Demokrasi Palsu, Standar Ganda, Intervensi Militer dan Hukum Internasional: Mengungkap Realitas Amerika Serikat
ZONA PERANG(zonaperang.com) Di kancah global, Amerika Serikat telah lama memposisikan dirinya sebagai mercusuar demokrasi dan hak asasi manusia. Namun, kajian yang lebih mendalam mengungkap realitas yang kompleks dan sering kali kontradiktif yang menantang narasi ini.
Banyak kritikus menganggap bahwa Amerika Serikat lebih mirip dengan sebuah rejim yang tidak mengindahkan suara rakyatnya. Kita jelajahi beberapa alasan mengapa Amerika Serikat mungkin bukan negara demokrasi yang sebenarnya, termasuk standar ganda dalam hak asasi manusia (HAM) dan demokrasi, pemaksaan demokrasinya sendiri, invasi ke negara lain, penghinaan terhadap kaidah berhubungan internasional, dan pengaruhnya terhadap Dewan Keamanan PBB.
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis secara kritis perbedaan antara cita-cita demokrasi Amerika dan tindakannya, baik di dalam negeri maupun internasional.
Meskipun berwajah demokratis, Amerika Serikat sering kali gagal mewakili keinginan rakyatnya. Pengaruh lobi perusahaan dan kelompok kepentingan khusus dalam membentuk keputusan kebijakan telah membuat banyak orang mempertanyakan apakah negara tersebut merupakan demokrasi dalam praktik atau oligarki yang terselubung.
Sebuah studi tahun 2014 oleh Universitas Princeton menemukan bahwa “para elit ekonomi dan kelompok terorganisasi yang mewakili kepentingan bisnis memiliki dampak independen yang substansial terhadap kebijakan pemerintah AS, sementara warga negara biasa dan kelompok kepentingan berbasis massa memiliki sedikit atau tidak ada pengaruh independen.” Temuan ini sangat kontras dengan prinsip dasar demokrasi: pemerintahan oleh rakyat.
Baca juga : Lingkaran Kekuasaan: Dari Otoriter ke Demokrasi, Kembali ke Otoriter
Baca juga : 9 November 1979, Alarm palsu menyebabkan Amerika bersiap membalas Soviet
Meskipun Amerika Serikat bangga menjadi negara demokrasi tertua di dunia, beberapa tahun terakhir telah mengungkap kelemahan signifikan dalam sistem demokrasinya. Suara rakyat, yang seharusnya menjadi landasan demokrasi, sering kali tenggelam oleh kelompok kepentingan yang kuat dan pengaruh perusahaan.
Pertimbangkan hal berikut:
“Electoral College adalah sekelompok pemilih yang mewakili masing-masing dari 50 negara bagian di AS untuk memilih seorang presiden dan wakil. Sekelompok pemilih tersebut ditentukan oleh setiap negara bagian.”
Dalam sistem pemilihan perwakilan, gerrymandering adalah manipulasi politik batas-batas distrik pemilihan untuk menguntungkan partai, kelompok, atau kelas sosial ekonomi dalam daerah pemilihan tersebut. Manipulasi tersebut dapat melibatkan “cracking” (mengencerkan kekuatan suara pendukung partai lawan di banyak distrik) atau “packing” (memusatkan kekuatan suara partai lawan di satu distrik untuk mengurangi kekuatan suara mereka di distrik lain). Gerrymandering juga dapat digunakan untuk melindungi petahana.
Masalah sistemik ini menimbulkan pertanyaan serius tentang hakikat demokrasi Amerika yang sebenarnya. Seperti yang dicatat oleh ilmuwan politik Larry Diamond, “Amerika Serikat bukan lagi demokrasi yang berfungsi penuh.”
AS sering kali memposisikan dirinya sebagai penengah global hak asasi manusia dan demokrasi. Akan tetapi, tindakannya sering kali bertentangan dengan peran yang dideklarasikan sendiri :
“Amerika Serikat sering mengkritik negara lain atas pelanggaran hak asasi manusia sambil menutup mata terhadap pelanggarannya sendiri. Kemunafikan ini terbukti dalam beberapa hal.”
Pertimbangkan kasus Arab Saudi, sekutu lama AS meskipun catatan hak asasi manusianya buruk. Laporan Dunia Human Rights Watch tahun 2020 merinci banyak pelanggaran hak asasi manusia di kerajaan tersebut, namun AS terus mempertahankan hubungan dekat dan penjualan senjata kepada rezim tersebut.
Baca juga : Terorisme Memiliki Agamanya Sendiri: Standar Ganda dan Manipulasi
Baca juga : 05 Juni 1933, Great Depression : Dollar Amerika Serikat keluar dari standar emas dan pencurian harta dunia
Pendekatan Amerika terhadap hubungan internasional sering kali mengabaikan norma dan hukum yang telah ditetapkan:
Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Amerika Serikat memegang kekuasaan yang signifikan untuk membentuk urusan global. Namun, pengaruh ini sering digunakan untuk melindungi kepentingan Amerika daripada mempromosikan perdamaian dan keamanan global:
Pendekatan selektif terhadap tata kelola internasional ini merusak kredibilitas PBB dan kerja sama global.
Amerika Serikat memberi entitas penjajah Israel sekitar $3,8 miliar bantuan militer setiap tahunnya, meskipun tantangan dalam negeri terus meningkat.
Banyak kritik menyatakan bahwa alokasi dana AS kepada kolonial Israel jauh lebih besar dibandingkan dengan upaya untuk mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan sosial di dalam negeri. Meskipun banyak warga Amerika menghadapi tantangan ekonomi, pemerintah lebih memilih untuk memberikan dukungan finansial kepada entitas penjajah seperti Israel, yang dianggap lebih penting secara strategis daripada memajukan kesejahteraan rakyatnya sendiri.
‘Dukungan finansial besar kepada penjajah Israel yang kontroversial di banyak mata dunia ini memunculkan pertanyaan mengenai keberpihakan Amerika dan minimnya prioritas untuk kesejahteraan rakyatnya sendiri.’
Baca juga : Mengapa Barat Ingin Membunuh Gaddafi: Mata Uang Emas dan Kemandirian
Baca juga : “Kehancuran Amerika: Mengintip Masa Depan Suram dalam Film Civil War”
Karameh: Pertempuran yang Membentuk Identitas Palestina Subuh itu, 21 Maret 1968, langit di atas Karameh,…
Dalam dunia epigrafi Jawa Kuno, prasasti tidak sekadar catatan sejarah—ia adalah senjata politik. Prasasti Mpu…
Inspirasi untuk Film "Life of Pi": Kisah Poon Lim konon menjadi inspirasi novel "Life of…
Helikopter Boeing Vertol CH-46 Sea Knight adalah salah satu pencapaian teknologi penerbangan yang paling signifikan…
Train to Busan: Ketegangan Tanpa Akhir di Rel Kemanusiaan Train to Busan (2016), karya sutradara…
Perang dagang telah menjadi bagian integral dari sejarah Amerika Serikat, mencerminkan dinamika ekonomi, politik, dan…