Saladin (lahir 1137/38, Tikrīt, Mesopotamia [sekarang di Irak] -meninggal 4 Maret 1193, Damaskus [sekarang di Suriah]) adalah seorang sultan Muslim dari Mesir, Suriah, Yaman, dan Palestina, pendiri dinasti Ayyūbid, dan pahlawan Muslim yang paling terkenal. Dalam perang melawan Tentara Salib Kristen, ia meraih kesuksesan besar dengan merebut Yerusalem (2 Oktober 1187), mengakhiri hampir sembilan dekade pendudukan oleh kaum Frank.
ZONA PERANG (zonaperang.com) – Tahun 1187 diingat betul oleh Kaum Muslimin, para sejarawan, dan raja-raja Eropa sebagai tahun penting dimana Baitul Maqdis ditaklukkan lagi oleh salah satu kesatria terunggul. Pembebasan penuh penghormatan dan penjagaan diri yang sama sekali berbeda dengan ketika Pasukan Salib masuk ke Baitul Maqdis untuk pertama kalinya.
Sebelum Shalahuddin Al Ayyubi dan tentaranya —yang terdiri dari mujahid Syam dan Mesir— membebaskan Baitul Maqdis, beliau terlebih dahulu memenangkan pertempuran sangat menentukan di Hittin pada tanggal 4 Juli 1187. Di pertempuran tersebut, pasukan Salib kehilangan raja —Guy de Lusignan— dan banyak sekali kesatria mereka tewas. Sehingga kota-kota di sekitar Palestina dengan mudah dibebaskan oleh Sultan berdarah Kurdi kelahiran Tikrit Irak ini.
Baca Juga : 4 Juli 1187 M, Kemenangan Shalahuddin Al Ayyubi di medan Hittin
Baca Juga : 21 Agustus 1969: Mesjid Al Aqsha Dibakar oleh Ekstrimis Yahudi
Menyatukan negeri-negeri Islam
Keberhasilan Shalahuddin menyatukan negeri-negeri Islam dan mengalahkan pasukan Salib di Hittin adalah 2 langkah terpenting yang memuluskan langkahnya membebaskan Baitul Maqdis. Pada pertengahan September setelah kemenangan di Hittin, Shalahuddin berhasil membebaskan kota Acre, Nablus, Yaffa, Toron, Sidon, Beirut, dan Asqalan. Kastil-kastil raja Eropa banyak ditaklukkan olehnya, sehingga kabar ini sampai ke seluruh penjuru benua Eropa.
Para korban yang kabur dari pertempuran dan pengungsi lainnya melarikan diri ke Kota Tyre di Lebanon, satu-satunya kota yang dapat bertahan melawan Shalahuddin karena kedatangan Conrad Montferrat, seorang bangsawan Italia utara, salah satu peserta utama dalam Perang Salib Ketiga. Dia adalah Raja Yerusalem secara de facto.
Sementara itu, Baitul Maqdis dipimpin oleh Balian of Ibelin. Seorang anak bangsawan Bangsa Frank (Prancis hari ini) yang dilantik oleh uskup setempat menjadi “defender of Jerusalem.”
Balian melihat situasi di Baitul Maqdis tidak menguntungkan bagi Pasukan Salib. Kota itu dipenuhi dengan para tentara kabur yang melarikan diri dari pembebasan Saladin, dengan kedatangan lebih banyak setiap hari.
14 ksatria
Ada kurang dari 14 ksatria di seluruh kota. Akhirnya, dia melantik 60 ksatria baru dari jajaran pengawal dan rakyat biasa. Ia tak bisa memungkiri, Pasukan Suriah dan Mesir berkumpul di bawah bendera Shalahuddin dan kota-kota besar lainnya sudah dibebaskan oleh Sultan.
.
Akhirnya, Pasukan Muslimin sampai pada 20 September 1187 di dinding Baitul Maqdis. Salahuddin Ayyubi membangun tendanya di dinding utara Baitul Maqdis yang disebut Gerbang Damaskus. Para pemanah dengan siaga menembakkan panahnya ke arah benteng. Selama 6 hari pertama, pertempuran kecil terjadi dengan hasil yang tidak banyak berarti, Pasukan Shalahuddin awalnya menderita banyak korban setelah setiap serangan.
.
Pada tanggal 26 September, Shalahuddin memindahkan kemahnya ke bagian lain kota itu, di Bukit Zaitun di mana tidak ada gerbang utama yang darinya tentara salib dapat melakukan serangan balik. Dindingnya terus-menerus diserang oleh mesin pengepung, ketapel, mangonel, trebuchet, panah api hingga panah biasa.
.
Sebagian tembok berhasil digali dari bawah, dan runtuh pada 29 September. Tentara salib tidak mampu mendorong pasukan Salah ad-Din kembali sejak tembok itu runtuh, tetapi pada saat yang sama, Umat Islam tidak bisa mendapatkan celah pintu masuk ke kota. Hanya beberapa lusin ksatria yang mulai kelelahan dan segelintir pria yang tersisa untuk mempertahankan tembok, karena tidak ada lagi pria yang dapat ditemukan bahkan dengan janji bayaran yang sangat besar.