Dengan Gaza di tangan Israel, rencana Terusan Ben Gurion akan terwujud dengan jarak yang lebih pendek dan tanpa jalur melingkar
ZONA PERANG(zonaperang.com) Israel mempromosikan jalur air Laut Merah-Laut Mediterania, Terusan Ben Gurion, sebagai saingan Terusan Suez. Menurut Israel, jarak antara Eilat, sebuah kota pelabuhan dan resor di Israel selatan di Laut Merah dekat Yordania, dan Mediterania tidak jauh dan pada kenyataannya mirip dengan jarak Terusan Suez antara Laut Merah dan Mediterania.
Israel, yang telah membombardir Gaza selama berhari-hari, memiliki tujuan untuk merealisasikan Terusan Ben Gurion, yang akan menciptakan uang dan rute baru untuk energi serta perdagangan global.
Meskipun ini merupakan ancaman langsung terhadap Terusan Suez Mesir, namun Terusan Suez lebih pendek daripada rute Israel (The Ben Gurion Canal Project) dan Terusan Suez jarang mencapai ketinggian 100 meter sehingga menjadi pilihan yang lebih baik. Pada saat yang sama, Israel mengatakan bahwa rute ini baik untuk kapal-kapal yang tidak dapat transit di Terusan Suez karena pembatasan ukuran kapal.
Setelah Barat gagal menguasai terusan Suez. Mereka memutuskan untuk membangun terusan mereka sendiri (terusan Ben Gurion) melalui Israel. Warga sipil di Palestina yang terjajah harus membayar “harga” yang mahal.
Baca juga : Ladang Gas Gaza: Apakah Alasan Sesungguhnya dari Rencana Invasi Darat Israel?
Baca juga : Perang Palestina – Penjajah Israel: 4 Kebohongan Zionis yang Terbongkar
Sejarah proposal Terusan melalui Israel
Pada pertengahan tahun 1800, Inggris mempertimbangkan usulan terusan ke Laut Merah melalui Laut Mati. Pada tahun 1855, Laksamana Muda William Allen FRS, seorang perwira angkatan laut Inggris dan seorang penjelajah mengusulkan sebuah alternatif Terusan Suez yang berjudul “Laut Mati – Rute baru menuju India.” Namun William Allen tidak mengetahui bahwa Laut Mati berada jauh di bawah permukaan laut. Idenya adalah bahwa sebuah terusan yang akan menghubungkan tiga badan air, Laut Merah, Laut Mati (kadar Galam tertinggi di dunia) dan Laut Mediterania, akan lebih murah daripada Terusan Suez yang diproyeksikan.
Amerika bermain-main dengan ide menggali terusan di seberang Terusan Suez pada tahun 1963. Hal ini direkomendasikan dalam sebuah memo yang disampaikan oleh Lawrence Livermore Patriot Laps di AS sebagai tanggapan atas keputusan yang diambil oleh Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser untuk menasionalisasi Terusan Suez pada tahun 1956.
Rencana kontroversial tersebut baru terungkap ke dunia pada tahun 1994. Proposal kontroversial AS tersebut melibatkan 520 ledakan nuklir untuk menggali lebih dari 160 mil (257km) jalur yang sangat kontroversial melalui gurun pasir Negev Israel, alih-alih menggunakan metode tradisional. Proposal yang tidak biasa itu juga mencatat bahwa proyek tersebut akan ditentang secara agresif oleh negara-negara Arab. Terusan ini akan menghubungkan Laut Mediterania dengan Teluk Aqaba (juga disebut Teluk Eilat) dan dengan demikian Laut Merah dan Samudra Hindia.
Proposal Modern
Gagasan Terusan David Ben Gurion muncul pada saat Kesepakatan Abraham (Amerika menyampaikan ide memindahkan penduduk Gaza ke Sinai Mesir) telah mengubah lanskap politik di wilayah yang sensitif ini secara radikal.
Pada tanggal 20 Oktober 2020, hal yang tidak terpikirkan sebelumnya terjadi ketika Europe Asia Pipeline Company (EAPC) milik negara Israel dan MED-RED Land Bridge yang berbasis di UEA menandatangani perjanjian untuk menggunakan pipa Eilat-Ashkelon untuk memindahkan minyak dari Laut Merah ke Laut Tengah.
Pada tanggal 2 April 2021, Israel mengumumkan bahwa pekerjaan di Terusan Ben Gurion diperkirakan akan dimulai pada bulan Juni 2021. Referensi awal tentang Terusan Ben Gurion diterbitkan sekitar dua tahun lalu dalam publikasi berbahasa Ibrani. Menurut sumber tersebut, Israel akan membangun terusan tersebut dari Eilat di Laut Merah ke Mediterania.
Baca juga : Pembersihan Etnis Palestina: Israel Usulkan Pengusiran Massal Warga Gaza
Baca juga : Embargo Minyak 1973-1974: Saat Dunia Islam Bersatu dan Memaksa Amerika Mundur
Dapat dilintasi 2 arah
Tidak seperti Terusan Suez, terusan Israel dapat menangani kapal-kapal yang melintas dari dua arah. Hal ini akan dicapai dengan pembuatan dua kanal. Terusan Suez yang berada di sepanjang pantai berpasir, terusan Israel akan memiliki dinding berbatu yang berarti hampir tidak memerlukan perawatan berarti.
Israel berencana untuk membangun kota-kota kecil, hotel, restoran, dan klub malam di sepanjang kanal. Setiap jalur air yang diusulkan memiliki kedalaman sekitar 50 meter dan lebar sekitar 200 meter. Terusan-terusan tersebut akan lebih dalam 10 meter dari Terusan milik Mesir. Sebuah kapal raksasa Evergreen Ever Alot (kontainer) dengan panjang 400 meter atau kapal yang memiliki lebar 102 meter: Heerema Marine SSCV Sleipnir (crane), yang merupakan perwakilan ukuran kapal terbesar di dunia, akan dapat melewati terusan tersebut. Terusan Suez memiliki panjang 193 km dan terusan trans-Israel akan memiliki panjang sekitar 100 km.
Pembangunan terusan ini akan memakan waktu sekitar 5 tahun yang melibatkan sekitar 300.000 insinyur dan teknisi yang akan direkrut dari seluruh dunia. Israel telah memproyeksikan pemasukan sekitar USD 6 miliar per tahun atau lebih dari terusan tersebut. Hal ini merupakan tambahan dari fakta bahwa Israel akan memiliki arteri perdagangan terbesar yang menghubungkan Mediterania dengan Laut Merah. Biaya pembuatan terusan ini diperkirakan antara USD 16 miliar hingga USD 55 miliar, tergantung pada sumbernya.
Terusan Ben Gurion VS Terusan Suez
Diperkirakan 12% perdagangan maritim dunia melewati Terusan Suez sehingga rute ini sangat diperlukan. Mesir seharusnya dapat membangun terusan baru yang sejajar dengan Terusan Suez atau memperluas terusan yang sudah ada dengan sepertiga biaya yang diusulkan oleh Israel.
“Terusan Ben Gurion, yang akan menjadi jalur baru bagi energi dan perdagangan global, juga berarti suatu kehancuran ekonomi dan komersial bagi pemerintahan Kairo, yang menghasilkan miliaran dolar setiap tahunnya dari Suez.”
Alasan utama pembangunan Terusan Ben Gurion (Bapak Pendiri negara Zionis Israel dan merupakan Perdana Menteri pertama Israel ) adalah agar kapal-kapal dagang yang berlayar dari dan ke Asia dan Eropa memiliki alternatif lain selain berlayar di ujung selatan Afrika. Rute ujung selatan Afrika lebih memakan waktu dan menghabiskan lebih banyak bahan bakar.
Pengirim harus memilih antara navigasi yang lebih cepat melalui Terusan Israel atau transit yang lebih mahal, tetapi tertunda karena waktu tunggu (bergantian), melalui Terusan Suez. Terusan Ben Gurion juga akan secara drastis mengurangi kemungkinan terjadinya krisis dalam perdagangan dunia seperti yang terjadi pada saat pemblokiran Terusan Suez.
Baca juga : Kisah Semut Ibrahim: Simbol Kecil dari Perjuangan Besar
Baca juga : Mengapa Israel Kebal Hukum dan Selalu Dibela Amerika dalam Menindas Palestina?
Aspek militer
Terusan Suez dibangun untuk mendapatkan keuntungan dari perdagangan internasional dan dibuka pada tanggal 17 November 1869. Pada tahun 1888, kekuatan maritim pada masa itu menandatangani Konvensi Konstantinopel, yang menyatakan dengan tegas bahwa terusan ini harus terbuka untuk kapal-kapal dari semua negara baik di masa damai maupun perang. Tindakan permusuhan di perairan terusan dan pembangunan benteng di tepiannya dilarang oleh konvensi tersebut. Inggris bergabung dengan konvensi ini pada tahun 1904.
Ada beberapa kejadian ketika kapal-kapal angkatan laut ditolak masuk ke Terusan Suez, termasuk penolakan terhadap kapal-kapal Angkatan Laut Spanyol selama Perang Spanyol-Amerika pada tahun 1898, Angkatan Laut Rusia selama Perang Rusia-Jepang pada tahun 1905, dan Angkatan Laut Italia selama invasi Italia ke Etiopia pada tahun 1935-36.
Dalam dua Perang Dunia tersebut, tidak ada pihak yang tidak diizinkan menggunakan terusan, tetapi Pasukan Sekutu mendominasi terusan tersebut. Israel dilarang menggunakan terusan ini setelah gencatan senjata antara Israel dan lawan-lawan nya yang menentang penjajahan pada tahun 1949.
Terusan itu sendiri merupakan medan pertempuran selama Krisis Suez 1956-57 dan Perang Enam Hari pada Juni 1967. Mesir secara fisik membarikade kedua ujung terusan selama krisis kedua yang menghasilkan hilangnya Yarusalem Timur, Gaza dan Dataran Tinggi Golan.
Ketiga syarat Konvensi Konstantinopel dilanggar selama peristiwa-peristiwa ini. Terusan dibuka kembali pada bulan Juni 1975 dan perjanjian damai antara Mesir dan Israel ditandatangani pada tahun 1979 yang mengakibatkan semua kapal, termasuk kapal-kapal dengan registrasi kolonial Israel, memiliki akses ke terusan.
Musibah kapal kontainer 2021
Selama blokade Terusan Suez pada Maret 2021, Pentagon mengatakan bahwa penghentian lalu lintas yang sedang berlangsung yang disebabkan oleh kapal kontainer yang kandas di Terusan Suez akan memengaruhi pergerakan kapal Militer A.S., tetapi menekankan bahwa Departemen Pertahanan memiliki cara alternatif untuk mendukung operasi di daerah tersebut. “Kami tidak akan berbicara tentang dampak operasional yang spesifik. Terusan Suez adalah titik kemacetan maritim yang penting, dan semakin lama jalur ini ditangguhkan, semakin besar dampaknya terhadap transit sipil dan militer. Akan tetapi, kami memiliki kemampuan alternatif untuk mengurangi dampak dan mendukung operasi kami di wilayah tanggung jawab Komando Pusat A.S. di seluruh penyumbatan yang diperpanjang,” ungkap Rebecca Rebarich, petugas urusan publik di Komando Pusat Pasukan Angkatan Laut Amerika., Armada ke-5 A.S.
Insiden ini membuat dunia memikirkan kembali respons terhadap titik-titik kemacetan. Sejumlah rute alternatif diusulkan, termasuk rute laut dan jalur darat. Israel juga mengumumkan Terusan Ben Gurion.
Terusan Ben Gurion akan memberikan Israel kebebasan dari pemerasan yang timbul dari akses ke Terusan Suez. Negara-negara Arab telah memanfaatkan Laut Merah untuk menekan Israel dan sebagai tanggapannya, Israel telah memutuskan untuk mendapatkan kontrol yang lebih besar atas Laut Merah.
Baca juga : Enam Alasan Mengapa Kekaisaran Ottoman Jatuh
Baca juga : 8 Konflik Kekerasan karena Air dan Perubahan Iklim, Pelajaran untuk Masa Depan
Amerika lebih cepat membantu Israel jika Terusan ini jadi
Tidak hanya negara-negara Arab, bahkan negara-negara Afrika di sekitar Laut Merah juga memiliki konflik di antara mereka sendiri dan strategi mereka untuk mengatasinya menjadi perhatian para pemangku kepentingan di Laut Merah. Negara-negara Afrika ini memiliki kedekatan budaya dan ekonomi dengan negara-negara Arab.
Potensi ekonomi strategis dan berbasis mineral dari Laut Merah bahkan menarik perhatian negara-negara besar. Di masa lalu, ini adalah area persaingan antara AS dan Uni Soviet yang masih berlanjut dengan cara yang lebih ringan.
Salah satu manfaat militer utama bagi Israel adalah memberikan pilihan strategis bagi Israel karena Terusan Ben Gurion akan sepenuhnya menghilangkan arti penting Suez bagi Militer AS jika diperlukan dalam bantuan untuk Israel.
Dampak bagi Mesir, Turki dan Cina
Sami al-Aryan, pakar politik Palestina, mengatakan bahwa proyek Ben Gurion sama tuanya dengan sejarah rezim pendudukan zionis. Ia juga menekankan kepentingan militer, ekonomi, energi, dan strategis dari terusan ini.
Menurut al-Aryan, perkembangan ini memiliki implikasi langsung terhadap Laut Aegean dan Mediterania, yang membutuhkan kerja sama antara Mesir dan Turki.
Proyek ini didorong oleh kebutuhan untuk menahan kebangkitan kekuatan ekonomi Cina, dan untuk menahan proyek yang sedang berlangsung yang dikenal sebagai “One Road, One Belt”. Proyek negeri Tirai Bambu ini bertujuan untuk membangun jalur kereta api yang dimulai dari provinsi-provinsi Tiongkok di bagian barat menuju Asia Barat dan Eropa.
Ini adalah proyek investasi bernilai miliaran dolar. Oleh karena itu, AS berusaha menghambat jalur perdagangan China dengan menciptakan jalur alternatif untuk bersaing. Jadi, tahap perjuangan baru akan menyaksikan perang ekonomi yang bertujuan untuk mengendalikan pelabuhan dan rute perdagangan global.
Baca juga : 9 Desember 1987 : Gerakan Intifada Palestina pertama pecah (Hari Ini Dalam Sejarah)