ZONA PERANG (zonaperang.com) – 20 Desember 1999, Makau, sebuah wilayah pesisir selatan Tiongkok resmi diserahkan pemerintah Portugis kepada Cina setelah lebih dari empat abad disewakan lalu dimiliki mereka.
Pengembalian wilayah ini pun menandai titik awal Makau untuk memulai membangun daerah administratif khusus republik Rakyat China menjadi salah satu destinasi wisata dan dikenal sebagai “Las Vegas”-nya Asia.
Dalam sejarahnya, Makau merupakan daerah jajahan tertua Eropa, tepatnya Portugis yang menginjakkan kaki di China pada abad ke-16 lewat kedatangan Jorge Alvares pada tahun 1513 di sana. Misi awal avontur (pertualangan) itu adalah untuk melihat wilayah yang cocok yang dapat dijadikan sebagai pos perdagangan.
Baca Juga : 28 November 1975, Fretilin memproklamasikan kemerdekaan Timor Leste dari Portugal
Sementara itu, Dinasti Ming (1368-1644) yang berkuasa pada masa itu akhirnya menyewakan daerah Makau ke Portugis, untuk dijadikan pelabuhan dagang yang kelak berkembang sebagai perantara perantara utama dalam perdagangan antara Asia dan seluruh dunia.
Kapal-kapal dari Italia, Portugis, dan Spanyol pada waktu itu akan mampir di Makau untuk bertukar rempah, kaian sutra, teh China dan berbagai hal lain untuk kemudian dibawa ke Eropa. Selain sebagai pusat perdagangan internasional, Makau pada waktu itu juga menjadi pos terdepan bagi agama-agama Barat.
Baca Juga : Perang Salib, Kampanye Militer Bermotif Agama dengan Segala Dinamikanya
Laman Fodors menuliskan, pada waktu itu Santo Fransiskus Xaverius berhasil mengubah sebagian besar penduduk Makau yang terdiri dari orang Jepang dan China untuk masuk Kristen dengan menjadikan Makau sebagai basis operasi. Pada tahun 1500 hingga 1600-an lalu banyak dibangun gereja di Makau, termasuk sebuah perguruan tinggi Kristen.
Tidak heran kemudian, proses akulturasi cukup kental berpengaruh terhadap kebudayan Makau. Meski demikian, usia kemakmuran Makau berakhir pada dekade 1800-an, ketika Belanda dan Inggris menguasai sebagian besar rute perdagangan ke Asia Timur.
Dari Menyewa hingga Memiliki
Setelah kemenangan Inggris atas China dalam Perang Opium (1814-1847) China setuju untuk menyerahkan Hong Kong ke Inggris dan membuka pelabuhan-pelabuhan kecil yang berpusat di Hong Kong.
Portugal membayar sewa tahunan untuk mengelola wilayah Makau yang saat itu berada di bawah kedaulatan Tiongkok. Namun, pada 1887, Portugal memperoleh hak koloni secara permanen atas Makau yang tertuang dalam Traktat Tiongkok-Portugal di Peking
Baca Juga : 21 Oktober 1950, Tentara Komunis Cina Menginvasi dan Menganeksasi Negara Merdeka Tibet
Baca Juga : Ketika Uighur Mendirikan Republik Islam Turkestan Timur
Dengan diperkenalkannya perjudian yang dilegalkan secara luas pada tahun 1960-an, Makau kemudian menjadi tempat bebas untuk melakukan perjudian, spionase, dan kejahatan dalam bayang-bayang panjang Hong Kong yang kaya dan modern.
Namun, pada tahun 1974, sebuah kudeta politik terjadi di Portugis yang dinamakan Revolusi Anyelir. Keadaan ini kemudian menciptakan sebuah pemerintahan demokrasi yang baru di sana dan membuat cengkraman Portugis atas jajahannya di luar negeri melemah. Dengan lihai, China pun melakukan diplomasi pada Portugis hingga memenangkan hati mereka.
DIplomasi dan Pembagian Wilayah
Dengan sabar RRC membangun hubungan diplomatik antar kedua negara yang membaik seiring dengan kunjungan delegasi kedua negara dari tingkat bawahhingga tingkat kepala negara. Hingga akhirnya setelah lebih dari satu dekade pembicaraan resmi dua negara mengenai status Makau pun dimulai pada 1986.
Setelah lama berjuang, China akhirnya berhasil memetik buah kesabaran. Pada 13 April 1987, sebuah perjanjian bernama “Joint Declaration on the Question of Macau” ditandatangani oleh RRC dan Portugis. Tertulis bahwa masa administrasi Portugal atas Makau akhirnya berakhir pada 20 Desember 1999.
Baca Juga : 19 Desember 1961 – Operasi TRIKORA : Pembebasan Irian Barat(Papua) Dimulai
Dalam perjanjian ini China juga memperhitungkan faktor sosio-kultur yang sudah bertumbuh semenjak Makau dipegang Portugis selama ratusan tahun. Berkaca pada Hongkong yang menggunakan sistem “satu negara dua sistem”, Makau pun diberi status “Daerah Istimewa” atau Special Administrative Region (SAR) oleh pemerintah China.
Sistem kapitalis liberal dan sistem hukum berbasis Portugis yang sudah berkembang pun dibiarkan hidup dan Makau dapat menikmati hak untuk menjalin hubungan kerja dengan negara atau organisasi internasional layaknya negara independen. Tidak hanya itu, Makau juga bebas memiliki benderanya sendiri meskipun keamanan mereka tetap menjadi tanggung jawab militer China.