Artikel

Tanpa Anestesi: Penderitaan Korban Perang di Gaza

  • Di Bawah Pisau Tanpa Penghilang Sakit: Penderitaan Korban Perang Gaza
  • Derita Tanpa Henti: Realitas Medis Tragis di Gaza
  • Gaza, sebuah wilayah kecil di Timur Tengah, telah menjadi saksi bisu peristiwa-peristiwa tragis yang menyebabkan penderitaan besar bagi penduduknya. Konflik yang berkepanjangan antara penjajah zionis Israel dan Palestina telah menyebabkan korban jiwa dan kerusakan material yang besar. Para korban perang di Gaza tidak hanya menghadapi kehancuran fisik, tetapi juga kebutuhan perawatan medis yang sangat tidak memadai.

ZONA PERANG(zonaperang.com) Gaza, wilayah kecil yang penuh dengan konflik karena pendudukan zionis Israel, telah lama menjadi saksi bisu penderitaan rakyatnya. Ketika peluru dan bom menghujani kota, menghancurkan bangunan, merobek tubuh, dan menghancurkan harapan, para korban yang selamat hanya memiliki satu harapan tipis: mendapatkan perawatan medis yang bisa menyelamatkan hidup mereka.

Namun, bagi banyak korban di Gaza, kenyataan ini jauh dari harapan mereka. Di tengah kekurangan fasilitas medis, obat-obatan, dan tenaga medis yang memadai, banyak korban perang harus menjalani perawatan medis yang tidak manusiawi—tanpa anestesi.

Anestesi adalah tindakan yang membuat seseorang tidak merasakan sakit selama prosedur medis atau pembedahan. Pemberian obat dokter ditujukan agar bisa menghilangkan rasa sakit. Ada obat bius yang dapat mematikan perasaan pada bagian tubuh tertentu, ada juga yang dapat mematikan otak untuk sementara waktu selama prosedur pembedahan. Anestesi bekerja dengan memblokir sinyal sensorik dari saraf pada lokasi prosedur ke pusat bagian otak. Berbagai jenis anestesi akan bekerja dengan cara yang berbeda, mulai dari memberikan sensasi mati rasa hingga membuat pasien menjadi tertidur.

Kisah-kisah dari lapangan menggambarkan betapa putus asanya situasi di Gaza. Para pasien yang terluka harus menahan rasa sakit yang luar biasa karena tidak adanya obat bius. Di tengah kekacauan ini, para dokter dan tenaga medis tetap berusaha memberikan yang terbaik dengan sumber daya yang sangat terbatas. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang berjuang di garis depan, menghadapi tantangan yang hampir tidak mungkin untuk menyelamatkan nyawa.more

Baca juga : Boikot Ekonomi: Melumpuhkan Lawan tanpa Kekerasan hingga Alasan Kesehatan

Baca juga : 29 Februari 2024, Perang Penjajah Israel – Palestina: Pembantaian dengan perut kosong, Zionis mendefinisikan tingkat kebiadaban baru dalam sejarah umat manusia

Operasi tanpa penghilang rasa sakit

Bayangkan seorang anak kecil yang terkena pecahan bom, meringis kesakitan di atas meja operasi darurat. Tubuhnya terluka parah, dan ia memandang dengan mata yang penuh ketakutan ketika para dokter yang kelelahan mencoba menyelamatkan hidupnya. Tapi apa yang terjadi ketika anestesi yang seharusnya menenangkan rasa sakit itu tidak ada? Anak itu harus menghadapi mimpi buruk yang menjadi nyata—operasi tanpa penghilang rasa sakit.

Situasi ini bukan hanya sebuah kebetulan atau pilihan; ini adalah hasil dari blokade yang melumpuhkan, yang membatasi akses ke kebutuhan dasar seperti obat-obatan dan peralatan medis. Di rumah sakit-rumah sakit Gaza, stok anestesi sering kali tidak tersedia, dan para dokter dipaksa untuk melakukan prosedur yang menakutkan tanpa bantuan alat-alat yang memadai. Akibatnya, pasien, termasuk anak-anak, ibu hamil, dan lansia, harus menanggung rasa sakit yang tak terbayangkan saat mereka dirawat.

“Para korban perang di Gaza menghadapi penderitaan yang sangat besar. Mereka tidak hanya kehilangan rumah dan keluarga, tetapi juga mengalami luka-luka fisik yang serius. Kebanyakan dari mereka membutuhkan perawatan medis yang intensif, termasuk operasi, terapi fisik, dan rehabilitasi. Namun, kondisi di Gaza membuat akses ke perawatan medis sangat sulit.”

Para tenaga medis di Gaza bekerja dalam kondisi yang sangat berat, sering kali tanpa listrik yang stabil, tanpa peralatan canggih, dan dengan sumber daya yang sangat terbatas. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang setiap hari dihadapkan pada pilihan-pilihan mustahil: siapa yang bisa mereka selamatkan dan siapa yang harus dibiarkan pergi. Namun, meski dengan segala upaya dan ketekunan mereka, kenyataannya adalah bahwa banyak nyawa yang hilang karena kekurangan yang menghantui sistem kesehatan di Gaza.

Kisah Pilu Korban Perang di Gaza

 

Seorang dokter di Gaza menceritakan bagaimana mereka harus menolak pasien dengan kondisi kronis dan merawat luka yang membusuk dengan peralatan medis seadanya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan buruknya kondisi pelayanan kesehatan di Gaza sebagai sesuatu yang “tidak bisa digambarkan dengan kata-kata”. Dengan 23 rumah sakit yang tidak berfungsi dan 12 lainnya hanya berfungsi sebagian, para tenaga medis di Gaza menghadapi tantangan yang luar biasa dalam memberikan perawatan yang memadai1.

Bagaimana dunia bisa terus membiarkan penderitaan ini terjadi?

Kisah ini adalah seruan untuk perhatian dan aksi dari komunitas internasional. Bagaimana dunia bisa terus membiarkan penderitaan ini terjadi? Bagaimana kita bisa berpaling dari rasa sakit yang begitu nyata dan mengerikan? Mereka yang terluka di Gaza tidak hanya membutuhkan simpati; mereka membutuhkan tindakan nyata—bantuan medis, obat-obatan, dan dukungan internasional yang bisa memberikan mereka perawatan yang layak sebagai manusia.

Korban perang di Gaza bukan hanya angka atau berita yang berlalu begitu saja. Mereka adalah manusia, dengan keluarga, dengan mimpi, dan dengan harapan. Namun, harapan itu hancur oleh perang dan ditinggalkan oleh dunia yang seharusnya peduli.

“Masyarakat internasional khususnya umat Islam harus terus berusaha untuk membantu para korban perang di Gaza dan menekan agar blokade dihapuskan. Hanya dengan kerja sama dan dukungan internasional, kita dapat membantu mengurangi penderitaan dan memberikan harapan bagi para korban perang di Gaza.”

Organisasi internasional seperti Palang Merah, UNICEF, dan Médecins Sans Frontières (MSF) telah berusaha untuk membantu para korban perang di Gaza. Mereka menyediakan bantuan medis, suplai obat-obatan, dan dukungan rehabilitasi. Namun, upaya ini sering kali terbatas karena blokade dan keterbatasan akses ke wilayah Gaza.more

Baca juga : Buku Catatan Kaki dari Gaza, Joe Sacco: “Kisah Tragedi Penjajahan Israel dalam Gambar”

Baca juga : Bagaimana senjata bisa masuk ke Gaza yang terkepung?

 

ZP

Recent Posts

P-61 Black Widow: Sang Pemburu Malam di Perang Dunia II

Pesawat tempur malam perintis ini, yang dirancang oleh Northrop Corporation untuk Angkatan Udara Angkatan Darat…

21 jam ago

Pengepungan Gaza 332 SM: Ujian Kritis bagi Ambisi Alexander Agung

Gaza dalam Api Perang: Kisah Penaklukan oleh Alexander Agung pada 332 SM Pada Oktober tahun…

2 hari ago

The Bourne Identity (2002): Revolusi dalam Genre Aksi Mata-Mata

The Bourne Identity, sebuah film aksi thriller yang dirilis pada tahun 2002, menawarkan pengalaman menarik…

3 hari ago

Pedang dan Salib: Kisah Tentara Bayaran Kristen di Bawah Panji Islam

Kristen untuk Islam: Kisah Tentara Bayaran yang Melayani Muslim Loyalitas dan Keuntungan: Tentara Bayaran Kristen…

4 hari ago

Jet tempur Su-57 Rusia mungkin memiliki ‘cacat fatal’

Su-57 Felon, jet tempur generasi kelima yang disebut-sebut memiliki kemampuan siluman dan canggih. Namun, para…

5 hari ago

1 Oktober 2024, Operation True Promise II: Serangan Balistik Iran yang Mengguncang Israel

Pada 1 Oktober 2024, Iran meluncurkan Operation True Promise II, sebuah serangan militer besar-besaran yang…

5 hari ago