorisme, sambil berusaha mencegah pembentukan negara Kurdi yang merdeka.”
3. Pemerintah Kurdistan Irak:
Otonomi yang diberikan kepada Wilayah Kurdistan Irak memungkinkan pemerintah daerah untuk mengeksploitasi sumber daya alam, terutama minyak, dan berusaha memposisikan diri sebagai pemerintahan yang stabil di kawasan yang penuh konflik. Pengakuan internasional dan dukungan dari negara-negara Barat selama perang melawan ISIL memberi mereka legitimasi dan kekuatan politik.
4. Kekuatan Regional (seperti Iran, Turki, Suriah):
Negara-negara ini sering kali memanfaatkan ketegangan yang ada di antara Kurdi dan kekuatan lainnya untuk mencapai tujuan politik mereka sendiri. Misalnya, Turki berusaha mengurangi pengaruh PKK dengan menjalin hubungan dengan kekuatan lain yang berseberangan dengan Kurdi, sedangkan Iran menggunakan situasi ini untuk mengamankan perbatasan mereka dan mencegah aktivitas separatis.
“Iran terkadang memanfaatkan ketidakstabilan di kawasan untuk memperkuat posisinya dengan mendukung kelompok-kelompok Kurdi tertentu yang bersedia berkooperasi dengan pemerintah pusat(misal selama Perang Irak-Iran).”
Pada masa lalu, Uni Soviet mendukung kelompok Kurdi sebagai bagian dari strategi mereka untuk memperluas pengaruh di Timur Tengah. Saat ini, Rusia juga memainkan peran dalam konflik Suriah dan memiliki hubungan dengan kelompok Kurdi di wilayah tersebut
5. Penggerak Kebebasan Global:
Dalam konteks lebih luas, berbagai kelompok hak asasi manusia dan organisasi internasional sering kali memanfaatkan kesulitan yang dihadapi oleh Kurdi untuk mendorong pembicaraan tentang hak-hak asasi manusia, kebebasan berbicara, dan kemanusiaan, menunjukkan realitas keras yang dihadapi oleh suku ini.
Melalui berbagai dinamika yang ada, suku Kurdi telah menjadi pion dalam permainan geopolitik yang lebih besar, baik di Timur Tengah maupun di panggung internasional. Situasi ini sering kali menempatkan mereka di posisi yang rumit, di mana mereka harus berjuang untuk hak-hak mereka sambil menghadapi eksploitatif dari berbagai pihak.
Baca juga : Mengapa ISIS tidak pernah menyerang penjajah Israel dan Amerika?
Baca juga : Nasionalisme: Alat Penjajahan Barat yang Memecah Belah Umat Islam