- Dari Jakarta ke Somalia: Perjuangan TNI Menyelamatkan MV Sinar Kudus
- Operasi pembebasan sandera kapal MV Sinar Kudus adalah salah satu operasi militer yang paling dramatis dan menarik dalam sejarah Indonesia. Dalam operasi ini, Satgas Merah Putih, sebuah satuan tugas militer khusus, dibentuk untuk menyelamatkan awak kapal MV Sinar Kudus yang disandera oleh perompak di Somalia.
- Kapal MV. SINAR KUDUS 88 (IMO 9172507, MMSI 525301532) adalah Kapal Kargo Umum yang dibangun pada tahun 1999 dan saat ini berlayar di bawah bendera Indonesia.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Pada tahun 2011, kapal kargo MV Sinar Kudus, yang berbendera Indonesia, menjadi korban pembajakan di perairan Somalia. Kapal yang sedang dalam perjalanan membawa bijih nikel Sulawesi menuju Rotterdam itu disergap oleh sekelompok perompak Somalia bersenjata. Mereka berhasil menyandera 20 awak kapal, yang sebagian besar adalah warga negara Indonesia, dan menuntut tebusan besar sebagai imbalan untuk kebebasan para sandera. Peristiwa ini menjadi salah satu kasus pembajakan maritim paling menonjol yang melibatkan Indonesia.
“Pembajakan MV Sinar Kudus adalah peristiwa maritim yang dimulai pada 16 Maret 2011 dengan empat perompak di Samudra Hindia yang membajak kapal kargo MV Sinar Kudus 456 mil laut (845 km; 525 mil) di sebelah timur pantai Somalia. Pengepungan berakhir setelah upaya penyelamatan oleh Angkatan Laut Indonesia pada 1 Mei 2011. Ini adalah pembajakan pertama kapal dagang Indonesia di lepas pantai Somalia.”
Dalam menghadapi situasi genting ini, pemerintah Indonesia mengambil langkah tegas. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menginstruksikan pembentukan Satgas Merah Putih, sebuah satuan tugas khusus militer yang dibentuk untuk menyelamatkan para sandera secara cepat dan efektif. Satgas ini terdiri dari prajurit pilihan dari TNI Angkatan Laut yang memiliki keahlian dalam operasi khusus, terutama operasi maritim.
Gambar sampul: Kapal MV Sinar Kudus bersama semua awak kapal yang sudah dibebaskan bergerak meninggalkan perairan Somalia menuju pangkalan aju Salalah Oman, dengan kawalan KRI Yos Sudarso-353 dan KRI Abdul Halim Perdanankusuma-355.
Baca juga : Sejarah Pembentukan Densus 88 yang Diminta Dibubarkan karena Islamfobia
Latar Belakang Pembajakan MV Sinar Kudus
Pembajakan di perairan Somalia pada awal 2010-an menjadi momok yang menakutkan bagi kapal-kapal internasional. Somalia yang dilanda perang saudara dan tanpa pemerintahan pusat yang kuat, menjadi surga bagi perompak. Mereka sering kali menyandera kapal-kapal dagang untuk memperoleh tebusan yang besar, dan hal ini terjadi pada MV Sinar Kudus.
Kapal yang diawaki oleh 20 orang ini dibajak pada tanggal 16 Maret 2011, dan para perompak menuntut tebusan sebesar USD 3 juta($4,198,418 nilai 2024). Situasi ini mendesak pemerintah Indonesia untuk segera mengambil tindakan, terutama mengingat keselamatan para awak kapal.
Satgas Merah Putih: Misi Pembebasan
Pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak menyerah pada tuntutan perompak dan memilih jalur militer untuk menyelesaikan krisis ini. Satgas Merah Putih segera dibentuk dengan misi utama: menyelamatkan para sandera tanpa membahayakan nyawa mereka. Operasi ini juga menunjukkan tekad Indonesia untuk tidak tunduk kepada para perompak yang kerap meneror perairan internasional.
“Tim elit ini terdiri dari prajurit-prajurit pilihan dari berbagai satuan, termasuk Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Detasemen Jala Mangkara (Denjaka).”
Satgas Merah Putih melibatkan dua kapal fregat kelas Ahmad Yani, KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355 dan KRI Yos Sudarso-353, serta satu kapal LPD KRI Banjarmasin-592 dan satu helikopter NBO-105 dengan senjata General Purpose Machine Gun (GPMG) 7,62mm. Pasukan khusus yang dikerahkan termasuk Denjaka, Kopaska, Taifib Marinir TNI AL, dan Den-81 Kopassus TNI AD. Mereka juga didukung oleh Brigade Infanteri, Kavaleri, dan Artileri Korps Marinir dengan berbagai peralatan tempur seperti tank amfibi BMP-3F dan LVT-7A1 serta meriam howitzer.
Operasi ini tidaklah mudah. Satgas Merah Putih menghadapi tantangan berat, mulai dari kondisi geografis perairan Somalia yang sulit, ancaman perlawanan bersenjata dari perompak, hingga kebutuhan untuk melaksanakan misi dengan presisi tinggi tanpa membahayakan sandera. Namun, dengan pelatihan intensif dan peralatan modern, Satgas Merah Putih menjalankan misi ini dengan sangat terencana dan berani.
Serangan darat
“Operasi ini direncanakan dengan sangat matang, melibatkan berbagai opsi strategi tempur. Salah satu rencana adalah menyerbu pantai Somalia dan menduduki Kota El Dhanan, basis perompak. Namun, opsi ini dibatalkan setelah operasi pembebasan di tengah laut berhasil.
Estimasi korban
Uang US$ 3 juta sudah disetorkan kepada para bajak laut Somalia yang menguasai kapal MV Sinar Kudus dan belasan ABK. Uang itu ‘terpaksa’ diberikan PT Samudera Indonesia sebagai pemilik kapal demi keamanan para ABK.
Dalam buku ‘Satgas Merah Putih: Memburu Perompak Somalia’ yang diterbitkan Markas Komando Korps Marinir, terungkap bahwa sebenarnya Tim Satgas Merah Putih sudah siap menyerbu para perompak dan melakukan penyelamatan.
“Kalkulasi perkiraan korban kurang lebih 17 orang, yaitu 12 orang dari personel pasukan khusus yang melaksanakan ship boarding atau serbuan ke kapal dan kurang lebih 5 orang ABK MV Sinar Kudus atau sandera,” demikian penjelasan di buku yang ditulis Emir Saufat.
Satgas dikomandani Dankormar Mayjen TNI (Mar) Alfan Baharudin serta pasukan Marinir Denjaka, Pasukan Katak, Tontaipur Kostrad, dan Kopassus sudah siap tempur. Tapi entah mengapa penyergapan yang sejatinya dilakukan pada 15 April tak jadi dilakukan. Alasan utamanya negosiasi masih dilakukan.
Baca juga : Misi Dramatis di Tehran: Operasi Credible Sport untuk Membebaskan Sandera
Ingin memberikan ke pembajak lain
Hingga akhirnya, pada 30 April 2011 sesuai kesepakatan dengan para pembajak ditentukan sebagai hari penyerahan uang. Dengan menggunakann pesawat Antonov, parasut uang dijatuhkan ke perairan di sekitar MV Sinar Kudus yang labuh jangkar di perairan Cheel Dhahanan, Laut Arab.
Penyerahan ini diperantarai konsultan Paradin yaitu Joni Yang dan Nick Nash. Konsultan ini yang menjadi jembatan PT Samudera Indonesia dan para pembajak. Seorang perwira dari BIN Kolonel PSK Andrian Watimena berada dalam pesawat itu.
“Setelah dipastikan semua ABK aman, uang dijatuhkan. Para pembajak meminta waktu 5 jam untuk meninggalkan kapal sambil menghitung uang yang diambil dengan kapal kecil mereka,” tulis buku itu.
Total ada 35 pembajak di kapal MV Kudus. 16 Menjaga di anjungan kapal dan 17 menghitung uang di geladak. Tapi kesepakatan tinggal kesepakatan, para pembajak ini rupanya seolah ingin memberikan kapal ke kelompok pembajak lain di perairan Eyl Somalia.
Satu persatu dengan perahu kecil, mereka meninggalkan MV Kudus. Ada pembajak lain yang datang. MV Sinar Kudus pun meminta bantuan dan sinyal darurat. Namun dua fregat ex-Van Speijk class KRI Yos-353 dan KRI AHP-355 tak mendengar sinyal itu.
Kapal perang Amerika
Sinyal darurat itu terpantau Arleigh Burke-class guided missile destroyer USS Brain Bridge DDG 96 yang kemudian memberitahu sinyal darurat itu.
“May day may day. Pak tolong pak, ada beberapa perahu cepat mau membajak lagi,” tulis di buku itu menirukan ucapan para ABK.
Dansatgasus Merah Putih Mayjen TNI Alfan segera memberi perintah dari KRI Banjarmasin yang masih berjarak cukup jauh dari MV Sinar Kudus. Dua kapal yang lebih dekat itu diminta mengerahkan sea rider dan heli untuk menghalau pembajak yang mendekat.
Lewat kontak radio, Mayjen TNI (Mar) Alfan juga meminta agar para ABK membawa pentungan besi atau apapun menghalau para perompak apabila naik ke atas kapal.
Baku tembak
Beruntung tak lama heli dan sea rider Denjaka datang. Para perompak diberi tembakan peringatan. Sempat terjadi tembak menembak. Dengan sea rider TNI juga mengejar para perompak yang melarikan diri.
Sejumlah kapal kecil milik para pembajak bisa ditenggelamkan dan para perompak tenggelam di laut. Para perompak yang lain berhasil dipukul mundur dan kembali ke pantai.
Kapal MV Sinar Kudus pun kembali dikuasai. 1 Mei 2011 Kolonel Marinir Suhartono pimpinan tim penyerbuan melakukan koordinasi dan pengecekan kelengkapan personel. 4 Perompak dilumpuhkan dan satu skiff(kapal) yang mengancam MV Sinar Kudus berhasil diamankan.
Dampak Operasi dan Pesan kepada Dunia
Keberhasilan Satgas Merah Putih dalam membebaskan MV Sinar Kudus membawa dampak besar bagi reputasi Indonesia di kancah internasional. Selain memperkuat kepercayaan dunia terhadap kapabilitas militer Indonesia, operasi ini juga menjadi bukti bahwa Indonesia serius dalam melindungi warganya dan menegakkan hukum di perairan internasional. Operasi ini juga mengirim pesan kuat kepada perompak Somalia bahwa tindakan mereka tidak akan diterima begitu saja oleh negara-negara yang menjadi korban.
Baca juga : Film Black Hawk Down(2001) : Kisah Nyata Pertempuran Mogadishu Somalia tahun 1993
Baca juga : Ada Gaza dalam Rencana Proyek Terusan Ben Gurion