Setiap negara membentuk tentara, kecuali Israel, negara ini didirikan oleh tentara. Teorinya sederhana: Kalahkan tentara, dan Israel pun berakhir.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Gaza hanya berbatasan dengan dua “negara”: Mesir dan “Israel”. Setelah kudeta di Mesir, di mana jenderal Mesir Abdel Fattah el-Sisi menangkap presiden terpilih, Morsi, dan memenjarakannya hingga kematiannya, orang mungkin berpikir bahwa aliran senjata ke Gaza akan berhenti.
Namun, bukan itu yang terjadi. Senjata terus masuk ke Gaza (diluar dari memproduksi sendiri), terlepas dari apakah ada pemerintahan yang benar-benar mewakili rakyatnya atau tidak.
Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Jika pemerintah mewakili rakyatnya, senjata mungkin masuk dengan sukarela di bawah lampu hijau pemerintah Mesir. Dalam kasus pemerintahan kudeta, pemerintahan militer, ada kemungkinan senjata masuk ke Gaza lebih besar daripada sebelumnya.
Pemerintah yang tidak terpilih yang berfungsi sebagai proxy untuk kekuatan Barat memiliki satu “Hassanat” (kebaikan), dan itu adalah, para hadirin sekalian: korupsi. Karena individu dan partai yang berkuasa di negara ini membentuk koalisi bukan berdasarkan ideologi tapi berdasarkan keuntungan, maka mereka yang membayar lebih banyak akan mendapatkan lebih banyak. Ini semua demi kepentingan pribadi orang tersebut di atas segalanya.
Dalam pemerintahan yang korup, di mana segala sesuatu bisa dijual, menjadi mudah untuk menyuap pejabat, dan lebih mudah lagi untuk menyuap petugas di lapangan.
Baca juga : Pemerkosaan sebagai Senjata Perang: Tentara Israel memiliki kepala rabi yang pernah membenarkan pemerkosaan
Baca juga : Benyamin Netanyahu, Korupsi di Angkatan Bersenjata Israel dan Pukulan mematikan Hamas