Artikel

Yahudi, Zionisme, dan Israel: Tiga Hal yang Sering Disalahpahami

Pemeluk yahudi belum tentu pendukung zionisme. Tak semua orang Yahudi mendukung agresi pembentukan negara Israel tetapi orang yang mendukung penjajahan di Palestina adalah zionis, siapapun mereka.

ZONA PERANG(zonaperang.com) Banyak pihak mencampuradukkan istilah Yahudi, Zionisme, dan Israel dan menjadikan mereka sebagai musuh bersama. Ada baiknya, kita memahami terlebih dahulu apa perbedaan Yahudi, Zionisme, dan Israel. Kami merangkum perbedaan istilah ketiganya.

1. Yahudi

Al Quran turut mengisahkan mengenai serba-serbi agama Yahudi. Namun sebagai sebuah konsep, Yahudi tak terbatas pada agama semata. Bagaimana pun, Yahudi juga merujuk pada entnisitas dan kesukuan.

Layaknya sebuah mata uang yang sama. Agama dan etnisitas tak terpisahkan. Mayoritas, mereka beragama Yahudi karena faktor keturunan. Jika tak ada darah kesukuan Yahudi, jangan harap orang biasa dapat memeluk agama tersebut. Hal ini tentu berbeda dengan Islam yang dapat dimasuki oleh berbagai orang dari latar belakang apa pun.

Dalam perang Uhud yang terjadi pada tahun 19 Maret 625 (3 Syawal 3 Hijriyah), Nabi Muhammad SAW dikisahkan pernah meminta bantuan Yahudi dalam perang melawan orang-orang Quraisy. Saat itu, orang-orang Yahudi tengah menetap di tanah Madinah dan hidup harmonis dengan umat Islam.

Dilaporkan Time of Israel, kala itu Sang Nabi mendapat bantuan dari seorang Rabi Yahudi terkemuka bernama Mukhayriq yang berasal dari suku Tha’labah. Sebagai seorang yang berpengaruh di suku itu, Mukharyq meminta para pemeluk Yahudi untuk membantu.

Kendati demikian, permintaan Mukhayriq itu tak didengarkan. Mereka beralasan perang itu dilaksanakan pada hari Sabat, hari yang digunakan umat Yahudi untuk beribadah. Menariknya, Mukhayriq tetap tegas membantu Muhammad bin Abdullah. Hingga akhirnya dia gugur di dalam medan pertempuran.

“Dia adalah yang terbaik dari orang Yahudi,” ucap Nabi Muhammad SAW kala itu.

2. Zionisme

Zionisme merupakan gerakan politik di kalangan warga Yahudi yang mencuat pada tahun 1897. Pendiri gerakan politik tersebut didirikan oleh seorang aktivis politis & wartawan Yahudi Austro-Hongaria bernama Theodor Herzl.

Pada saat itu, warga Yahudi tersebar ke seluruh Eropa. Mereka tak memiliki tanah dan negara yang menyatukan mereka. Satu-satunya yang mereka miliki adalah identitas darah Yahudi yang oleh Herzl ingin disatukan dalam kesatuan geografis, sebuah negara yang menaungi warga Yahudi.

Saat pertama kali dilontarkan Herzl, gagasan tersebut tak sepenuhnya diterima oleh para pemuka agama yahudi. Beberapa tokoh kunci seperti Martin Buber, Karl Raimund Popper, Hermann Cohen, hingga Judah Leon Magnes dengan lantang menolak gagasan Herzl tersebut. Alasannya, gagasan tersebut akan sia-sia, tak sesuai dengan visi Yahudi yang justru harus menyebar ke seluruh dunia.

Meski mendapat penolakan, gerakan zionis itu sendiri pada akhirnya berhasil membangun negara Israel pada 14 Mei 1948. Persoalannya, tanah yang mereka rampas untuk dijadikan negara adalah tanah milik bangsa Palestina. Perang besar pun sempat tak terhindarkan.

Oleh sebab itu, muncul kemudian sebuah narasi yang lazim dikenal. Bahwa pemeluk yahudi belum tentu pendukung zionisme. Tak semua orang Yahudi mendukung agresi pembentukan negara Israel tetapi orang yang mendukung penjajahan di Palestina adalah zionis, siapapun mereka.

3. Israel

Israel merupakan satu-satunya negara yang didirikan khusus untuk Yahudi. Sejak berdiri sebagai sebuah negara karena bantuan Inggris setelah PD I, Indonesia tak pernah memiliki hubungan diplomatik apa pun dengan Israel. Sebab, Indonesia selalu beranggapan bahwa kebijakan yang diambil Israel tak sesuai dengan UUD 1945 tentang penjajahan.

“Tidak semua warga negara Israel merupakan seorang pemeluk Yahudi. Selain itu, tidak juga semua orang Yahudi berada di Israel”

Israel juga tengah berencana mendirikan ratusan ribu perumahan ilegal bagi warga Yahudi di Yerusalem dan Tepi Barat. Rencana pembangunan itu merupakan bagian dari program Greater Jerusalem yang diupayakan Perdana Menteri Benjamin “Bibi” Netanyahu. Sebuah rencana yang mencuat usai mandan Presiden Amerika Serikat, Donald John Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

“Akar kekerasan ini adalah penjajahan. Ada negara kolonial pemukim yang memaksakan apartheid dan penindasan kepada penduduk pribumi (Palestina)”

Baca juga : Mengapa Israel Kebal Hukum dan Selalu Dibela Amerika dalam Menindas Palestina?

Baca juga : 7 Hukum Israel yang Paling Rasis

 

ZP

Recent Posts

Era Pesawat Tempur F-16 Kini Telah Berakhir

F-16 Fighting Falcon yang ikonik telah melayani Angkatan Udara AS dan sekutunya selama beberapa dekade,…

1 jam ago

Tetap aman saat bepergian: Tips dari CIA, saran untuk berpikir seperti mata-mata saat berlibur

Bagaimana cara para petugas CIA bepergian dengan aman? "Your mission is to get home safely,"…

20 jam ago

Komandan AH-64 Apache zionis Israel Menjelaskan Realitas Brutal Misi 7 Oktober

Terkejut, kru AH-64 Israel bergegas merespons serangan pejuang Hamas, namun dengan hasil yang beragam Read…

2 hari ago

Edward Snowden: Pahlawan atau Pengkhianat? Mengurai Kontroversi Whistleblower Terkenal

Menyingkap Tabir Pengawasan Global: Perjalanan Edward Snowden Read More “Edward Snowden: Pahlawan atau Pengkhianat? Mengurai…

3 hari ago

Radar Smerch MiG-25: “Mata” yang Dibangun untuk Menembus Jamming berat

MiG-25 Foxbat, pencegat Soviet yang terkenal dengan kecepatan dan ketinggiannya, memiliki radar yang sama uniknya…

4 hari ago

Mengapa India Tidak Mampu Membuat Salinan Sukhoi Su-30MKI Rusia Seperti yang Dilakukan Cina dengan Su-30nya?

India dan Cina, dua negara besar di Asia, memiliki sejarah panjang dalam memperoleh peralatan militer…

5 hari ago