Al-Malik Baibars: Sultan Mamluk yang Mengalahkan Mongol dan Tentara Salib
ZONA PERANG(zonaperang.com) Dalam sejarah peradaban Islam, hanya sedikit tokoh yang menyandang gelar pahlawan dan penguasa agung sekaligus pemimpin militer jenius. Salah satu di antaranya adalah Al-Malik Baibars, sultan dari dinasti Mamluk yang berperan besar dalam menghentikan invasi Mongol dan memperkuat kekuasaan Islam di Timur Tengah.
“Al-Malik Baibars, juga dikenal sebagai Baybars, adalah salah satu sultan Mamluk terbesar yang memerintah Mesir dan Suriah dari tahun 1260 hingga 1277”
Meski namanya tidak sepopuler para penakluk besar seperti Salahuddin al-Ayyubi atau Khalid bin Walid, jejak langkah Baibars telah menyelamatkan dunia Islam dari ancaman kehancuran total.
Baibars dilahirkan sekitar tahun 1223 M di wilayah Qipchak, Stepa Eurasia (sekarang bagian dari Rusia/Kazakhstan). Ia berasal dari suku Turki Kipchak. Pada masa kecilnya, Baibars ditangkap oleh pedagang budak saat invasi Mongol menyapu tanah kelahirannya. Seperti banyak pemuda lain pada masanya, ia dijual sebagai budak ke Mesir, pusat kekuasaan Dinasti Ayyubiyah.
“Baibars berasal dari keluarga yang relatif miskin dan dibawa ke Mesir sebagai budak setelah invasi Mongol ke wilayahnya”
Dibeli oleh penguasa Mamluk, Baibars mendapatkan pelatihan militer yang keras dan disiplin. Budak Mamluk dipersiapkan untuk menjadi prajurit elit non politik. Baibars menonjol karena kecerdasannya, kekuatan fisiknya, serta keberaniannya yang luar biasa.
Baibars menerima pendidikan militer yang sangat baik di Mesir dan naik pangkat dengan cepat berkat keterampilannya dalam strategi perang.
Baca juga : Perang Opini di Masa Rasulullah SAW: Mengalahkan Romawi di Mu’tah dan Tabuk
Baca juga : Genghis Khan dan Cuaca: Apakah Iklim Berperan dalam Kejayaan Mongol?
Pada tahun 1250 M, Dinasti Mamluk merebut kekuasaan dari Dinasti Ayyubiyah. Baibars memainkan peran penting dalam kemenangan ini. Keberaniannya dalam pertempuran melawan pasukan Salib memantapkan reputasinya sebagai komandan militer yang disegani.
“Baibars mengalahkan pasukan Salib di berbagai benteng, termasuk merebut kota-kota penting seperti Antakia dan Jaffa.”
Puncak awal karier militernya terjadi pada Pertempuran Ain Jalut (1260 M), ketika pasukan Mamluk di bawah komando Baibars berhasil menghentikan invasi Mongol di Palestina. Kemenangan ini dianggap sebagai titik balik besar dalam sejarah dunia, di mana serbuan Mongol akhirnya bisa dibendung.
Al-Malik al-Zahir Rukn al-Din Baybars al-Bunduqdari dikenal karena kekejamannya dalam pertempuran dan kemampuannya untuk merencanakan serangan yang mematikan. Ia juga memiliki kemampuan untuk memanipulasi lawan-lawannya dengan taktik psikologis. Kombinasi kecerdasan dan kekejaman ini membuatnya menjadi musuh yang sangat ditakuti.
“Baibars berhasil mengalahkan pasukan Tentara Salib yang dipimpin oleh Raja Louis IX dari Prancis dan pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan”
Setelah mengalahkan pasukan Mongol, Baibars menjadi Sultan Mamluk pada tahun 1260 setelah membunuh Sultan Qutuz, yang sebelumnya adalah pemimpin Mamluk. Selama masa pemerintahannya, ia memperluas wilayah kekuasaan Mamluk hingga ke Suriah dan Mesopotamia, serta memperkuat pertahanan Islam melawan ancaman luar. Ia juga dikenal sebagai seorang diplomat ulung yang menjalin hubungan baik dengan negara-negara Muslim lainnya.
“Perubahan sosial dan politik setelah kematiannya mungkin menyebabkan namanya kurang dikenal dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain”
Baibars yang dikenal juga sebagai Abu al-Futuh(Bapak Penakluk) bukan hanya seorang budak yang menjadi sultan, melainkan juga penyelamat peradaban Islam pada masa kritis. Ia memimpin dengan kekuatan, kecerdikan, dan keberanian. Tanpa Baibars, peta politik Timur Tengah mungkin akan berbeda. Walau namanya tidak selalu dikenang di panggung global, warisannya tetap hidup dalam benteng-benteng yang ia bangun dan kemenangan yang ia raih.
Sejarah membutuhkan lebih banyak pengakuan bagi sosok seperti Al-Malik Baibars, sang Singa Mesir yang berjasa besar dalam mempertahankan dunia Islam dari kehancuran.
Baca juga : 17 Oktober 1448, Pertempuran Kosovo Kedua : Duel Epik Antara Hunyadi dan Sultan Murad II
Baca juga : 27 November 1095, Paus Urbanus II mendeklarasikan Perang Salib Pertama pada Konsili Clermont
Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Palestina, perempuan telah memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya sebagai…
Proyek Kuba dan Upaya Rahasia untuk Menaklukkan Komunisme di Belahan Barat Operasi Mongoose, atau Proyek…
Lawan Penindasan! Begini Cara Anda Bisa Membantu Palestina Lima Langkah Konkret untuk Mendukung Palestina dari…
Air Sebagai Senjata: Bagaimana Proyek Anatolia Tenggara Mengubah Dinamika Geopolitik Dari Pembangunan ke Penguasaan: Dampak…
Operasi Swift Retort vs Operasi Bandar: Analisis Pertempuran Udara India-Pakistan Aset IAF tidak berada di…
Pioneering Flight: The Story of Yak-141 and Its Influence on F-35B Development Yak-141: Jet Tempur…