Muhamad Ibn Maslamah, Ia berperawakan tinggi dan besar. Hingga di kalangan sahabat, ia mendapatkan julukan ‘raksasa’. Meski tampilan fisiknya seperti itu, Maslamah merupakan seorang pendiam, pemikir, amanah, dan selalu taat menjalankan ajaran agamanya.
ZONA PERANG (zonaperang.com) Ibnu Maslamah memeluk Islam sebelum Hijrah Nabi Muhammad SAW. Beliau ikut semua pertempuran kecuali ekspedisi Tabuk, karena ia ditunjuk sebagai wakil gubernur Madinah selama kampanye.
Memiliki postur tubuh yang besar jika dibandingkan dengan para sahabat yang lain. Bersifat pendiam dan serius. Dia dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Dialah satu-satunya sahabat Nabi yang memiliki nama Muhammad sebelum ia masuk Islam.
Pengawas
Selama masa Kekhalifahan Rashidun(empat khalifah pertama umat Islam: Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali), Ibn Maslamah berpartisipasi dalam penaklukan Muslim atas Mesir di bawah Zubayr ibn al-Awwam. Selama sisa pemerintahan Khalifah Umar, Ibnu Maslamah ditugaskan sebagai agen pribadi Umar untuk mengawasi gubernurnya.
Baca juga : Letters from Iwo Jima (2006): Kisah Perang dari Sudut Pandang yang Berbeda
Membantu Muhammad ﷺ dalam menjalankan tugas kenabian
Semasa hidupnya, Nabi Muhammad dikelilingi sahabat-sahabat yang memiliki keunikan dan kelebihan. Baik dalam tampilan fisik maupun sifat mulia yang ditampakkannya. Ini kerap menjadi sebuah kelebihan para sahabat.
Kelebihan dan keunikan mereka juga membantu Muhammad dalam menjalankan tugas kenabiannya. Salah satu sahabat tersebut adalah Muhamad Ibn Maslamah.
Raksaksa
Ia berperawakan tinggi dan besar. Hingga di kalangan sahabat, ia mendapatkan julukan ‘raksasa’. Meski tampilan fisiknya seperti itu, Maslamah merupakan seorang pendiam, pemikir, amanah, dan selalu taat menjalankan ajaran agamanya.
Pemberani dan selalu berada di barisan terdepan peperangan
Ia juga dikenal sebagai orang pemberani. Dalam medan pertempuran ia bahkan selalu berada di barisan terdepan.
Meski bernama Muhamad Ibn Maslamah, ia tidak terlahir sebagai Muslim. Namun ia merupakan generasi pertama di Yatsrib atau Madinah yang memeluk Islam.
Ia masuk Islam di bawah bimbingan Musab ibn Umayr, yang merupakan utusan pertama Nabi Muhammad di Madinah. Muhamad Ibn Maslamah memeluk Islam sebelum orang-orang yang berpengaruh di Madinah memeluk Islam, seperti Usayd ibn Hudayr dan Sad ibn Muadh.
Tak heran jika ia selalu bergabung dalam setiap pertempuran untuk mempertahankan kemuliaan Islam. Pernah sekali ia tak bergabung dalam sebuah pertempuran, yaitu Perang Tabuk. Sebab saat itu ia mendapatkan tugas bersama sahabat Ali bin Abi Thalib untuk tetap di Madinah untuk menjaga kota tersebut.
Baca juga : Cappadocia, Saksi Bisu Jihadnya Kesatria
Memercayakan pasukan Islam kepada Maslamah
Nabi Muhammad melihat pula kesetiaan dan kegigihan Maslamah yang bak kesatria dalam membela Islam. Beliau tak jarang pula memercayakan pasukan Islam kepada Maslamah. Pada Perang Uhud, ia dipercaya untuk membawahi 50 prajurit dan memberinya tugas untuk melakukan patroli sepanjang malam di perkemahan pasukan Islam.
Dalam peperangan tersebut, pasukan Islam sedikit kewalahan dalam menghadapi musuhnya. Saat itu, sekitar tujuh puluh prajurit Muslim gugur dan lainnya kocar-kacir menyelamatkan diri. Sedangkan prajurit lainnya, termasuk Maslamah, membentuk pasukan kecil untuk melindungi keselamatan Nabi Muhammad.
Semangat berkorban demi Islam juga terlihat dalam peristiwa lain. Pada masa awal Rasulullah Muhammad tinggal di Madinah, ia mengadakan perjanjian damai dengan orang-orang Yahudi di kota tersebut.
Yahudi melanggar perjanjian
Namun, pemimpin Yahudi melanggar perjanjian tersebut. Pemimpin Yahudi membujuk suku-suku lainnya yang ada di Madinah untuk melakukan pemberontakan.
Mereka melakukannya dengan cara adu domba hingga melemahkan kekuatan umat Islam di Madinah. Salah satu kelompok Yahudi yang melakukan penghasutan adalah Bani Qaynuqa.
Namun, upaya mereka dapat dipatahkan dan Rasul memerintahkan mereka keluar dari Madinah secara damai. Sayang, kejadian ini tak menyurutkan orang-orang Yahudi menghentikan perlawanan.
Baca juga : 11 Peperangan di Masa Rasulullah Nabi Muhammad SAW
Sang Pencetus Siasat Ightiyal Bagi Penghina Islam
Di antara prestasi gemilang beliau di saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup adalah menjadi inisiator siasat ightiyal (eksekusi secara diam-diam dan mendadak) terhadap tokoh Yahudi Ka’ab bin Asyraf yang menghasut suku Quraisy untuk memerangi Nabi. Selain itu Ka’ab juga menghina Nabi Muhammad dan para sahabat lewat syair-syairnya.
Saking masyhurnya operasi ightiyal tersebut, para ulama mujahid seperti Syaikh Abu Jandal Al Azdi dalam kitabnya tahridhil mujahidin al abthal ‘ala ihyai sunnatil ightiyal menjadikan kisah operasi ightiyal Muhammad bin Maslamah sebagai hujjah masyru’iyatul ightiyal (disyari’atkannya ightiyal) bagi para aimmatul kufr (para pemimpin kekafiran).
Menyakiti dan mencemooh
Kemudian, orang-orang yahudi datang kepada Nabi SAW setelah terbunuhnya Ka‘ab bin Al-Asyrof. Mereka berkata, “Wahai Muhammad, teman kami terbunuh tadi malam, padahal dia adalah salah satu tokoh pemuka kami. Ia dibunuh secara diam-diam (ightiyal) tanpa dosa dan kesalahan apa pun sejauh yang kami tahu.” Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّهُ لَوْ فَرَّ كَمَا فَرَّ غَيْرُهُ مِمَّنْ هُوَ عَلَى مِثْلِ رَأْيِهِ مَا اغْتِيْلَ ، وَلَكِنَّهُ آذَانَا وَهَجَانَا بِالشِّعْرِ وَلَمْ يَفْعَلْ هَذَا أَحَدٌ مِنْكُمْ إِلاَّ كَانَ لِلسَّيْفِ
“Sungguh, kalau dia melarikan diri sebagaimana orang seperti yang sepemikiran dengannya melarikan diri, tentu ia tidak akan dibunuh dengan cara ightiyal, akan tetapi dia menyakiti kami dan mencemooh kami dengan syair, dan tidak ada satu pun dari kalian yang melakukan perbuatan seperti ini kecuali pedang lah pilihannya.” (HR. Bukhori no. 3031 dan Muslim no. 1801).
Ka’ab bin Al Asyraf memang biasa memprovokasi orang-orang musyrik untuk memusuhi kaum muslimin. Ia juga mencela Nabi SAW dengan syairnya dan menggoda isteri-isteri kaum muslimin.
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “di dalam Mursal Ikrimah dikisahkan, pagi harinya kaum yahudi ketakutan, lalu mereka datang kepada Nabi SAW dan berkata, “Pemuka kami terbunuh secara diam-diam,” akhirnya Nabi SAW menceritakan kelakuan Ka‘ab kepada mereka, di mana ia suka memprovokasi orang untuk menyakiti beliau dan kaum muslimin.
Sa‘ad menambahkan, “Maka mereka menjadi takut dan tidak menjawab sedikit pun.” –hingga Ibnu Hajar berkata—: “…hadits ini berisi kebolehan membunuh orang musyrik tanpa harus mendakwahi terlebih dahulu, jika dakwah secara umum telah sampai kepadanya. Juga berisi bolehnya mengucapkan kata-kata yang diperlukan di dalam perang, meski pengucapnya tidak bermaksud makna sebenarnya. Bukhori mengeluarkan hadits ini dalam Kitabul jihad bab Berbohong dalam perang dan Bab Menyergap orang kafir harbi.”
Baca juga : Daftar Nama Besar Para Pejuang Islam Sepanjang Masa
Baca juga : Jarang Diketahui, 7 Pertempuran yang Menentukan Sejarah Dunia