Upaya penjajahan Inggris pertama berhasil dikalahkan dan ini merupakan pertemuan besar pertama dalam Perang Anglo-Zulu antara Kerajaan Inggris dan Kerajaan Zulu
ZONA PERANG(zonaperang.com) Pertempuran Isandlwana dan Rorke’s Drift, Isandlwana juga dieja Isandhlwana adalah pertempuran penting pertama dalam Perang Anglo-Zulu di Afrika Selatan yang terjadi pada 22-23 Januari 1879.
Pertempuran tersebut merupakan kemenangan yang menentukan bagi Zulu dan menyebabkan kekalahan invasi Inggris pertama ke Zululand. Tentara Inggris mengalami kekalahan terburuk melawan musuh pribumi yang dilengkapi dengan teknologi militer yang jauh lebih rendah dan tertinggal.
“Sebelas hari setelah Inggris memulai invasi mereka ke Zululand di Afrika Selatan, pasukan Zulu yang terdiri dari sekitar 20.000 prajurit menyerang sebagian dari kolom utama Inggris yang terdiri dari sekitar 1.800 tentara Inggris, tentara kolonial lain, dan penduduk asli kolaborator dengan sekitar 350 warga sipil”
Pada bulan Desember 1878, Sir Henry Bartle Edwards, komisaris tinggi Inggris untuk Afrika Selatan, mengeluarkan ultimatum kepada Cetshwayo kaMpande, raja Zulu, yang dirancang untuk tidak mungkin dipenuhi oleh pihak Zulu, antara lain: harus membongkar “sistem militer” mereka dalam waktu 30 hari.
Baca juga : 18 Januari 1806, Belanda menyerahkan Koloni Tanjung Harapan di Afrika Selatan kepada Inggris
Baca juga : 19 Maret 2003, Amerika Serikat memulai invasi ke negara merdeka Irak : Dosa Besar Abad Modern
Menyerbu Zululand
Seperti yang diperkirakan sebelumnya, ultimatum tersebut tidak dapat dan tidak mungkin dipenuhi. Dan tiga pasukan besar Inggris menyerbu Zululand pada Januari 1879. Kolom tengah, yang dipimpin oleh panglima tertinggi Inggris, Frederic Augustus “Chelmsford” Thesiger, menyeberangi Sungai Buffao (Mzinyathi) di Rorke’s Drift, di mana mereka mendirikan sebuah depot, dan bergerak dengan hati-hati ke arah timur menuju kerajaan Zulu.
Kebijakan Cetshwayo adalah untuk menarik pasukannya, tetap bersikap defensif dalam perang yang tidak beralasan ini, dan berharap untuk dapat bernegosiasi. Secara khusus, tentaranya dilarang untuk membalas dengan menyerang koloni tetangga, Natal.
Membantai pasukan Inggris
Pada tanggal 22 Januari, Chelmsford maju, meninggalkan sepertiga dari pasukannya yang tidak terurus (tidak memiliki struktur perkemahan pelindung) di gunung Isandlwana di bawah komando Kolonel Henry Burmester Pulleine.
“Orang-orang Zulu sebagian besar diperlengkapi dengan tombak besi assegai dan perisai dari kulit sapi, tetapi juga memiliki sejumlah senapan muskets 0.75 inch dan senapan kuno.”
Pasukan Zulu yang berjumlah lebih dari 20.000 orang, yang dikomandoi oleh Ntshingwayo kaMahole Khoza dan Mavumengwana kaNdlela Ntuli, menyerang dan membantai pasukan Inggris yang berjumlah kurang dari 2.000 orang di Isandlwana sebelum pasukan Chelmsford kembali. Kerugian Inggris termasuk sekitar 800 tentara reguler serta 500 pasukan tambahan dari Afrika.
Sekitar 1.000 senapan Martini-Henry 0.450 in (11.4 mm), dua senjata artileri lapangan, 400.000 butir amunisi, sebagian besar dari 2.000 hewan pekerja dan 130 gerobak, perbekalan seperti makanan kaleng, biskuit, bir, mantel, tenda, dan persediaan lainnya, direbut oleh Zulu atau ditinggalkan begitu saja di lapangan.
Pertempuran ke-2 di Rorke’s Drift
Kemudian pada hari itu, pasukan Zulu kedua, yang dipimpin oleh saudara laki-laki Cetshwayo, Dabulamanzi kaMpande, berusaha menyerbu depot Inggris di Rorke’s Drift (yang dikenal oleh Zulu sebagai KwaJimu).
“Kurang dari 10 mil (16 km)jauhnya, 120 tentara yang mempertahankan pos di Rorke’s Drift menahan 4.000 penyerang. Victoria Cross diberikan kepada 11 orang dari prajurit yang selamat.”
Kali ini para prajurit Inggris, yang telah diperingatkan sebelumnya oleh beberapa orang yang selamat dari neraka Isandlwana, telah siap. Dalam baku tembak yang berlangsung selama hampir 12 jam dan berlanjut hingga keesokan harinya, sekitar 120 tentara agresor Inggris menembak jatuh lebih dari 500 pejuang kemerdekaan Zulu.
Paradoks & guncangan besar bagi prestise Inggris
Paradoksnya, kemenangan Zulu di Isandlwana menghancurkan harapan Cetshwayo untuk penyelesaian konflik yang mungkin dapat dirundingkan. Pemerintah Inggris di London belum sepenuhnya diberitahu oleh Frere tentang serangan yang akan dilancarkan ke Zululand dan pada awalnya tidak terlalu berminat untuk berperang.
Namun, kedatangan berita kekalahan di Isandlwana pada tanggal 11 Februari menjadi salah satu guncangan besar bagi prestise Inggris di abad ke-19 – membuat pemerintah Inggris melakukan kampanye besar-besaran untuk menyelamatkan muka.
“Isandlwana mengakibatkan Inggris mengambil pendekatan yang jauh lebih agresif dalam Perang Inggris-Zulu, yang mengarah pada invasi kedua yang diperkuat secara besar-besaran, dan dalam penghancuran harapan Raja Cetshwayo akan perdamaian yang dirundingkan.”
Pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Evelyn Wood mengalami kekalahan awal di Hlobane pada tanggal 28 Maret, namun berhasil mengalahkan Zulu pada Pertempuran Kambula (Khambula) pada tanggal 29 Maret.
Kekalahan besar
Pada tanggal 2 April, pasukan Inggris di bawah komando Chelmsford memberikan kekalahan besar pada Zulu di Gingindlovu, di mana lebih dari 1.000 pejuang Zulu gugur. Pasukan Chelmsford kemudian bergerak ke desa-desa kerajaan Cetshwayo di Ulundi, di mana pada tanggal 4 Juli 1879, mereka memberikan kekalahan terakhir bagi tentara Cetshwayo yang masih hidup.
Cetshwayo sendiri ditangkap pada bulan Agustus, dan bangsa Zulu berada di bawah kekuasaan pemerintah penjajah Inggris, yang belum mempertimbangkan bagaimana cara memasukkan Zululand ke dalam kepemilikannya di Afrika Selatan.
Baca juga : 13 Januari 1842, dr. William Brydon : Kisah Tentara Inggris yang selamat dari keganasan Perang Afganistan
https://www.youtube.com/watch?v=Gu7KmCNKjJc
https://www.youtube.com/watch?v=COFOKiifs0E