Ordo Assassins atau Assassins adalah sekte Nizari Isma’ili dari Syiah yang tinggal di pegunungan Persia dan di Suriah antara 1090 dan 1275
ZONA PERANG (zonaperang.com) Al-Nasir Salah al-Din Yusuf ibn Ayyub atau Saladin, merupakan salah satu pemimpin Islam yang paling dikenang dalam sejarah.
Kepemimpinan dan keahliannya dalam menyusun strategi membuat kerajaannya berhasil menaklukkan Suriah, Irak bahkan Jerusalem. Keteguhan hatinya pula membuat dia tak segan melepas tawanan perang. Saladin adalah pemimpin Islam yang mengalahkan Pasukan Salib.
Percobaan pembunuhan
Namun, siapa sangka, ketangguhannya dalam memimpin pasukan sempat diwarnai beberapa insiden, seperti percobaan pembunuhan. Meski begitu, lelaki asal suku Kurdi kelahiran di Tikrit(Irak Modern) ini acap kali lolos dari upaya itu. Rencana membunuh ini dilakukan oleh kelompok Hassashin, sebuah organisasi bawah tanah yang beroperasi di Jazirah Arab.
Percobaan pembunuhan terhadap Saladin(1137 – 4 Maret1193) dimulai ketika pemimpin Kerajaan Fatimid di Mesir ini memulai kampanye untuk merebut Suriah. Tindakan ini diambil setelah pemimpin Nur al-Din meninggal dunia. Kedatangannya di Damaskus ternyata disambut gembira oleh seluruh penduduknya alhasil Suriah pun menyatakan tunduk kepada kepemimpinan Saladin.
Baca juga : 2 Oktober 1187, Shalahuddin Membebaskan Baitul Maqdis(Masjid Al-Aqsa) Yerusalem, Palestina.
Baca juga : Jarang Diketahui, 7 Pertempuran yang Menentukan Sejarah Dunia
Wali kota Aleppo
Di balik kemeriahan itu, wali kota Aleppo menyatakan menolak tunduk kepada Saladin dan kesetiaannya kepada Kerajaan Fattimid. Dia lantas memerintahkan Rashid al-Din Sinan/Old Man of the Mountain, Kepala Hashashin untuk membunuh Saladin. Perintah itu dilaksanakan pada 21 Mei 1176.
Rashid lantas mengirimkan 13 pembunuhnya untuk membunuh Saladin di kemahnya. Namun, upaya ini gagal. Ke-13 pembunuh terdeteksi keberadaannya lalu segera dieksekusi. Meski gagal, namun pemimpin Aleppo tetap menolak kepemimpinan Saladin, setidaknya hingga tahun 1183.
Percobaan pembunuhan tak terjadi sekali
Percobaan pembunuhan tak terjadi sekali itu saja. Usai menyatakan diri sebagai Kalifah atas Baghdad dan resmi menjadi penguasa atas Mesir dan Suriah, seorang pembunuh kembali masuk ke kamarnya. Lelaki asing tersebut membuatnya terbangun dan tengah menghunus pisau. Dalam setengah tidur, Saladin berhasil menghalaunya.
Tak napak satu pun bekas kaki dari sang penyusup
Sesaat kemudian, Salah ad-Din kebingungan melihat sebuk kapur yang disebar di sekitar kamarnya tak napak satu pun bekas kaki dari sang penyusup tersebut. Tak mau jiwanya terus terancam, Saladin memutuskan untuk mengepung Benteng Hashashin di Masyaf, yang berlokasi utara Damaskus pada Agustus 1176.
Tak terima markasnya dikepung pasukan Saladin, Rashid kembali mengirim seorang pembunuh untuk menyusup ke kemah Saladin. Kejadian berikutnya ini kembali mengejutkan Saladin. Saat terbangun, dia mendapati pisau kecil yang sudah dilapisi racun di ranjangnya, di baliknya terdapat ancaman yang memintanya untuk menarik mundur pasukan atau mati.
Menawarkan persekutuan
Menghadapi peristiwa yang kembali mengancam jiwanya ini, Saladin memutuskan untuk menghentikan pengepungan. Meski begitu, dia menawarkan persekutuan dengan Hashashin. Tindakan ini terpaksa diambilnya mengingat keberadaan Pasukan Salib yang tidak menutup kemungkinan merekrut mereka sebagai pembunuh bayaran.
Setelah kejadian itu, tak ada lagi percobaan pembunuhan terhadap Saladin. Dia pun dengan tenang dapat merebut beberapa wilayah lainnya, termasuk Jerusalem yang masuk dalam target untuk tunduk di bawah kekuasaannya.
Baca juga : Benarkah Thariq bin Ziyad membakar kapalnya ketika membebaskan Andalusia agar pasukannya tidak kabur?
Baca juga : Tragedi Keluarga Shalahuddin Menjual Baitul Maqdis kepada Frederick II (Perang Salib Keenam)