- Intervensi dan Inflasi: Bagaimana Amerika Mengontrol Dunia
- Topeng Demokrasi: Imperium Amerika
- Amerika Serikat sering kali dipandang sebagai simbol demokrasi dan kebebasan. Namun, banyak kritik yang menyebutnya sebagai negara yang menerapkan standar ganda dalam hal demokrasi, keuangan serta sumber daya alam dan hak asasi manusia.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Amerika Serikat dikenal dunia sebagai simbol demokrasi dan kebebasan, tetapi di balik citra tersebut terdapat sejumlah kebijakan internasional yang memicu kontroversi. Dari penerapan standar ganda hingga kebijakan ekonomi yang berdampak besar bagi negara lain, pengaruh Amerika di dunia sering kali bersifat koersif/menggunakan kekuatan fisik dan bertentangan dengan semangat demokrasi yang mereka serukan.
Amerika Serikat sering kali mengkritik negara lain atas pelanggaran HAM dan kurangnya demokrasi. Namun, di dalam negeri, banyak yang berpendapat bahwa negara ini juga memiliki masalah serius terkait Hak asasi manusia, seperti ketidakadilan rasial, kebrutalan polisi, dan ketimpangan sosial yang mencolok.
Amerika Serikat memaksakan penggunaan mata uang dolarnya di seluruh dunia, meskipun alat pembayaran ini tidak lagi didukung oleh emas atau aset berharga lainnya. Ini berarti bahwa dolar hanya didukung oleh kepercayaan pada ekonomi Amerika. Negara-negara yang tidak tunduk pada penggunaan dolar sering kali menghadapi sanksi ekonomi atau intervensi politik.
Ada beberapa hal utama yang menjadi sorotan: pemaksaan standar ganda demokrasi, penciptaan inflasi global melalui penggunaan dolar, intervensi di negara lain, dan dukungan besar terhadap negara ilegal zionis yang bertolak belakang dengan kebutuhan rakyatnya sendiri.
Baca juga : Mengapa Amerika mendukung Israel dengan cara apapun, bertentangan dengan semua prinsip yang mereka katakan?
Baca juga : Uang Kertas, Dominasi Dollar, Penjarahan The Fed dan Penjajahan zionis Israel Atas Palestina
Demokrasi atau Diktator? Standar Ganda Amerika di Panggung Internasional
Sebagai negara yang mendefinisikan dirinya sebagai “pemimpin dunia bebas,” Amerika sering kali memaksa negara-negara lain untuk menerapkan demokrasi sesuai standar mereka. Namun, penerapan demokrasi ini kerap kali tidak konsisten dan bergantung pada kepentingan politik Amerika sendiri.
“Amerika sering kali mengklaim dirinya sebagai pelindung demokrasi di seluruh dunia. Namun, tindakan nyata menunjukkan bahwa negara ini tidak segan-segan untuk mendukung rezim otoriter jika itu menguntungkan kepentingan politik dan ekonominya.”
Misalnya, negara-negara yang dianggap mengancam kepentingan Amerika sering kali mengalami intervensi militer atau diplomasi yang agresif, seperti yang terjadi di Irak dan Suriah. Sebaliknya, sekutu-sekutu yang mungkin memiliki catatan hak asasi manusia yang buruk tetap mendapatkan dukungan penuh(Arab Saudi, Mesir).
“Amerika tidak ragu untuk melakukan intervensi militer jika suatu negara dianggap tidak tunduk pada kekuasaan atau kepentingan AS. Contoh paling mencolok adalah invasi Irak pada tahun 2003, yang dilakukan dengan dalih mencari senjata pemusnah massal. Meskipun tidak terbukti ada senjata tersebut, intervensi ini menyebabkan kerusuhan berkepanjangan dan krisis kemanusiaan di kawasan tersebut.”
Kebijakan luar negeri ini menyiratkan bahwa demokrasi hanyalah alat untuk memperluas pengaruh Amerika dan memuluskan kepentingan ekonomi dan geopolitik mereka. Di satu sisi, Washington mendukung demokrasi, tetapi di sisi lain, mereka siap menutup mata terhadap otoritarianisme selama pemerintahan tersebut tunduk pada agenda mereka.
Kritik juga muncul terkait dengan pemilihan umum di dalam negeri yang sering kali menghasilkan pemimpin dengan kebijakan yang otoriter, seperti Donald Trump, yang terpilih melalui pemilu tetapi menerapkan kebijakan yang mengekang kebebasan sipil dan menimbulkan ketegangan sosial.
Inflasi Global: Dampak Dominasi Dolar Terhadap Dunia
Kebijakan moneter Amerika juga memiliki dampak besar bagi negara lain. Sebagai negara yang memiliki mata uang cadangan dunia, dolar AS, Amerika memiliki kendali besar atas perekonomian global. Kebijakan pencetakan uang oleh Federal Reserve untuk menyokong ekonomi serta ambisi Amerika menyebabkan inflasi yang merambat ke negara lain.
Ketika dolar dicetak secara berlebihan tanpa jaminan nyata, daya beli negara-negara yang menyimpan cadangan dalam dolar juga menurun, merugikan ekonomi global yang bergantung pada kestabilan dolar.
Pemaksaan penggunaan dolar sebagai standar mata uang global memberi Amerika keistimewaan “unik”—kemampuan untuk mencetak kekayaan tanpa jaminan(membeli SDA negara lain dengan secarik kertas). Di saat negara lain harus mengelola anggaran secara ketat, Amerika mampu mencetak triliunan dolar dalam krisis ekonomi, sementara dampaknya disebarkan ke seluruh dunia dalam bentuk inflasi yang tak terhindarkan.
“Sebagai mata uang cadangan dunia, dolar AS memiliki pengaruh besar terhadap ekonomi global. Namun, banyak negara merasa tertekan oleh kebijakan moneter AS yang sering kali menyebabkan inflasi di negara-negara lain. Ketika Federal Reserve mencetak uang tanpa jaminan yang cukup, dampaknya dirasakan di seluruh dunia, menyebabkan lonjakan harga dan ketidakstabilan ekonomi di negara-negara berkembang.”
Intervensi Global: Menyebarkan Kekuasaan di Bawah Bendera Kebebasan
Amerika dikenal dengan kebiasaannya untuk mengintervensi negara-negara yang dianggap tidak sejalan dengan kebijakan mereka. Negara-negara yang dianggap menentang, baik secara ekonomi atau ideologi, sering kali menjadi sasaran dari berbagai macam tekanan. Dalam beberapa kasus, intervensi ini bahkan menciptakan krisis kemanusiaan baru, alih-alih memberikan kebebasan atau kesejahteraan yang dijanjikan.
Intervensi ini tidak hanya terjadi di wilayah-wilayah yang strategis secara militer, tetapi juga di negara-negara yang memiliki sumber daya alam penting. Dengan alasan menegakkan demokrasi dan hak asasi manusia, Amerika sering kali hadir di negara lain, sementara faktanya intervensi ini justru kerap menimbulkan ketidakstabilan dan penderitaan bagi rakyat lokal.
Baca juga : Negara-Negara yang Berubah dari Demokratis ke Otoriter: Jalan Menuju Kehancuran
Baca juga : “Kehancuran Amerika: Mengintip Masa Depan Suram dalam Film Civil War”
Pengaruh Zionis: Bantuan Tak Terbatas untuk entitas penjajah Palestina yang Ditentang Rakyatnya Sendiri
Dukungan besar Amerika terhadap entitas zionis penjajah di tanah Palestina merupakan salah satu kebijakan luar negeri yang sering menuai kritik, baik dari masyarakat dunia maupun dari dalam negeri Amerika sendiri. Meskipun bantuan militer dan ekonomi besar-besaran diberikan kepada kolonialis zionis, banyak rakyat Amerika yang merasa bahwa dana tersebut lebih baik dialokasikan untuk kesejahteraan domestik, seperti perumahan, kesehatan, dan pendidikan.
“Pengaruh Zionis dalam kebijakan luar negeri AS sangat kuat. Banyak kritik menyatakan bahwa keputusan-keputusan penting terkait Timur Tengah sering kali dipengaruhi oleh lobi-lobi pro-penjajahan Palestina di Washington. Ini menciptakan persepsi bahwa Amerika lebih memilih untuk membantu teroris zionis daripada memperhatikan kesejahteraan rakyatnya sendiri.”
Pengaruh lobi pro-zionis di Amerika membuat kebijakan ini sulit diubah, meskipun ada perlawanan dari beberapa kelompok masyarakat yang menginginkan kebijakan luar negeri yang lebih seimbang. Rakyat Palestina yang masih hidup di bawah pendudukan juga menyuarakan harapan bahwa Amerika akan suatu hari meninjau kebijakannya. Namun, selama ini kebijakan luar negeri Amerika tetap berada di bawah pengaruh kuat lobi pro-zionis, yang membuat situasi semakin sulit bagi upaya perdamaian di Timur Tengah.
Pajak Rakyat Amerika: Disalurkan ke Luar Negeri Alih-alih untuk Kesejahteraan Domestik
Salah satu kritik terbesar dari dalam negeri adalah penggunaan pajak rakyat Amerika untuk mendanai bantuan luar negeri, khususnya kepada entitas koloni di tanah Palestina, sementara banyak warga Amerika yang masih hidup dalam kemiskinan, tanpa akses ke layanan kesehatan, atau pendidikan berkualitas.
Banyak pihak yang menilai bahwa dana miliaran dolar yang diberikan setiap tahun untuk bantuan luar negeri lebih baik digunakan untuk memperbaiki kondisi dalam negeri, termasuk menangani krisis ketimpangan sosial dan kemiskinan yang kian mengkhawatirkan di Amerika Serikat.
Pengalokasian pajak ini menjadi salah satu isu yang sangat sensitif di kalangan masyarakat Amerika. Di satu sisi, pemerintah menyuarakan pentingnya dukungan bagi sekutu, tetapi di sisi lain, kebutuhan rakyat Amerika sendiri tampaknya terabaikan.
Akankah Amerika Berubah?
Melihat dampak global dari kebijakan Amerika, muncul pertanyaan: Akankah Amerika berubah? Akan kah mereka mulai memperhatikan kepentingan rakyatnya sendiri sebelum memaksakan kehendaknya di negara lain? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini tidak sederhana. Namun, dengan semakin kuatnya kesadaran masyarakat global akan dampak kebijakan Amerika, harapan akan perubahan selalu ada untuk mengubah wajah Amerika baik baik dengan cara soft atau kekuatan.
“Amerika Serikat mungkin terlihat sebagai negara demokratis di permukaan, tetapi banyak tindakan dan kebijakannya menunjukkan sifat otoriter di balik topeng demokrasi. Dari memaksakan standar ganda dalam hal hak asasi manusia hingga intervensi militer dan pengaruh Zionis, semua ini menciptakan gambaran kompleks tentang kekuatan global yang satu ini. Penjajahan ideologis dan politik akan selalu dilawan oleh rakyat yang menginginkan keadilan dan kebebasan.”
Baca juga : Karl Marx dan Zionisme: Bagaimana Komunisme Diciptakan oleh Zionis
Baca juga : Mengapa Amerika menarik diri dari Afghanistan setelah bercokol 20 tahun?