ZONA PERANG(zonaperang.com) Pertempuran Palikao yang berarti ‘Pertempuran Jembatan Delapan Mil terjadi di jembatan Palikao oleh pasukan Anglo/Inggris-Prancis melawan Kekaisaran Qing selama Perang Candu Kedua pada pagi hari tanggal 21 September 1860. Konflik memungkinkan pasukan negara Barat untuk mengambil ibu kota Beijing dan akhirnya mengalahkan Kekaisaran Qing.
Pertempuran Baliqao ini adalah puncak dari Perang Candu Kedua. Pasukan Anglo-Prancis yang terdiri dari 4000 orang mengalahkan Tentara Qing yang berjumlah 30.000 orang di sebelah timur Beijing.
Kalah jumlah dan persenjataan, pasukan Anglo-Prancis yang dipimpin oleh Jenderal Prancis Cousin de Montauban dan Jenderal Inggris Sir John Hope Grant menyerang posisi Qing di depan dan di sayap. Setelah berjuang keras, kavaleri Qing dipukul mundur. Pengawal Kekaisaran menahan jembatan di Baliqao, tetapi artileri Prancis, dan serangan bayonet yang ditentukan oleh infanteri berpengalaman, merobohkan mereka dengan kerugian besar bagi Cina.
Baca juga : Novel Ghost Fleet : Saat Indonesia bubar tahun 2030
Baca juga : Taiwan Relations Act 1979: “Payung hukum” Perlindungan Amerika ke Taiwan
Perang Candu
Sebagai hasil dari kekalahan yang dialami pemerintah China saat Perang Candu Pertama, perekonomian negara itu pun mulai terganggu. China dipaksa untuk membuka jalur perdagangan mereka dan mengizinkan perluasan hak perdagangan yang dipegang oleh negara-negara Barat.
Penderitaan pemerintahan Manchu di China semakin bertambah ketika mereka harus menghadapi Pemberontakan Taipin di wilayah perbatasannya sendiri yang ingin membangun ideologi baru di negeri itu.
Pada diplomat Inggris dan Prancis yang ditempatkan di China terus menekan pemerintah agar membuka diri dan memberikan keistimewaan bagi negara-negara Barat agar hubungan dua benua itu saling menguntungkan, walau kenyataannya Inggris hanya menginginkan keuntungan bagi negaranya sendiri.
Perdagangan candu ilegal
Di tahun 1856, pemerintah China menangkap Arrow, kapal milik rakyat China yang mengibarkan bendera Inggris, British Union Jack. Kapal itu diketahui terlibat dalam sebuah perdagangan candu ilegal, yang melanggar kesepakatan antara Inggris dan China. Insiden itu lalu jadikan alasan oleh pemerintah Inggris dan Prancis untuk mengirimkan armada gabungan yang bertujuan menduduki pelabuhan Canton di selatan China pada 1857.
Setelah berhasil menguasai wilayah selatan China, armada gabungan itu lalu bergerak ke utara. Dalam waktu singkat, mereka berhasil menaklukkan dan menguasai Benteng Taku, di dekat kota Tientsin, yang menjadi benteng pertahanan penting bagi kekuatan China.
Pemerintah China yang sudah semakin pusing dengan tindakan rakyatnya menciptakan Pemberontakan Taipin, akhirnya membuat kesepakatan dengan Inggris, Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat untuk membantu memberantas pemberontakan tersebut. Pemerintah China kemudian menandatangani Perjanjian Tientsin pada bulan Juni 1858.
Baca juga : 21 April 1989, Mahasiswa China protes di Lapangan Tiananmen
Baca juga : Kalahnya Pasukan Mongol(Dinasti Yuan) di Tanah Jawa
Melegalkan perdagangan candu di seluruh wilayahnya
Dalam perjanjian itu, China setuju untuk membuka lebih banyak pelabuhan-pelabuhannya bagi misi perdagangan dengan bangsa asing, mengizinkan diplomat asing untuk tinggal di Peking, dan melegalkan perdagangan candu di seluruh wilayahnya.
Bagi sebuah negara dengan kebanggaan yang sangat tinggi seperti China Manchu, perjanjian seperti itu merupakan sebuah penghinaan berat. Oleh karenanya, segera setelah perjanjian itu ditandatangani, para diplomat asing itu ditolak memasuki Peking. Bahkan sebuah pasukan milik Inggris dibantai oleh pasukan China di dekat Tientsin.
Pemerintah Inggris yang mengetahui hal itu bereaksi sangat keras dengan mengirimkan armada yang lebih besar untuk menaklukkan Tienstin. Pada 1860, Inggris dan Prancis mengalahkan pasukan China yang berada di luar Peking.
Kaisar China pun memilih untuk melarikan diri
Kaisar China pun memilih untuk melarikan diri, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, bangsa asing, dalam hal ini orang-orang Barat, dapat memasuki ibu kota.
Sekelompok pejabat pemerintah China melakukan perundingan dengan pihak Eropa, mewakili kaisar. Para pejabat itu sepakat untuk membuat empat perjanjian baru dengan orang-orang Barat, salah satu poinnya tetap membuka jalur perdagangan melalui seluruh pelabuhan di China dan mengizinkan pejabat Inggris, Prancis, Rusia, dan Amerika untuk tinggal di Peking.
Perang Candu Kedua itu pada dasarnya telah membuka seluruh daratan China dengan pengaruh Barat. Tidak heran jika segala keputusan yang dilakukan oleh pemerintah Manchu China saat itu sebenarnya telah mengancam kedaulatan China sendiri.
Baca juga : 13 April 1942, Jepang dan Uni Soviet menandatangani pakta non-agresi
Baca juga : (Kaleidoskop 2021) Amerika : Terkejut dan Pontang-panting menghadapi Cina