ZONA PERANG (zonaperang.com) – Perang Saudara Amerika atau Perang Antar Negara Bagian adalah perang antara Amerika Serikat (di utara) dengan 11 negara bagian di wilayah selatan yang memisahkan diri dan membentuk Negara Konfederasi Amerika.
Sebelas negara bagian di wilayah selatan tersebut adalah Carolina Selatan, Mississippi, Florida, Alabama, Georgia, Louisiana, Texas, Virginia, Arkansas, Tennessee, dan Carolina Utara, yang mulai memisahkan diri dari tahun 1860-1861.
Pertempuran antara dua kubu tersebut berlangsung selama empat tahun, yaitu antara 12 April 1861 – 9 Mei 1865. Perang Saudara Amerika adalah puncak dari gesekan-gesekan yang berkembang di Amerika Serikat karena masalah perbudakan.
Konflik ini menjadi perang paling mematikan dalam sejarah Amerika yang menewaskan sekitar 620.000 tentara, jutaan lainnya luka-luka, dan menghancurkan sebagian besar wilayah selatan. Lantas, apa saja yang menyebabkan terjadinya Perang Saudara Amerika dan bagaimana dampaknya?
Baca Juga : 24 Desember 1865, Ku Klux Klan(KKK): Perkumpulan Rasis Kulit Putih di AS Berdiri
Baca Juga : 7 Senjata Paling Mematikan dalam Sejarah Manusia
Penyebab Perang Saudara Amerika
Hal-hal yang memicu terjadinya Perang Saudara Amerika sangat kompleks, tetapi penyebab utamanya adalah masalah perbudakan.
Perbudakan yang berlangsung di Amerika sejak abad ke-17 menjadi sumber ketegangan politik di negara itu pada 1850-an.
Baca Juga : 27 Maret 1999, Pesawat Siluman F-117 Nighthawk Amerika ditembak jatuh rudal tua SA-3 “Goa” Serbia
Baca Juga : Ketika Amerika Menginvasi Aceh pada 1832
Pada 1850-an, ketika Amerika Serikat mengalami pertumbuhan yang luar biasa, terdapat perbedaan pendapat terkait praktik perbudakan di wilayah utara dan selatan.
Di utara, di mana perusahaan manufaktur dan industrinya telah mapan, penduduknya menentang perbudakan. Sementara penduduk di selatan sangat pro terhadap perbudakan, karena sektor ekonominya bergantung pada pertanian yang digarap oleh para budak kulit hitam.
Para penentang perbudakan di utara kemudian membentuk Partai Republik, guna mencegah penyebaran perbudakan ke negara-negara bagian yang baru dibentuk. Setelah itu, muncul abolisionisme (gerakan untuk menghapus perbudakan) yang semakin membuat penduduk di wilayah selatan kalang-kabut.
Baca Juga : 9 November 1979, Alarm palsu menyebabkan Amerika bersiap membalas Soviet
Keadaan semakin memanas saat Abraham Lincoln, yang anti perbudakan, terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat pada 1860. Setelah Lincoln menang, banyak pemimpin Selatan merasa bahwa perpecahan adalah satu-satunya pilihan mereka.
Dalam waktu beberapa bulan, Carolina Selatan, Mississippi, Florida, Alabama, Georgia, Louisiana, dan Texas memilih untuk memisahkan diri dari Amerika Serikat dan membentuk Negara Konfederasi Amerika.
Jalannya Perang Saudara Amerika
Ketika Abraham Lincoln mulai menjabat sebagai presiden, pada Maret 1861 pasukan Konfederasi mulai memberikan tekanan ke Benteng Sumter( Charleston, South Carolina 12–13 April 1861).
Pada 12 April 1861, Lincoln mengirmkan armada ke Benteng Sumter dan di situlah terjadi serangan pertama Perang Saudara Amerika. Setelah Benteng Sumter jatuh ke tangan Konfederasi, Virginia, Arkansas, Tennessee, dan Carolina Utara juga memisahkan diri dari Amerika Serikat.
Meskipun kubu utara (Uni) diuntungkan karena terdiri dari 23 negara bagian dan memiliki pasokan senjata yang lebih mumpuni, pihak Konfederasi memiliki pasukan militer sangat kuat.
Dalam Pertempuran Bull Run(First Battle of Manassas, Virginia) Pertama pada 21 Juli 1861, tentara Konfederasi di bawah komando Thomas Jonathan “Stonewall” Jackson memaksa Uni mundur ke Washington. Hal ini membuat Lincoln harus mengerahkan 500.000 pasukan lagi ke medan perang.
Pada 17 September 1862, saat tentara Uni menang dalam Pertempuran Antietam(Pertempuran Sharpsburg Maryland). Dalam pertempuran tersebut, 12.410 dari 69.000 tentara Uni tewas, dan 13.724 dari 52.000 tentara Konfederasi juga tewas. Lincoln menggunakan kesempatan ini untuk mengeluarkan Proklamasi Emansipasi pada 1 Januari 1863, yang isinya membebaskan semua budak dari negara-negara Konfederasi.
Meski Proklamasi Emansipasi tetap tidak digubris oleh pihak Konfederasi, tetapi setelahnya para budak mulai berani melarikan diri ke Uni. Setelah itu, perang masih terus berlanjut dan baik kubu Konfederasi ataupun Uni secara bergantian memenangkan pertempuran di beberapa wilayah.
Baca Juga : 20 November 1943, Pertempuran Tarawa: Pertempuran Terberat dalam Sejarah Korps Marinir Amerika
Baca Juga : Film Platoon (1986), Pemuda Amerika Naif yang menjadi Sukarelawan di Vietnam
Menjelang akhir Perang Saudara Amerika, kubu Konfederasi terus-menerus mengalami kekalahan. Pada 9 April 1865, Ulysses S. Grant dari Uni menerima penyerahan diri Robert E. Lee dari Konfederasi.
Namun, pada 14 April 1865, Amerika Serikat justru kehilangan presidennya. Pasalnya, Abraham Lincoln dibunuh oleh John Wilkes Booth, seorang simpatisan Konfederasi.
Pada 26 April 1865, William Tecumseh Sherman menerima penyerahan diri Johnston di Stasiun Durham, Carolina Utara, yang secara resmi mengakhiri Perang Saudara Amerika.
Dampak Perang Saudara Amerika
- Integritas teritori Amerika Serikat dipertahankan
- Pembebasan para budak dari negara-negara Negara Konfederasi
- Disahkannya Amandemen ke-13 Amerika yang menghapuskan perbudakan
- Hancurnya perekonomian dan infrastruktur di negara-negara bagian selatan
- Runtuhnya kemakmuran penduduk di wilayah selatan
- Kebencian antara penduduk di wilayah selatan dengan utara dan orang-orang kulit hitam masih tinggi
- Menewaskan sekitar 620.000 tentara dan jutaan lainnya luka-luka