- Kemerdekaan Timor Timur secara resmi terjadi pada tanggal 20 Mei 2002. Timor Timur dianggap diduduki oleh Indonesia selama 24 tahun dari tahun 1976 hingga 1999, suatu periode yang oleh banyak pengamat dianggap juga sebagai terjadinya genosida.
- Pemimpin 32 tahun Presiden Suharto, yang memerintahkan serangan tahun 1975, digulingkan dari kekuasaan pada tahun 1998, dan rakyat Timor Timur kembali menyerukan kemerdekaan. Pada tahun 1999, rakyat Timor Timur memberikan suara mayoritas untuk kemerdekaan dalam sebuah referendum, yang menyebabkan serangan berdarah oleh pasukan milisi Indonesia. Pasukan penjaga perdamaian PBB yang dipimpin Australia dikerahkan untuk menghentikan kekerasan, dan pada bulan Agustus 2001 Timor Timur menyelenggarakan pemilihan umum demokratis pertamanya untuk membentuk pemerintahan otonom.
ZONA PERANG (zonaperang.com) – Pada 19 Oktober 1999, Pemerintah Indonesia melepaskan wilayah Timor Timur. Dengan begitu, Timor Timur menjadi negara merdeka bernama Republik Demokratik Timor Leste.
Bangsa Portugis pertama kali menetap di Timor pada tahun 1520, dan bangsa Spanyol tiba pada tahun 1522. Bangsa Belanda menguasai bagian barat pulau tersebut pada tahun 1613. Bangsa Inggris memerintah pulau tersebut pada tahun 1812–15.
Bangsa Belanda dan bangsa Portugis bertempur untuk mendapatkan supremasi atas Timor, dan kedaulatan Portugis atas bagian timur pulau tersebut ditetapkan melalui perjanjian pada tahun 1860 dan 1893, meskipun perjanjian terakhir baru berlaku pada tahun 1914. Pasukan Jepang menduduki Timor selama Perang Dunia II.
Kronologis Timor Timur Berintegrasi
Di Pendopo Suharto-Whitlam, merujuk pada pertemuan Presiden Suharto dan Perdana Menteri Australia Gough Whitlam, pada 1974 silam. Whitlam mengiyakan ambisi teritorial Indonesia di Timor Leste, bekas koloni Portugal yang saat itu tengah bimbang memutuskan masa depannya setelah gagasan dekolonisasi berhembus kencang di negeri induk.
Pada 1975, giliran Presiden Amerika Serikat, Gerald Ford, berkunjung. Agenda dan keputusannya serupa, Timor Timur masuk Indonesia mendapatkan restu Amerika. Amerika tidak ingin Timor Leste yang memiliki partai komunis (Fretilin) merdeka dan menjadi negara pijakan bagi agenda-agenda Uni Soviet dan Cina di Asia Tenggara, terlebih ketika belum lama tentara Amerika baru saja dipukul mundur tentara komunis di Vietnam. Rencana serbuan Indonesia kebetulan menjadi momentum untuk menghentikan pamor bagus komunisme saat itu: Timor Leste tidak boleh menjadi Kuba atau Vietnam kedua.
Tentara Indonesia akhirnya dimobilisasikan pada 7 Desember 1975 (Operasi Seroja). Pertempuran tak imbang terjadi, disusul pendudukan dan sekian kasus pelanggaran hak asasi manusia. Tahun 1976, tepatnya 17 Juli, Timor Timur menjadi provinsi ke-27 Indonesia. Provinsi ini menjadi anak emas meski tentara masih terus berseliweran di sana. Tahun 1999, Timor Timur memutuskan untuk berpisah dari Indonesia dan resmi merdeka pada 2002 dengan nama Timor Leste.
Baca Juga : 7 DESEMBER 1975, OPERASI SEROJA TIMOR TIMUR: KETAKUTAN AMERIKA TERHADAP KOMUNIS
Baca juga : Kisah Luar Biasa di Balik Benteng San Paolo: Warisan Penjajahan Portugis dan Kemenangan Tanpa Darah
Australia, mempersiapkan agenda tersembunyi
Kuncinya adalah sebuah wilayah di perairan Timor yang kaya minyak dan gas alam bernama Celah Timor. Australia menginginkannya, dan mereka ada di antrean terdepan mengingat jasanya sebagai negara yang mendampingi kemerdekaan Timor Leste saat masih berada di Indonesia.
Namun perundingan bilateral terkait hak dan bagi hasil eksplorasi Celah Timor dicurangi Australia yang ternyata terbukti menyadap kantor pemerintah Timor Timur untuk memaksimalkan keuntungannya dalam negosiasi tersebut. Skandal ini akhirnya ketahuan pada 2012, ketika seorang agen Australia yang terlibat (Witness K) melaporkan aksinya kepada publik.
Pengkhianatan Australia ini menghambat angan-angan Timor Leste untuk menjadi negara kecil dengan kekayaan besar seperti Singapura dan Brunei. Layaknya Indonesia, kebijakan Australia terhadap Timor Leste terbilang eksploitatif meski dengan cara yang halus. Hidup orang-orang Timor Leste belum berubah drastis, bahkan masa depan terlihat suram ketika persediaan minyak mereka dikabarkan menipis dan jika para pemimpinnya tidak memutar otak untuk mencari alternatif pemasukan negara yang lain, Timor Timur diprediksi akan bangkrut pada 2027 nanti.
Ketakutan Australia 45 tahun silam pun mulai kembali, mengingat Cina kian agresif menawarkan pinjaman untuk Timor Leste, yang jika gagal dibayar, maka Cina punya alasan untuk mencaplok sebagian aset Timor Timur untuk dijadikan pangkalan militer. Ini mimpi buruk bagi Australia yang tengah menentang ekspansi politik dan ekonomi Cina di Pasifik, dan menjadi senjata makan tuan dari kebijakan muka dua mereka terhadap Timor Leste selama ini. Skenario ini tentu juga merugikan bagi Indonesia yang masih berseteru dengan Cina di Laut Cina Selatan.
Baca juga : Referendum: Pemungutan Suara Kemerdekaan dan Masalah Kebangsaan