Seorang perwira Angkatan Darat AS yang bertugas di Vietnam ditugaskan untuk membunuh seorang Kolonel Pasukan Khusus pemberontak yang menganggap dirinya sebagai dewa
ZONA PERANG(zonaperang.com) Apocalypse Now adalah sebuah film perang epik Amerika Serikat tahun 1979 yang diproduksi dan disutradarai oleh Francis Ford Coppola (The Godfather). Skenarionya, yang ditulis bersama oleh Coppola, John Milius (Conan the Barbarian) dan Michael Herr (Full Metal Jacket), secara longgar didasarkan pada novel Heart of Darkness tahun 1899 karya Joseph Conrad, dengan latar belakang yang diubah dari Kongo pada akhir abad ke-19 menjadi Perang Vietnam.
Film ini mengisahkan perjalanan menelusuri sungai dari Vietnam Selatan ke Kamboja yang dilakukan oleh Kapten Willard (Martin Sheen-The West Wing), yang sedang dalam misi rahasia untuk membunuh Kolonel Kurtz (Marlon Brando – The Godfather, Last Tango in Paris ), seorang perwira Pasukan Khusus pemberontak yang dituduh membunuh dan dianggap gila. Film ini juga menampilkan Robert Duvall (Tender Mercies), Frederic Forrest ( 21 Jump Street), Albert Hall (Malcolm X), Sam Bottoms (The Outlaw Josey Wales), Laurence Fishburne (The Matrix) dan Dennis Hopper (Speed).
Milius tertarik untuk mengadaptasi Heart of Darkness dengan latar belakang Perang Vietnam pada akhir 1960-an, dan pada awalnya mulai mengembangkan film ini dengan Coppola sebagai produser dan George Lucas (Indiana Jones) sebagai sutradara.
Baca juga : 9 April 1288, Battle of Bạch Đằng : Kegagalan Mongol menguasai wilayah Vietnam
Satu juta kaki negatif film
Setelah Lucas berhalangan, Coppola mengambil alih kendali penyutradaraan, dan dipengaruhi oleh film Aguirre, the Wrath of God (1972) karya Werner Herzog dalam pendekatannya terhadap materi film tersebut.
Awalnya, film ini direncanakan untuk syuting selama lima bulan di Filipina yang dimulai pada bulan Maret 1976, namun serangkaian masalah memperpanjang waktu syuting hingga lebih dari satu tahun. Masalah-masalah ini termasuk set yang mahal dihancurkan oleh cuaca buruk, Brando muncul di lokasi syuting dalam keadaan kelebihan berat badan dan sama sekali tidak siap, dan Sheen mengalami gangguan dan menderita serangan jantung yang nyaris fatal di lokasi.
Setelah fotografi akhirnya selesai pada bulan Mei 1977, perilisan film ini ditunda beberapa kali sementara Coppola mengedit lebih dari satu juta kaki film (304.8 km). Sebagian besar dari kesulitan ini dicatat dalam film dokumenter Hearts of Darkness: Kiamat Seorang Pembuat Film (1991).
Sinematografi dan Tata Suara Terbaik
Apocalypse Now dianugerahi Palme d’Or di Festival Film Cannes, di mana film ini tayang perdana dalam keadaan belum selesai. Ketika akhirnya dirilis pada 15 Agustus 1979 oleh United Artists, film ini tampil dengan baik di box office, meraup $40 juta ($167,142,148 nilai 2023) di dalam negeri dan akhirnya meraup lebih dari $100 juta ($417,855,371) di seluruh dunia.
Ulasan awal beragam; sementara sinematografi Vittorio Storaro mendapat pujian secara luas, beberapa kritikus menganggap penanganan Coppola terhadap tema utama film ini antiklimaks dan mengecewakan secara intelektual. Film ini dinominasikan untuk delapan Academy Awards, termasuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Coppola), dan Aktor Pendukung Terbaik (Duvall); film ini kemudian memenangkan Sinematografi Terbaik dan Tata Suara Terbaik.
Apocalypse Now saat ini dianggap sebagai salah satu film terhebat yang pernah dibuat; sebagai contoh, film ini menduduki peringkat ke-14 dan ke-19 dalam jajak pendapat film terhebat Sight & Sound pada tahun 2012 dan 2022. Pada tahun 2000, film ini dipilih untuk dilestarikan di Pendaftaran Film Nasional oleh Perpustakaan Kongres A.S. sebagai film yang “penting secara budaya, sejarah, atau estetika”.
Baca juga : 27 February 1962, Pengeboman Istana Presiden Vietnam Selatan oleh Angkatan Udaranya sendiri
Baca juga : Film Da 5 Bloods (2020) : Veteran Perang Vietnam yang kembali datang ke Vietnam
Plot
Film dibuka dengan scene keadaan Kapten Benjamin Willard (Martin Sheen) yang justru mengalami kebosanan karena tidak memiliki misi. Willard merasa lebih hidup ketika berada dimedan perang dibandingkan kenyamanan ranjang tidur.
Ketika berada jauh dari medan perang, Willard justru merindukan kehidupannya dihutan. Kehidupan satu pekan yang dirasa Willard penuh dengan kehampaan dan kekosongan akhirnya usai dengan datangnya dua orang tentara yang membawa kabar bahwa dirinya mendapatkan sebuah misi.
Kapten Willard mendapat misi rahasia yang tidak diakui secara resmi untuk membunuh tentara U.S. berpangkat colonel bernama Walter E. Kurtz dari 5th Special Forces Group (Airborne) yang diperankan oleh Marlon Brando. Kolonel Kurtz yang sedang bertugas di Perang Vietnam dianggap telah melenceng dari komando pusat. Singkat cerita Willard melakukan perjalanan mencari lokasi Kolonel Kurtz ditemani oleh beberapa tentara.
Setiap pemeran film adalah veteran perang sesungguhnya
Pemandangan mayat disana-sini adalah landscape yang wajar ada ditiap titik perhentian Kapten Willard. Pertemuan dan percakapan dengan Kolonel Kurtz membuat Kapten Willard bimbang antara misi atau opini pribadinya. Willard sendiri adalah tokoh berkarakter pendiam cenderung misterius. Hampir tiap tokoh pendukung film selain figuran, memilki pengalaman sebelum dan selama perang yang berbeda-beda. Inilah yang membuat tiap tokoh menjadi unik. Inilah salah satu kekuatan dari film Apocalypse
Coppola memberi gambaran kepada kita sebagai penonton bagaimana tentara U.S. “membombardir” wilayah Vietnam secara brutal. Lalu yang coba dijawab oleh Coppola adalah pertanyaan apa yang membuat tentara U.S. begitu brutal? Jawaban yang disediakan oleh Coppola melalui Apolacypse Now (1979) adalah kondisi perang yang berkepanjangan membuat tentara frustasi (kebanyakan ingin pulang kembali ke Amerika).
Baca juga : Film We Were Soldiers (2002) : Hidup atau Mati di Pertempuran Ia Drang, Vietnam
Aksi militeristik brutal
Produknya adalah aksi militeristik brutal yang diluapkan kepada warga lokal. Salah satunya scene dimana Willard dan tentaranya yang menaiki kapal perang berpapasan dengan perahu pedagang lokal. Ketidaksabaran tentara Willard dalam menggeledah isi perahu menjadi alasan melayangnya nyawa semua orang yang berada di perahu pedagang itu.
Dan kebanyakan suasana ditiap scene adalah sama mencekamnya dengan kejadian tersebut. Raut muka dan dialog penuh kepuasan pasca aksi pembantaian diwajah tentara U.S diperlihatkan dengan apik. Film ini mengantarkan penonton kepada visualiasi keadaan masa perang Vietnam. Appocalypse Now (1979) masih menjadi film perang terbaik sejauh ini meski empat dekade telah berlalu.
Coppola seolah ingin mengatakan bahwa film perang bukan hanya tentang ledakan, darah dan kematian ditiap scene. Ada efek yang lebih dekat dengan kita sebagai individu dan juga makhluk sosial. Efek yang lebih sulit dihapuskan dari ingatan. Efek yang didapatkan tidak hanya oleh warga lokal dimana perang terjadi tetapi juga oleh tentara dikedua belah pihak.
Efek psikis bagi tentara yang menjalani perang
Coppola “sepertinya” ingin memberikan nasihat kepada dunia bahwa efek psikis bagi tentara yang menjalani perang sangat mengerikan. Apalagi jika yang mengalami goncangan seorang tentara berpangkat tinggi.
Brutalitas tentara “bawahan” kepada warga sipil terutama anak-anak yang jelas-jelas tidak bersenjata adalah salah satu akibatnya. Meski seorang tentara seyogyanya memiliki pengetahuan bahwa hak hidup adalah hak paling dasar.
Culture “feodalisme” yang dibangun membuat perintah atasan harus dilakukan tanpa tedeng aling-aling atau dipertanyakan lagi oleh si penerima perintah. Embel-embel nasionalisme dan patriotisme seringkali dijadikan pembenaran terhadap kekerasan sipil, penyerangan terhadap suatu negara, individu berpengaruh dan kelompok progresif revousioner setempat.
Baca juga : 30 April 1975, Fall of Saigon/Kejatuhan Saigon : Vietnam Selatan menyerah
Baca juga : Platoon (1986) : Film tentang kebrutalan perang dan dualitas manusia dalam konflik