ZONA PERANG(zonaperang.com) Pada tanggal 7 November 1944, Richard Sorge, seorang perwira mata-mata Uni Soviet berdarah setengah Rusia, setengah Jerman kelahiran Azerbaijan yang menggunakan kedok sebagai seorang jurnalis Jerman untuk melaporkan informasi mengenai Jerman dan Jepang untuk negara tirai besi Uni Soviet, digantung oleh pemerintah kerajaan Jepang.
“Pada tahun 1924, ia bertanggung jawab atas keamanan delegasi Soviet yang menghadiri kongres KPD di Frankfurt. Dia menarik perhatian salah satu delegasi, Osip Piatnitsky, seorang pejabat senior Komunis Internasional, yang kemudian merekrutnya.”
Sorge bertempur dalam Perang Dunia I di tentara kerajaan Jerman, dan kemudian meraih gelar doktor dalam ilmu politik di Universitas Hamburg. Dia bergabung dengan Partai Komunis Jerman pada 1919, dan pergi ke Uni Soviet pada 1924. Tugas utamanya yang pertama untuk intelijen Soviet adalah pada akhir 1920-an, ketika ia dikirim ke Cina untuk mengorganisir sebuah jaring mata-mata disana.
Baca juga : 2 Januari 1905, Rusia menyerah kalah kepada Kekaisaran Jepang(Hari ini dalam Sejarah)
Baca juga : 8 Mata-mata yang membocorkan rahasia Bom Atom Amerika ke Uni Soviet
Penyamarannya sebagai orang Jerman yang setia
Kembali ke Jerman, ia bergabung dengan Partai Nazi pada tahun 1933 untuk menyempurnakan penyamarannya sebagai orang Jerman yang setia. Dia kemudian mengembangkan reputasi sebagai jurnalis yang dihormati yang bekerja untuk Frankfurter Zeitung, dan akhirnya meyakinkan editornya untuk mengirimnya ke Tokyo sebagai koresponden asing pada pertengahan tahun 1930-an.
“Dedikasi Sorge terhadap tugas menyebabkan perceraiannya.”
Begitu tiba di Jepang, Sorge kembali membentuk sebuah lingkaran intelejen, termasuk seorang penasihat kabinet Jepang dan seorang komunis Amerika, yang juga bekerja untuk kepentingan komunis Soviet sebagai penerjemah Sorge.
“GRU memutuskan untuk meminta Sorge mengatur jaringan intelijen di Jepang. Dia diberi nama sandi “Ramsay” (“Рамзай” Ramzai atau Ramzay).”
Sorge telah berhasil mengambil hati komunitas diplomatik Jerman di Jepang sehingga dia diizinkan untuk bekerja di luar kedutaan Jerman, memberinya akses ke file-file rahasia. Pada saat yang sama, ia juga berteman dengan pejabat pemerintah Jepang, berusaha meyakinkan mereka untuk tidak berperang dengan negara beruang merah Uni Soviet.
“Reputasi Sorge sebagai jurnalis Nazi yang membenci Uni Soviet menjadi kedok yang sangat baik untuk pekerjaan spionasenya. [Tugasnya di Jepang lebih menantang daripada di Tiongkok: Soviet hanya memiliki sedikit kapasitas intelijen di Jepang, sehingga Sorge harus membangun jaringan agen dari nol, di bawah pengawasan yang jauh lebih ketat daripada yang dihadapinya di Shanghai.”
Baca juga : 13 April 1942, Jepang dan Uni Soviet menandatangani pakta non-agresi
Baca juga : 18 Mei 1965, Mata-mata Israel dan calon wakil menteri pertahanan Suriah dihukum mati
Peringatan dini akan serangan Jerman dan Jepang
Pada Mei 1941, Sorge melaporkan kembali ke Moskow bahwa Adolf Hitler sedang merencanakan invasi ke Uni Soviet, dan bahwa 170 divisi sedang bersiap untuk menyerang pada 20 Juni(Operation Barbarossa), tetapi Joseph Vissarionovich Stalin mengabaikan peringatan dini itu. Sorge juga dapat melaporkan, pada Agustus 1941, bahwa Jepang memiliki rencana untuk menyerang target di Pasifik Selatan, tetapi bukan di Uni Soviet(Pearl Harbor). Hal ini memungkinkan Stalin untuk memindahkan pasukan dari perbatasan Manchuria/devisi timur jauh, membebaskan mereka untuk ikut serta dalam serangan balasan terhadap Jerman di depan gerbang Moskow.
“Pada 25 Agustus 1941, Sorge melaporkan ke Moskow: “Invest [Ozaki] dapat mengetahui dari lingkaran terdekat Konoye … bahwa Komando Tinggi … membahas apakah mereka harus berperang dengan Uni Soviet. Mereka memutuskan untuk tidak melancarkan perang dalam tahun ini, ulangi, tidak melancarkan perang tahun ini.”
Berbagai penulis berspekulasi bahwa informasi tersebut memungkinkan pelepasan divisi Siberia untuk Pertempuran Moskow, di mana Angkatan Darat Jerman menderita kekalahan strategis pertamanya dalam perang. Untuk itu, informasi Sorge mungkin merupakan karya intelijen militer paling penting dalam Perang Dunia II. Namun, Sorge bukan satu-satunya sumber intelijen Soviet tentang Jepang, karena pemecah kode Soviet telah memecahkan kode diplomatik Jepang sehingga Moskow tahu dari intelijen sinyal bahwa tidak akan ada serangan Jepang terhadap Uni Soviet pada 1941.
Hal penting lain yang diduga dilaporkan oleh Sorge mungkin telah memengaruhi Pertempuran Stalingrad. Sorge melaporkan bahwa Jepang akan menyerang Uni Soviet dari timur segera setelah tentara Jerman merebut kota mana pun di Volga.
Namun, karier mata-mata Sorge yang cemerlang berakhir pada 18 Oktober 1941, ketika team kontraintelijen Jepang membongkar operasinya dan dia ditangkap, bersama dengan 34 anggota lingkarannya. Dia akhirnya digantung pada tahun 1944. Dua puluh tahun kemudian, ia secara resmi dinyatakan sebagai Pahlawan Uni Soviet.
“Di bawah penyiksaan, Sorge mengaku, tetapi Uni Soviet menyangkal bahwa dia adalah agen Soviet. Jepang membuat tiga tawaran kepada Uni Soviet dan menawarkan untuk menukar Sorge dengan salah satu mata-mata mereka sendiri. Namun, Uni Soviet menolak semua upaya Jepang dan bersikeras bahwa Sorge tidak dikenal oleh mereka.”
Baca juga : 09 Agustus 1945, Uni Soviet menyatakan perang terhadap kekaisaran Jepang saat Nagasaki di bom atom
Baca juga : Kisah Nyimas Utari, Mata-mata Mataram yang membunuh gubernur jenderal Belanda Jan Pieterszoon Coen