- The Troubles: Konflik Abadi antara Irlandia dan Inggris
- Irlandia dan Palestina: Perjuangan Bersama untuk Kebebasan
- Irlandia berada di bawah kekuasaan Inggris sejak abad ke-12. Selama berabad-abad, rakyat Irlandia, terutama yang beragama Katolik, mengalami penindasan oleh pemerintah Inggris dan kaum Protestan yang mendominasi. Kebijakan kolonialisasi yang diterapkan oleh Inggris, seperti imigrasi massal kaum Skotlandia Protestan ke Irlandia, semakin memperburuk ketegangan antara kedua kelompok ini.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Kemerdekaan Irlandia dari Inggris adalah salah satu peristiwa sejarah yang paling kompleks dan bersejarah. Perjuangan ini tidak hanya mengubah peta politik Eropa, tetapi juga memiliki dampak yang mendalam pada identitas nasional Irlandia dan hubungan internasional mereka, termasuk dukungan mereka terhadap Palestina.
“Pada Mei 2024, Irlandia secara resmi mengakui negara Palestina, yang memicu kemarahan kolonialis Israel dan memutuskan untuk menutup kedutaannya di Irlandia.”
Pada abad ke-12, Inggris mulai mencampuri urusan Irlandia, dan sejak itu, hubungan antara kedua negara sering kali diwarnai dengan ketegangan dan konflik. Pada abad ke-19, gerakan nasionalisme Irlandia mulai muncul, menuntut kemerdekaan dari Inggris. Namun, perbedaan agama dan politik antara penduduk Katolik dan Protestan di Irlandia Utara membuat situasi semakin rumit.
Baca juga : 24 April 1916, Meletusnya Pemberontakan Hari Paskah di Irlandia
Baca juga : Palestina: Jejak Sejarah dari Nabi hingga Penjajahan
Mengapa Irlandia Ingin Terpisah dari Inggris?
Keinginan Irlandia untuk merdeka dari Inggris adalah hasil dari sejarah panjang penindasan, eksploitasi, dan perlawanan. Sejak Abad Pertengahan, Inggris mulai mencengkeramkan pengaruhnya di Irlandia, tetapi dominasi itu semakin kuat setelah Penaklukan Tudor pada abad ke-16 dan 17.
“Keinginan untuk merdeka muncul sebagai respon terhadap penindasan dan pengabaian hak-hak rakyat Irlandia”
Irlandia, yang mayoritas penduduknya beragama Katolik, sering kali dipinggirkan oleh pemerintah Inggris yang mayoritas Protestan. Kebijakan diskriminatif, pengambilalihan tanah oleh tuan tanah Inggris, serta kebijakan ekonomi yang eksploitatif membuat rakyat Irlandia menderita. Salah satu tragedi terbesar adalah Kelaparan Besar Irlandia (1845–1852), di mana jutaan orang meninggal atau terpaksa beremigrasi akibat kelaparan yang diperburuk oleh kebijakan Inggris.
Rasa nasionalisme Irlandia terus tumbuh, terutama pada abad ke-19, dengan gerakan-gerakan seperti Fenian Brotherhood dan Irish Parliamentary Party yang menuntut kemerdekaan.
Bagaimana Bentuk Konfliknya?
Konflik antara Irlandia dan Inggris berpuncak pada Pemberontakan Paskah 1916 di Dublin, yang merupakan langkah besar menuju kemerdekaan. Setelah itu, perang kemerdekaan berlangsung antara Irish Republican Army/Tentara Republik Irlandia (IRA) dan pasukan Inggris dari 1919 hingga 1921. Perang ini berakhir dengan Perjanjian Anglo-Irlandia, yang mendirikan Negara Bebas Irlandia pada 1922, namun meninggalkan Irlandia Utara tetap di bawah Inggris.
Keputusan ini menyebabkan perpecahan, karena banyak yang merasa seluruh pulau Irlandia harus bersatu. Ketegangan antara komunitas Katolik (yang menginginkan penyatuan Irlandia) dan Protestan (yang mendukung Inggris) di Irlandia Utara menyebabkan konflik berdarah yang dikenal sebagai The Troubles (1960-an hingga 1998).
The Troubles adalah konflik etnis, politik, dan sektarian yang melibatkan IRA, kelompok loyalis pro-Inggris, dan pemerintah Inggris. Konflik ini berakhir secara resmi dengan Perjanjian Jumat Agung (1998), tetapi ketegangan tetap ada hingga kini.
Apakah Ini Menyebabkan Mereka Mendukung Palestina?
Banyak orang Irlandia merasa simpati terhadap Palestina, karena mereka melihat paralel antara perjuangan mereka melawan Inggris dengan perjuangan Palestina melawan penjajah zionis Israel. Kelompok-kelompok seperti IRA dan beberapa partai politik Irlandia mendukung Palestina secara vokal, memandang konflik tersebut sebagai perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme.
“Dukungan rakyat Irlandia terhadap perjuangan Palestina dapat dilihat sebagai refleksi dari pengalaman mereka sendiri dengan penjajahan dan penindasan.”
Banyak orang Irlandia memahami penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina akibat pendudukan dan merasa terhubung dengan perjuangan mereka untuk kebebasan. Solidaritas ini sering kali terwujud dalam bentuk demonstrasi dan kampanye dukungan.
Baca juga : 23 Oktober 1642, Pertempuran Edgehill : Awal dari Perang Saudara Inggris
Baca juga : Patrice Lumumba: Simbol Perjuangan dan Kemerdekaan Afrika
Apa Itu IRA?
Irish Republican Army (IRA) adalah organisasi paramiliter yang berjuang untuk kemerdekaan Irlandia dan penyatuan seluruh pulau menjadi satu negara republik. Ada berbagai faksi dalam IRA, tetapi yang paling terkenal adalah Provisional IRA, yang aktif selama The Troubles.
“Konflik ini ditandai dengan pertempuran jalanan, pengeboman, pembunuhan, dan penahanan tanpa pengadilan. Perjanjian Belfast pada 1998 membawa perdamaian, tetapi bekas luka konflik masih terasa hingga saat ini.”
IRA menggunakan taktik seperti serangan bom, pembunuhan, dan sabotase terhadap sasaran Inggris untuk menekan pemerintahan Inggris agar menarik diri dari Irlandia Utara. Walaupun mereka dianggap sebagai kelompok teroris oleh Inggris, banyak orang Irlandia dan dunia melihat mereka sebagai pejuang kemerdekaan.
Apakah Ada Daerah yang Masih “Terjajah”?
Hingga kini, Irlandia Utara tetap menjadi bagian dari Inggris Raya. Ini adalah sumber ketegangan politik yang berkelanjutan, terutama di tengah Brexit, yang mempersulit hubungan antara Irlandia Utara dan Republik Irlandia (anggota Uni Eropa).
Sebagian besar penduduk Katolik di Irlandia Utara mendukung reunifikasi dengan Republik Irlandia, sementara komunitas Protestan cenderung mendukung status quo sebagai bagian dari Inggris.
Belum usai
Perjuangan kemerdekaan Irlandia adalah cerita panjang tentang perlawanan terhadap penjajahan, konflik internal, dan upaya mempertahankan identitas. Meski Republik Irlandia telah bebas, Irlandia Utara tetap menjadi pengingat bahwa sejarah ini belum sepenuhnya selesai. Solidaritas mereka dengan Palestina dan perjuangan kemanusiaan lainnya mencerminkan semangat anti-penjajahan yang melekat dalam jiwa bangsa Irlandia.
Baca juga : Britania Raya yang Kejam—kebenaran berdarah tentang Kerajaan Inggris
Baca juga : Pertempuran Montevideo (20 November 1817): Puncak Perjuangan Kemerdekaan di Amerika Latin