- Krisis rudal Kuba adalah konfrontasi besar yang membuat Amerika Serikat dan Uni Soviet hampir berperang atas kehadiran rudal bersenjata nuklir Moscow di Kuba.
- Pada tanggal 29 Agustus, konstruksi militer baru dan kehadiran teknisi Soviet telah dilaporkan oleh pesawat mata-mata U-2 AS yang terbang di atas pulau itu, dan pada tanggal 14 Oktober dilaporkan adanya rudal balistik di lokasi peluncuran.
ZONA PERANG (zonaperang.com) – Selama krisis rudal di Kuba, para pemimpin Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet terlibat dalam benturan politik dan militer. Hal yang paling menegangkan pada Oktober 1962 adalah pemasangan rudal Soviet bersenjata nuklir di Kuba, hanya 90 mil (144,8 km) dari pantai AS.
Dalam foto udara yang dilakukan U-2 “Dragon Lady” tanggal 14 Oktober menunjukan bahwa bahwa negara beruang merah tersebut telah mempersiapkan instalasi rudal SS-4 Sandal (R-12 Dvina) berjarak jangkau maksimal 2.500km serta rudal SS-5 Skean(R-14 Chusovaya)yang memiliki jangkauan maksimal 4.500km.
Dalam pidato TV pada 22 Oktober 1962, Presiden John F.Kennedy mengumumkan kepada rakyat Amerika tentang keberadaan rudal tersebut. Ia menjelaskan keputusannya untuk memberlakukan blokade laut di sekitar Kuba dan menegaskan bahwa AS siap menggunakan militer untuk menetralkan ancaman keamanan nasional tersebut.
Dikutip dari History.com, Rabu (21/10/2020), banyak orang yang khawatir bahwa dunia sedang berada di ambang perang nuklir. Namun, bencana itu dapat dihindari ketika AS menyetujui tawaran pemimpin Soviet Nikita Khrushchev, untuk menghapus rudal Kuba dengan imbalan AS berjanji untuk tidak menginvasi Kuba.
Kennedy juga diam-diam setuju untuk mengeluarkan rudal AS dari Turki dan Italia.
Hubungan Kuba dengan Uni Soviet
Setelah merebut kekuasaan di Kuba pada tahun 1959, pemimpin revolusioner sayap kiri Fidel Castro bersekutu dengan Uni Soviet.
Di bawah Castro, Kuba tumbuh bergantung pada Soviet, seperti meminta bantuan di sektor militer dan ekonomi. Pada saat itu, AS dan Soviet (beserta sekutunya masing-masing) juga sedang terlibat dalam Perang Dingin (1945-1991).
Seorang pilot pesawat mata-mata AS bernama Richard Heyser yang sedang melakukan penerbangan di atas Kuba, melaporkan bahwa ia melihat medium SS-4 Soviet. Benda tersebut adalah rudal balistik jarak sedang yang sedang dirakit untuk dipasang.
Laporan tersebut sampai ke Presiden Kennedy pada 16 Oktober pagi dan dia segera memanggil sekelompok penasihat dan pejabat yang dikenal sebagai komite eksekutif, atau ExComm. Setelah itu, presiden dengan rekan timnya mengalami krisis diplomatik yang sangat besar.
Baca juga : 23 Februari 1903, Kuba menyewakan Teluk Guantanamo kepada Amerika Serikat
Rudal Kuba Menjadi Unjuk Kekuatan Soviet Terhadap AS dan Eropa
Bagi para pejabat AS, urgensi tersebut berasal dari fakta bahwa rudal Kuba dipasang begitu dekat dengan daratan AS, hanya 90 mil di selatan Florida. Dari titik peluncuran tersebut, senjata itu mampu dengan cepat mencapai target di wilayah timur AS tanpa atau dengan sedikit peringatan.
Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev telah mengambil resiko untuk mengirim rudal tersebut ke Kuba. Semua itu dia lakukan untuk meningkatkan dan memperlihatkan kemampuan nuklir Soviet.
Soviet telah lama merasa tidak nyaman dengan jumlah senjata nuklir yang ditargetkan pada di Eropa Barat dan Turki. Soviet melihat penyebaran rudal di Kuba sebagai cara untuk menyamakan kedudukan.
Sedangkan faktor lainnya adalah hubungan permusuhan antara AS dan Kuba.
Pemerintahan Kennedy telah melancarkan satu serangan ke Teluk Babi, namun gagal melakukan invasi pada tahun 1961. Oleh karena itu, Castro serta Khrushchev melihat rudal tersebut sebagai cara untuk mencegah ambisi AS.
Dalam krisis yang dapat membawa Dunia ke perang nuklir tersebut, Amerika telah menyiapkan invasi militer skala penuh ke Kuba yang akan dilakukan oleh Marinir serta Angkatan Darat, CINCLANT OPLANS 316-62 (Invasion of Cuba). Sebelumnya akan diawali oleh serangan udara langsung oleh angkatan udara dan angkatan laut berbasis kapal induk, OPLANS 312-62 (Air Attack in Cuba) .
Sedangkan Uni soviet memberikan tanggapan melaui pengiriman beberapa kapal selam Foxtrot (Project 641) berikut armada kapal tempur permukaan serta dijalankannya operasi Anadyr yaitu opeasi pemindahan rudal strategis, sistem pertahanan udara, infantri laut dan tentara Soviet ke Kuba.
Kesepakatan untuk Mengakhiri Ketegangan
Pada 26 Oktober, Khrushchev mengirim pesan ke Kennedy di mana dia menawarkan untuk mengeluarkan rudal Kuba dengan imbalan janji para pemimpin AS untuk tidak menginvasi Kuba.
Keesokan harinya, pemimpin Soviet mengirim surat yang mengusulkan bahwa Uni Soviet akan membongkar misilnya di Kuba jika Amerika melepaskan instalasi misil mereka di Turki.
Secara resmi, pemerintahan Kennedy memutuskan untuk menerima persyaratan pesan soviet tersebut. Para pejabat Amerika juga setuju untuk menarik rudal negara mereka dari Turki dan Italia.
Jaksa Agung AS Robert Kennedy secara pribadi menyampaikan pesan tersebut kepada duta besar Soviet di Washington dan pada 28 Oktober ketegangan tersebut berakhir.
Baca juga : Uji coba bom atom Uni Soviet pertama(1949)
Baca Juga : Tsar Bomba(Bom Terkuat Di Dunia) : Latar Belakang, Sejarah dan tanggapan Amerika