Pada tanggal 23 Oktober 1642, Pertempuran Edgehill menandai dimulainya Perang Saudara Inggris yang bergejolak, sebuah konflik yang akan mengubah wajah politik dan sosial Inggris selamanya. Pertempuran ini terjadi di dekat Edge Hill dan Kineton di Warwickshire, dan menjadi salah satu pertempuran pertama yang melibatkan pasukan Royalis yang setia kepada Raja Charles I dan pasukan Parlementaris yang mendukung kekuasaan parlemen.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Pada 23 Oktober 1642, tanah Inggris diguncang oleh sebuah pertempuran besar yang akan menandai awal dari salah satu konflik terpenting dalam sejarah negara tersebut: Perang Saudara Inggris. Pertempuran ini, yang terjadi di sebuah tempat bernama Edgehill di Warwickshire, mempertemukan pasukan Royalis, yang setia kepada Raja Charles I, melawan Parlemenarian, yang menentang kekuasaannya.
Pertempuran Edgehill adalah yang pertama dalam serangkaian pertempuran brutal yang memecah belah Inggris selama lebih dari sembilan tahun, mencerminkan konflik politik, agama, dan sosial yang mendalam. Benturan antara kekuasaan monarki absolut dan tuntutan hak rakyat untuk menentukan pemerintahan mereka menjadi inti dari konflik ini.
Baca juga : Film Battle of Surabaya: Mengenang Pertempuran Heroik Melalui Layar Lebar
Baca juga : 9 April 1948, Pembantaian Deir Yassin: Awal Pendirian negara ilegal Israel
Latar Belakang
Pada awal 1640-an, ketegangan antara Raja Charles I dan Parlemen Inggris memuncak. Perselisihan panjang terkait pajak, hak-hak sipil, dan kekuasaan gereja menciptakan perpecahan yang dalam di antara bangsawan dan rakyat Inggris. Charles I, yang menganut gagasan “hak ilahi raja”, merasa bahwa kekuasaan monarki harus mutlak dan tidak bisa dibatasi oleh Parlemen. Di sisi lain, banyak bangsawan dan anggota Parlemen menginginkan pembatasan kekuasaan raja, menuntut peran yang lebih besar dalam menentukan kebijakan negara.
Ketegangan ini mencapai puncaknya ketika Charles I memutuskan untuk membubarkan Parlemen selama sebelas tahun—peristiwa yang dikenal sebagai “Eleven Years’ Tyranny”—dan mencoba memerintah tanpa mereka. Namun, upayanya untuk mengenakan pajak tanpa persetujuan Parlemen dan intervensinya dalam urusan agama menimbulkan kemarahan besar, terutama di kalangan Puritan yang menentang reformasi agama yang dipaksakan oleh Charles.
Pada tahun 1641, situasi semakin buruk ketika pemberontakan pecah di Irlandia, dan Charles membutuhkan bantuan dari Parlemen untuk membiayai pasukan guna menumpas pemberontakan tersebut. Namun, Parlemen memanfaatkan kesempatan ini untuk menuntut reformasi politik yang lebih jauh, termasuk pembatasan kekuasaan raja. Ketegangan akhirnya berubah menjadi konfrontasi langsung ketika Charles I berusaha menangkap lima anggota Parlemen pada Januari 1642, sebuah langkah yang membuat hubungan antara raja dan Parlemen hancur.
Pada Agustus 1642, Charles I mengibarkan standar kerajaan di Nottingham, sebuah simbol yang menandakan bahwa ia siap untuk berperang melawan Parlemen. Perang Saudara Inggris pun dimulai.
Pasukan yang Terlibat
Pasukan Royalis, yang dipimpin oleh Raja Charles I, terdiri dari sejumlah besar bangsawan dan pendukung monarki. Mereka dikenal dengan sebutan Cavaliers. Meskipun mereka lebih terorganisir secara politik dan memiliki pengalaman militer, terutama di antara para bangsawan, pasukan mereka kurang terlatih dibandingkan dengan lawan mereka.
“Pada malam sebelum pertempuran, terjadi beberapa bentrokan kecil antara pasukan dari kedua pihak. Keesokan harinya, Hujan deras mengguyur medan tempur, menambah tantangan bagi kedua pasukan yang sebagian besar terdiri dari tentara baru dan kurang berpengalaman.”
Di sisi lain, Parlemenarians, atau yang dikenal sebagai Roundheads karena potongan rambut pendek khas mereka, dipimpin oleh Robert Devereux, Earl of Essex. Pasukan mereka terdiri dari warga kota, petani, dan sejumlah besar Puritan yang menentang kebijakan agama Charles. Meski kurang berpengalaman, mereka didorong oleh keyakinan kuat bahwa mereka berjuang untuk mempertahankan hak-hak sipil dan kebebasan agama.
Baca juga : 6 September 1915, Tank Pertama Berhasil Diproduksi: Senjata Baru yang Mengubah Wajah Pertempuran
Baca juga : Britania Raya yang Kejam—kebenaran berdarah tentang Kerajaan Inggris
Jalannya Pertempuran
Pada 23 Oktober 1642, kedua pasukan bertemu di medan Edgehill. Raja Charles I, yang datang dari utara setelah mengumpulkan pasukan di Oxford, berharap bisa bergerak menuju London, pusat kekuatan Parlemen, dan mengakhiri perang dengan cepat. Namun, Earl of Essex dan pasukan Parlemen sudah berada di Edgehill, siap menghentikan laju pasukan raja.
Pertempuran dimulai pada siang hari, ketika kedua pihak memposisikan pasukan mereka di perbukitan yang menghadap satu sama lain. Cavaliers memulai serangan pertama dengan kavaleri mereka yang terkenal tangguh. Dipimpin oleh Pangeran Rupert dari Rhine, mereka melakukan serangan mendadak yang berhasil memukul mundur bagian depan pasukan Parlemen. Serangan kavaleri ini berhasil mengobrak-abrik infanteri Parlemen, menyebabkan kekacauan di barisan mereka.
Namun, keberhasilan awal ini tidak bertahan lama. Pasukan Cavalier, setelah menghancurkan barisan depan musuh, terlalu jauh mengejar pasukan Parlemen yang mundur, meninggalkan bagian tengah mereka tanpa perlindungan. Parlemen memanfaatkan situasi ini dengan melakukan serangan balik menggunakan infanteri mereka yang lebih terorganisir.
“Kekacauan ini mencerminkan ketidakdisiplinan dan kurangnya pengalaman pasukan di lapangan. Tidak ada pihak yang mampu mengklaim kemenangan definitif, dan pertempuran berakhir tanpa hasil yang memuaskan bagi keduanya.”
Pertempuran berubah menjadi pertempuran sengit yang berlarut-larut, dengan kedua pihak saling serang dan bertahan. Meskipun Cavaliers berhasil memberikan pukulan besar pada Parlemen pada awalnya, pasukan Parlemen berhasil mengembalikan keadaan di sore hari. Tidak ada pihak yang mampu meraih kemenangan jelas, dan pada malam hari, pertempuran dihentikan. Pertempuran Edgehill berakhir tanpa pemenang yang jelas, namun membuka jalan bagi konflik yang lebih panjang.
Dampak dan Konsekuensi
Meskipun Pertempuran Edgehill tidak menghasilkan pemenang yang jelas, hal itu memiliki dampak besar terhadap jalannya Perang Saudara Inggris. Pertempuran ini membuktikan bahwa kedua pihak memiliki kekuatan yang seimbang dan bahwa perang ini tidak akan berakhir dengan cepat. Kemenangan besar yang diharapkan oleh Raja Charles I, yang bisa membawanya ke London, gagal tercapai.
“Setelah pertempuran, Charles melanjutkan march menuju London tetapi tidak cukup kuat untuk mengatasi pertahanan yang ada.”
Dalam beberapa bulan setelah pertempuran, perang berubah menjadi perang gesekan yang melibatkan bentrokan kecil, pengepungan, dan manuver politik di kedua sisi. Konflik ini meluas di seluruh wilayah Inggris, dengan berbagai kota dan daerah berganti kendali antara Royalis dan Parlemenarians. Pertempuran ini juga menunjukkan bahwa meskipun Charles I memiliki keunggulan kavaleri, kekuatan militer tidak selalu menjamin kemenangan jika tidak didukung oleh strategi yang solid dan logistik yang baik.
Pada akhirnya, Perang Saudara Inggris akan terus berlanjut selama bertahun-tahun, menghasilkan berbagai perubahan besar di Inggris, termasuk eksekusi Charles I pada 1649, pembentukan Republik Inggris di bawah Oliver Cromwell, dan penegakan supremasi Parlemen atas monarki.
Warisan Pertempuran Edgehill
Pertempuran Edgehill tetap menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah Inggris. Itu bukan hanya menandai dimulainya Perang Saudara, tetapi juga mencerminkan ketegangan mendalam yang ada di masyarakat Inggris pada saat itu—antara mereka yang mendukung monarki absolut dan mereka yang menuntut kekuasaan Parlemen dan kebebasan sipil. Hasil dari pertempuran ini, dan perang secara keseluruhan, akan mengubah wajah politik Inggris selamanya.
Selain itu, Pertempuran Edgehill dikenal sebagai pertempuran yang paling sering dibicarakan dalam konteks fenomena paranormal. Banyak saksi mengaku melihat penampakan tentara hantu yang berperang di medan pertempuran ini selama bertahun-tahun setelahnya, membuat Edgehill menjadi salah satu tempat paling terkenal di Inggris untuk aktivitas paranormal.
Baca juga : 01 Juli 1863, Battle of Gettysburg : Sisi Brutal Perang Saudara Amerika
Baca juga : Permainan Besar di Timur Tengah: Jalinan Wahabi, Saudi, Inggris dan Zionisme