ZONA PERANG(zonaperang.com) – Keberhasilan Revolusi Kuba pada 1959 tidak dilakukan oleh Fidel seorang diri. Adalah Ernesto Che Guevara de la Serna, seorang revolusioner Marxis Argentina yang membantunya melakukan pemberontakan melawan rezim Batista. Che Guevara merupakan aktivis politik legendaris, yang mengabdikan hidupnya untuk meruntuhkan imperialisme dan mendirikan sosialisme.
Perlawanan tiada henti yang dia lakukan, menjadikannya simbol pemberontakan dan revolusi. Sepanjang hidupnya, Guevara bekerja di berbagai bidang, mulai dari dokter, penulis, pemimpin gerilya, diplomat, dan ahli teori militer.
Kondisi hidup orang miskin yang menyedihkan, dan kesulitan yang mereka hadapi, menjadi realita yang terus mengusiknya sejak usia dini. Hal itu meninggalkan dampak mendalam padanya, sehingga kemarahan dan kebencian mendorongnya menjadi pemberontak. Pasca Revolusi Kuba, dia membentuk ekonomi Kuba dengan membuat rencana progresif.
Dia juga sukses meningkatkan angka melek huruf di Kuba dari 60 persen menjadi 96 persen. Keyakinannya untuk menciptakan kesadaran “manusia baru” yang didorong oleh moral daripada insentif material, membuatnya menjadi sosok yang dihormati dalam sejarah. Karena alasan itu dia terdaftar dalam ‘100 orang paling berpengaruh abad ke-20 menurut majalah TIME.
“Pada tanggal 12 Juni 1959, Castro mengirim Guevara dalam tur tiga bulan ke sebagian besar negara-negara Pakta Bandung (Maroko, Sudan, Mesir, Suriah, Pakistan, India, Sri Lanka, Burma, Thailand, Indonesia, Jepang, Yugoslavia, dan Yunani) dan kota Singapura dan Hong Kong”
Baca juga : Robert Wolter Mongisidi (Manado, February 14, 1925 – Makassar, September 5, 1949)
Melihat realita kemiskinan
Che Ernesto Guevara lahir pada 14 Juni 1928, di Rosario, provinsi Santa Fe, Argentina. Dia adalah anak tertua dari lima bersaudara anak pasangan Celia de la Serna y Llosa dan Ernesto Guevara Lynch. Di usia muda, dia diperkenalkan dengan banyak perspektif politik kiri.
Hal ini meninggalkan pengaruh yang dalam di benak pria yang memiliki minat baca sangat besar ini. Karya-karya berbagai revolusioner dan pemimpin politik dunia sudah dibaca sejak muda. Mulai dari Karl Marx, William Faulkner, Andre Gide, Emilio Salgari, Jawaharlal Nehru, dan Albert Camus. Guevara juga tumbuh dengan keunggulan atletik dan berbagai kegiatan olahraga. Setelah menerima pendidikan menengah, dia mendaftar di Universitas Buenos Aires untuk belajar kedokteran.
Saat kuliah dia melakukan perjalanan panjang. Pertama, perjalanan sepeda solo sejauh 4500 km melalui provinsi pedesaan di Argentina Utara pada 1950. Kedua, perjalanan dengan sepeda motor kontinental sepanjang 8.000 kilometer selama sembilan bulan, melalui sebagian besar Amerika Selatan dengan temannya Alberto Granado pada 1951.
Kedua perjalanan ini memainkan peran penting dalam mengubah pandangannya tentang dirinya sendiri dan kondisi ekonomi yang berlaku saat itu. Dia dibuat bingung oleh eksploitasi yang kejam terhadap orang miskin. Di saat yang sama dia kagum pada keramahan yang masih ditunjukan oleh orang-orang yang “putus asa” dalam kemiskinan. Catatan yang diambil selama dua perjalanan tersebut berevolusi menjadi sebuah buku berjudul ‘The Motorcycle Diaries’. Buku tersebut menjadi buku terlaris New York Times.
Baca juga : 10 Kali Amerika Menggulingkan Pemerintahan Asing
Baca juga : Kisah Perang Karena Sepak Bola : Honduras Vs El Savador
Perjuangan awal
Setelah menerima gelar di bidang kedokteran pada 1953, ia memulai perjalanan lain. Pengalaman ini semakin menguatkan pandangannya menentang kapitalisme dan kebutuhan untuk menyelamatkan dunia sistem ini. Ia menjadi aktif secara politik, pertama di Argentina dan kemudian di Bolivia dan Guatemala. Sedang untuk menafkahi hidupnya, dia mulai bekerja di Rumah Sakit Umum di Mexico City pada 1954.
Selain itu, dia juga memberikan kuliah tentang kedokteran di National Autonomous University of Mexico. Ia juga bekerja sebagai fotografer berita di sebuah kantor berita. Karena sangat terganggu oleh kemiskinan dan eksploitasi orang miskin, dia memutuskan untuk berjuang demi dunia yang lebih baik. Pada 1955 dia diperkenalkan dengan pemimpin revolusioner Kuba, Fidel Castro.
Keduanya bergandengan tangan untuk melawan imperialisme. Ia membantu Castro dalam upayanya menggulingkan pemerintahan Batista di Kuba. Untuk hal yang sama, ia memperoleh pelatihan militer dan mempelajari taktik perang gerilya. Pada 1956, pasukan yang setia kepada Castro, memprakarsai Gerakan 26 Juli. Perlawanan ini bertujuan untuk mendirikan pangkalan di pegunungan Sierra Maestra. Namun, karena diserang pasukan pemerintah, hanya 22 dari 82 anggotanya yang mencapai puncak.
Dalam beberapa bulan berikutnya, mereka menyerbu kamp tentara, membangun persediaan senjata mereka dan akhirnya memperoleh kemenangan atas wilayah tersebut. Setelah menguasai wilayah tersebut, mereka mendistribusikan kembali tanah secara merata di antara semua petani. Sebagai gantinya, para petani memberi bantuan untuk melawan pasukan Batista. Popularitas Castro yang semakin meningkat menyebabkan peningkatan kekuatan pasukannya.
Anggota tentaranya terdiri dari para petani, pelajar, hingga pastor. Marah pada pertumbuhan popularitas tentara Castro, pemerintah Batista mengeksekusi orang-orang di depan umum. Protes kepada pemerintahannya akhirnya semakin memuncak. Pada 1958, pasukan Castro, yang sebagian besar terdiri dari orang-orang miskin dan terpinggirkan, mendapat dukungan dari kelas menengah yang berpengaruh.
Pengacara, dokter, akuntan, dan pekerja sosial mulai bergabung di barisannya. Pasukan Castro bertempur dengan gagah berani melawan pasukan pemerintah. Pasukan pemerintah pun mengalami kekalahan satu demi satu. Pada 1958, Guevara memainkan peran penting dalam Pertempuran Las Mercedes. Kemenangannya berhasil menggagalkan rencana pemerintah Batista, yang berniat menghancurkan pasukan Castro.
Baca juga : 23 Februari 1903, Kuba menyewakan Teluk Guantanamo kepada Amerika Serikat
Baca juga : 1 Januari 1959, diktator Batista dipaksa keluar dari Kuba oleh revolusi yang dipimpin Fidel Castro
Mengubah Kuba
Dia kemudian memimpin pejuang menuju Havana untuk tekanan terakhir. Pasukannya mengambil alih Santa Clara, yang menjadi kemenangan gerilya yang menentukan revolusi. Pada 8 Januari 1959, Fidel Castro mengambil alih Havana. Guevara mengambil posisi sebagai komandan di penjara Benteng La Cabaña.
Dia juga bertanggung jawab menegakkan keadilan revolusioner, terhadap mereka yang dianggap pengkhianat, informan, dan penjahat perang. Pada Juni 1959, ia melakukan tur selama tiga bulan keliling Asia termasuk ke Singapura dan Hong Kong. Setelah kembali, dia diangkat menjadi menteri perindustrian.
Dia kemudian menjalankan reformasi pertanahan. Acaranya dengan menyita tanah milik perusahaan AS dan mendistribusikannya kembali pada masyarakat. Selain itu, dalam masa ini dia juga memberi sorotan pada literasi masyarakat. Dengan senang hati banyak sekolah dan lembaga pendidikan di daerah pedesaan didirikannya. Dia menekankan pentingnya melatih pendidik, yang pada gilirannya akan mengajar orang-orang yang buta huruf. Akses ke pendidikan tinggi juga dibuka untuk semua orang sejak itu.
Alhasil, selama pemerintahannya tingkat melek huruf di negara Amerika Latin ini naik dari 60 persen menjadi 96 persen. Selain menjadi menteri perindustrian, dia diangkat menjadi Menteri Keuangan dan Presiden Bank Nasional. Dengan kekuasaan ini, dia menghilangkan ketidaksetaraan sosial dengan menasionalisasi pabrik, bank, dan bisnis.
Dia bahkan menyediakan fasilitas perumahan, perawatan kesehatan, dan pekerjaan bagi orang Kuba. Pada 1961, ia mengunjungi China dan Uni Soviet dan bertanggung jawab atas hubungan Soviet-Kuba. Meski begitu, dia mengkritik birokrasi Soviet.
Merambah tempat lain
Setelah beberapa waktu, dia mengundurkan diri dari tugas pemerintahannya untuk melanjutkan pekerjaan sebagai seorang revolusioner di luar negeri. Pada 1965, dia meninggalkan Kuba untuk membentuk pasukan gerilya, pertama di Kongo dan kemudian di Bolivia. Tahun berikutnya, usahanya meyakinkan rakyat Bolivia untuk memberontak melawan pemerintah tidak berhasil. Usaha untuk melakukan pemberontakan di Bolivia tidak hanya gagal, tetapi juga mengorbankan nyawanya.
Dia ditangkap oleh pasukan pemerintah dan dibawa ke La Higuera pada 8 Oktober 1967. Keesokan harinya, Presiden Bolivia Rene Barrientos memerintahkan agar Guevara dibunuh. Baru pada 1997 tubuh Guevara ditemukan di dekat landasan udara Vallegrande. Setelah dikonfirmasi oleh antropolog forensik, jenazahnya dimakamkan dengan penghormatan militer, di sebuah mausoleum yang dibangun khusus di kota Santa Clara di Kuba.
Hingga akhir dia dikenal sebagai tokoh penting Revolusi Kuba bersama dengan Fidel Castro. Atas tindakan revolusionernya, dia pandang sebagai pahlawan budaya yang ikonik. Meski ada juga yang menyorot kekejamannya karena disebut memerintahkan tahanan dieksekusi tanpa pengadilan di Kuba.
Baca juga : Angkatan Bersenjata Bolivarian Nasional Venezuela
Baca juga : Revolusi tahun 1989 : Hancurnya paham komunis dunia
https://www.youtube.com/watch?v=gcqTJlnYtb4