ZONA PERANG (zonaperang.com) Koninklijk Nederlands Indisch Leger /KNIL atau Tentara Kerajaan India Belanda yang bukan bagian dari tentara Kerajaan Belanda/khusus bertugas di jajahan Hindia Belanda dibubarkan secara resmi pada tanggal 26 Juli 1950 tepat pukul 00:00. Pembubaran dilakukan di rumah Komisaris Tinggi Belanda Dr. H. Hirschfield di Jakarta.
“KNIL terlibat dalam banyak kampanye melawan kelompok pribumi di daerah tersebut termasuk Perang Paderi (1821–1845), Perang Jawa/Diponegoro(1825–1830), menghancurkan perlawanan terakhir penduduk Bali terhadap pemerintahan kolonial pada tahun 1849, dan Perang Aceh yang berkepanjangan. (1873–1904). Pada tahun 1894, Lombok dan Karangasem dianeksasi Bali akhirnya dikuasai sepenuhnya dengan intervensi Belanda di Bali pada tahun 1906 dan 1908.”
Adapun proses pembubaran ditandai dengan pidato dari Komanda KNIL/Royal Netherlands East Indies Army, Dir Cornelis Buuman van Vreeden kepada Angkatan perang Republik Indonesia APRIS yang kini dikenal dengan nama Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Baca juga : Krisis sandera kerata api Belanda 1977 : Pembajakan 19 hari oleh simpatisan Republik Maluku Selatan(RMS)
Baca juga : 26 Maret 1873, Perang Atjeh : Hindia Belanda menyatakan perang terhadap negara berdaulat Aceh
Diperbolehkan untuk bergabung dengan kelompok militer Indonesia
Para bekas tentara KNIL kemudian diperbolehkan untuk bergabung dengan kelompok militer Indonesia yang baru dibentuk. Berdasarkan keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB) bekas tentara KNIL diperbolehkan bergabung dengan Angkatan Perang Republik Indonesia (APRIS).
Tak hanya itu, mereka juga berhak memperoleh kenaikan pangkat. Sebelum dibubarkan, KNIL menyerahkan pangkalan besar mereka ke Indonesia. Pada 15 Januari 1950, tentara KNIL menyerahkan General Head Quarter kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) di Markas Besar Angkatan Darat (MBAD).
Penyerahan dilakukan secara resmi oleh Letjen Boerman van Vreiden kepada KSAD, dengan dihadiri oleh Komisaris Tinggi Belanda serta Panglima AK Belanda, Laks, Vingke. Acara ini juga dihadiri oleh pimpinan ABRI, KSAP Simatupang, KSAL Subiyakto, dan KSAU Suryadarma. Pada sore harinya, Boerman membawa panji KNIL ke pesawat KLM untuk kembali ke Belanda.
Melakukan pemberontakan
Dengan adanya penyerahan tersebut, berakhirlah keberadaan KNIL yang berdiri tanggal 14 September 1814 di Indonesia. Meski telah dibubarkan, sejumlah serdadu dari Ambon dan Manado KNIL yang pindah memasuki dinas Koninklijke Landmacht (KL)/Royal Netherlands Army – Tentara Darat kerajaan Belanda melakukan pemberontakan di Makassar.
“Upaya untuk mengintegrasikan bekas unit KNIL terhambat oleh rasa saling tidak percaya antara pasukan KNIL yang didominasi orang Ambon dan pasukan Militer Republik yang didominasi orang Jawa, yang menyebabkan bentrokan di Makassar pada bulan April 1950 dan upaya pemisahan diri dari Republik Maluku Selatan (RMS) yang merdeka pada bulan Juli.”
Untuk menumpas pemberontakan tersebut, HC Hirschfeld mengirimkan kapal pemburu terpedo Kortenaer dari Surabaya ke Makassar secara diam-diam. Setelah Perang Dunia II, di Indonesia beroperasi dua macam tentara kolonial, yakni KNIL dan KL atau Angkatan Darat Kerajaan Belanda. Mayoritas personel dari KL ini sebagian besar merupakan kiriman dari negeri Belanda.
Baca juga : Puputan Margarana : pertempuran sampai mati Kolonel I Gusti Ngurah Rai
Baca juga : 31 Desember 1799, VOC yang Super Kaya Bubar Karena Korupsi(Hari ini dalam Sejarah)
Prajurit bayaran serta masyarakat pribumi
Sementara itu, tentara KNIL terdiri dari prajurit bayaran dan sewaan dari Perancis, Jerman, Belgia, Swiss, serta masyarakat pribumi. Selain itu, tentara kelompok militer ini juga berasal dari warga Belanda yang melakukan pelanggaran di negaranya.
“Setelah kepulauan dianggap aman, KNIL menjalankan tugas kepolisian militer. Untuk memastikan segmen militer Eropa yang cukup besar di KNIL dan mengurangi perekrutan yang mahal di Eropa, pemerintah kolonial memperkenalkan dinas militer wajib untuk semua wajib militer laki-laki yang tinggal di kelas hukum Eropa. pada tahun 1917.”
Oleh karena itu, para prajurit KNIL mayoritas berasal dari golongan bawah yang tidak disiplin, serta mereka yang mendapat hukuman. Setelah PD II, pasukan ini digunakan untuk merebut kedaulatan Indonesia. Meski demikian, usaha ini tidak berhasil karena Belanda didesak masyarakat internasional khusunya Amerika untuk mengakui kedaulatan atas Indonesia pada 27 Desember 1949 di Den Haag.
Baca juga : Marsose, KNIL dan Londo Ireng