- The Longest Day: Mengulang Hari-H
- Ketika berbicara tentang film perang, “The Longest Day” berdiri tegak sebagai sebuah monumen sinematik. Dirilis pada tahun 1962, film ini menghadirkan rekonstruksi megah dari Operasi Overlord – invasi Normandia pada 6 Juni 1944, yang lebih dikenal sebagai D-Day.
- Film ini melibatkan banyak konsultan militer yang benar-benar berpartisipasi dalam D-Day, termasuk jenderal dan perwira dari kedua belah pihak. Hal ini memberikan film ini tingkat keaslian yang tinggi dalam menggambarkan peristiwa sejarah.
ZONA PERANG(zonaperang.com) The Longest Day adalah sebuah film epik perang yang menggambarkan hari paling krusial dalam sejarah Perang Dunia II—hari ketika Pasukan Sekutu melakukan invasi ke Normandia pada 6 Juni 1944, yang dikenal sebagai D-Day.
“Penonton dibawa melintasi pantai-pantai Normandia, melompat dari pesawat bersama para pasukan payung, dan merasakan ketegangan di bunker-bunker Jerman.”
Film ini, yang disutradarai oleh tiga sutradara yaitu Ken Annakin, Andrew Marton, dan Bernhard Wicki, merupakan salah satu karya sinematik yang paling ambisius pada masanya. Dengan durasi hampir tiga jam, The Longest Day menawarkan pandangan yang mendalam dan komprehensif mengenai operasi militer terbesar dalam sejarah, melalui sudut pandang yang mencakup kedua belah pihak: Sekutu dan Jerman.
Yang menarik, meskipun film ini diproduksi hanya 18 tahun setelah peristiwa sebenarnya, ia berhasil menyajikan narasi yang relatif objektif. Tentara Jerman tidak digambarkan sebagai penjahat karikatural, melainkan sebagai prajurit yang juga terjebak dalam pusaran perang.
Baca juga : Tora! Tora! Tora! (1970) : Film Serangan Jepang ke Pearl Harbor terbaik Pra-CGI
Baca juga : Tanpa Anestesi: Penderitaan Korban Perang di Gaza
Kisah Multi-Perspektif yang Komprehensif
Salah satu keistimewaan The Longest Day adalah narasi multi-perspektif yang digunakan untuk menceritakan kisah D-Day. Film ini tidak hanya fokus pada pandangan Pasukan Sekutu, tetapi juga memberikan sudut pandang dari pihak Jerman. Ini menciptakan sebuah gambaran yang lengkap mengenai kompleksitas dan skala besar dari invasi Normandia.
Penonton diajak mengikuti perjalanan para prajurit dari berbagai latar belakang dan pangkat, dari Jenderal Dwight D. Eisenhower yang memimpin invasi, hingga prajurit biasa yang menghadapi kekacauan di garis depan. Kita melihat bagaimana para perwira Jerman dihadapkan pada ketidakpastian dan kebingungan, sementara para prajurit Sekutu berjuang melawan medan yang sulit dan serangan musuh yang gencar. Pendekatan ini memberikan rasa realisme yang kuat dan memungkinkan penonton untuk memahami besarnya tantangan yang dihadapi kedua belah pihak.
Detail Sejarah yang Otentik
The Longest Day didasarkan pada buku non-fiksi karya Cornelius Ryan yang berjudul sama. Buku ini sendiri adalah hasil dari penelitian yang sangat mendalam dan wawancara dengan banyak saksi mata, yang kemudian diterjemahkan ke dalam layar perak dengan kesetiaan yang luar biasa terhadap fakta sejarah.
Film ini dikenal karena perhatian terhadap detail, mulai dari representasi seragam, peralatan militer, hingga lokasi yang menyerupai medan pertempuran asli. Beberapa adegan bahkan direkam di tempat kejadian yang sebenarnya, seperti pantai Normandia, memberikan kesan otentisitas yang jarang ditemukan dalam film-film perang pada masanya.
Selain itu, The Longest Day menggunakan bahasa asli untuk setiap pihak yang terlibat, dengan aktor Jerman berbicara dalam bahasa Jerman, dan prajurit Prancis dalam bahasa Prancis. Ini memperkuat keaslian film dan menambah kedalaman pada narasi yang disampaikan.
Bintang-Bintang Ternama dalam Ensemble Cast
Film ini menampilkan deretan bintang ternama yang membuat The Longest Day semakin menarik untuk ditonton. Aktor-aktor seperti John Wayne(True Grit), Robert Mitchum(El Dorado), Sean Connery(The Hunt for Red October), Richard Burton(The Spy Who Came In from the Cold), dan Henry Fonda(The Grapes of Wrath), semuanya memberikan penampilan yang mengesankan dalam peran masing-masing. Dengan ensemble cast yang begitu besar dan beragam, film ini tidak hanya menarik dari segi cerita, tetapi juga dari segi penampilan para aktornya.
Setiap karakter, meskipun hanya muncul dalam beberapa adegan, memiliki dampak signifikan terhadap keseluruhan cerita. Misalnya, peran John Wayne sebagai Letkol Benjamin Vandervoort, yang memimpin pasukan payung AS, menambahkan elemen kepahlawanan yang menginspirasi, sementara Sean Connery sebagai prajurit Skotlandia memberikan sentuhan humor di tengah-tengah kekacauan perang.
Baca juga : 10 Pertempuran Epik Terbaik dalam Sejarah Film
Baca juga : Apakah nama kita ingin diabadikan dalam buku sejarah perjuangan? Dan apakah harus seperti itu?
Penggambaran D-Day yang Realistis dan Mendalam
Salah satu hal yang membuat The Longest Day begitu monumental adalah penggambaran pertempuran D-Day itu sendiri. Adegan invasi di pantai Omaha, yang mungkin menjadi bagian paling dikenal dari film ini, direkam dengan skala yang sangat besar. Ribuan figuran, efek ledakan, dan replika peralatan militer digunakan untuk menciptakan suasana perang yang seolah nyata.
Film ini tidak berusaha untuk menggambarkan perang dengan glamor. Sebaliknya, ia menunjukkan kekacauan, ketakutan, dan keberanian yang ada dalam pertempuran. Dari momen ketika prajurit-prajurit Sekutu mendekati pantai Normandia di bawah hujan tembakan artileri, hingga perlawanan sengit yang mereka hadapi setelah mendarat, The Longest Day menyajikan gambaran yang mendalam dan menggugah tentang kenyataan perang.
Pengaruh dan Warisan Film
The Longest Day dianggap sebagai salah satu film perang terbaik sepanjang masa. Pengaruhnya terlihat dalam banyak film perang yang dirilis kemudian, termasuk Saving Private Ryan (1998) yang juga menggambarkan invasi D-Day. Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga berfungsi sebagai rekaman sejarah yang penting, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pengorbanan dan keberanian yang diperlukan untuk memenangkan Perang Dunia II.
‘Ia menetapkan standar baru dalam hal realisme dan skala, mempengaruhi generasi film perang berikutnya, dari “Saving Private Ryan” hingga “Band of Brothers“.’
Film ini memenangkan dua Academy Awards, untuk Sinematografi Terbaik dan Efek Visual Terbaik, dan tetap dihormati sebagai contoh klasik bagaimana film dapat digunakan untuk mendokumentasikan peristiwa-peristiwa bersejarah dengan cara yang dramatis dan mendalam.
Film yang epik dalam segala hal di zamannya
The Longest Day adalah film yang epik dalam segala hal—dari skala produksinya hingga kedalaman ceritanya. Dengan narasi multi-perspektif, perhatian terhadap detail sejarah, dan penggambaran pertempuran yang realistis, film ini berhasil membawa penonton ke dalam salah satu hari paling bersejarah dalam Perang Dunia II. The Longest Day tidak hanya sebuah film perang, tetapi juga sebuah penghormatan kepada mereka yang bertempur dan berkorban pada hari yang menentukan tersebut.
Baca juga : 11 Pertempuran udara-ke-udara paling epik dalam sejarah militer
Baca juga : Nelson Mandela, Sang ‘Teroris’ Bagi Barat Tetapi Pahlawan untuk Afrika Selatan serta Kemanusiaan