ZONA PERANG(zonaperang.com) – Dalam artikel majalah Tempo berjudul “Kisah-Kisah Oktober 1965” edisi 6 Oktober 1984, Geraldus Bambang Setijono Widjanarko, ajudan Soekarno, menceritakan kisahnya pasca G30S PKI. Ia bercerita ketika pada pagi hari di awal Oktober 1965 untuk latihan upacara peringatan Hari ABRI 5 Oktober(Sekarang TNI).
Saat itu, Bambang melatih enam batalion. Tetapi, baru setengah berjalan latihan tersebut, tiba-tiba datang utusan Kostrad yang menarik pasukannya. Seketika Bambang langsung merasa ada yang janggal. Ia kemudian pergi ke Istana untuk bertemu Presiden Soekarno.
Sesampainya di Istana, rasa janggal Bambang semakin besar karena Presiden tidak ada di tempat dan Istana kosong. “Katanya, Bung Karno ada di Halim Perdanakusuma,” kata ujarnya.
Bambang kemudian mendapat laporan penculikan tujuh jenderal dari Kolonel Supardjo yang berasal dari Markas Besar Angkatan Darat. Rasa janggal Bambang kemudian langsung luntur dan mengerti apa yang telah terjadi.
Menitipkan tiga pesan
Setelah itu, Bambang bergegas pergi ke pangkalan Angkatan Udara Halim untuk bertemu Presiden dan pergi ke Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat atau Kostrad untuk menghadap Mayor Jenderal Soeharto.
Soeharto menanyakan keberadaan Soekarno kepada Bambang. Setelah mengetahui keberadaan Soekarno, Soeharto kemudian menitipkan tiga pesan kepada Bambang untuk disampaikan kepada Presiden Soekarno.
Pertama, segala perintah tentang Angkatan Darat dari Presiden Soekarno harus disampaikan pada Pak Harto. Kedua, Jenderal Pranoto tidak bisa menghadap Bung Karno. Ketiga, Bambang harus bujuk Soekarno untuk tinggalkan Halim, secepatnya.
Perlu diketahui bahwa selama pergolakan G30S PKI 1965, Presiden Soekarno sempat berpindah tempat persembunyian beberapa kali. Dari Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto, Bung Karno juga sempat di Grogol, di rumah ke rumah istri ke 7-nya, Harjati sebelum kemudian ke Landasan Udara Halim Perdanakusuma.
“Atas tiga pesan itu, saya kembali ke Halim. Menghadap Bung Karno,” kata Bambang.
Sumber:
*Tempo
Baca juga : Pemberontakan G 30 S/PKI, Sejarah Kelam Pengkhianatan di Indonesia
Baca juga : Mengapa Soeharto Tidak Diculik PKI, padahal dia termasuk perwira berpangkat tinggi saat itu?