ZONA PERANG(zonaperang.com) Apakah harus seperti Shalahuddin Al-Ayyubi yang namanya ada di banyak kitab-kitab dan diulas para sejarawan? Atau seperti Muhammad al–Fatih yang tercatat dalam banyak literatur dunia?
Seseorang mungkin bertanya, “Bagaimana ya, usia saya sudah makin tua, tapi tak kunjung menemukan cara untuk bermanfaat seperti tokoh-tokoh besar…”
Kebermanfaatan itu tak harus tercatat dalam buku sejarah. Kebermanfaatan itu bukan masalah nama. Ia adalah tentang peran kita.
Lebih banyak orang yang memang tak mau dirinya dikenal manusia, sebab itu membuat niatnya jadi terusik. Di samping kanan kiri kita ada manusia hebat seperti itu. Mereka bisa siapa saja, dari kalangan apa saja.
Mereka meyakini kebermanfaatan itu bukan diukur dari respon manusia.
Mungkin kita berpikir bagaimana caranya nama ini diukir jadi prasasti. Diabadikan jadi nama jalan. Dicatat dalam buku-buku sejarah.
Tapi makin dewasa kita, kita akhirnya tahu bahwa bukan untuk itu para pahlawan berkarya. Mereka berperan untuk umat manusia. Tanpa pamrih.
Adapun tentang sejarah yang mencatat nama, itu hanya bonus. Tak pernah ada syarat masuk surga harus terkenal di dunia. Tak pernah ada syarat diterimanya amal adalah diabadikan namanya dalam kenangan manusia.
Jika memang bumi lalai mengenang kita, ingatlah bahwa catatan riwayat langit tak pernah alpa mengabadikan setiap gores peran kita.
Rasulullah memberi nasihat, “siapa yang mampu memiliki amalan tersembunyi, maka milikilah” (disahihkan Al Albani dalam Silsilah Shahihah)
Generasi Shalahuddin : Ketika dunia lupa, kita memilih untuk ingat
Baca juga : Daftar Nama Besar Para Pejuang Islam Sepanjang Masa
https://www.youtube.com/watch?v=cw-0y-yh-Ts