Seorang pekerja kantoran yang menderita insomnia karena tekanan pekerjaan dan seorang pembuat sabun, membentuk klub perkelahian bawah tanah tetapi berkembang menjadi lebih dari itu
ZONA PERANG(zonaperang.com) Fight Club adalah sebuah film Amerika Serikat tahun 1999 yang disutradarai oleh David Fincher (Panic Room) dan dibintangi oleh Brad Pitt (Troy), Edward Norton ( Kingdom of Heaven), dan Helena Bonham Carter (Harry Potter). Film ini didasarkan pada novel tahun 1996 dengan judul yang sama karya Chuck Palahniuk.
Norton berperan sebagai narator yang tidak disebutkan namanya, yang tidak puas dengan pekerjaan kerah putihnya. Dia membentuk “klub perkelahian” dengan penjual sabun Tyler Durden (Pitt), dan terlibat dalam hubungan dengan seorang wanita misterius, Marla Singer (Bonham Carter).
“Kamu bukanlah pekerjaanmu! Kamu bukanlah seberapa banyak uangmu di bank! Kamu bukanlah mobil yang kamu kendarai! Kamu bukanlah isi dompetmu! Kamu bukanlah celana khaki bajinganmu! Kamu semua adalah kotoran dunia yang menari dan bernyanyi!” demikian kutipan legendaris Tyler Durden di film Fight Club (1999).
Film ini difilmkan di dan sekitar Los Angeles dari Juli hingga Desember 1998. Dia dan para pemeran membandingkan film tersebut dengan Rebel Without a Cause (1955) dan The Graduate (1967), dengan tema konflik antara Generasi X dan sistem nilai periklanan.
Baca juga : Film The Thin Red Line (1998) : Konflik Guadalcanal di Teater Pasifik dalam Perang Dunia ke-2
Film kultus yang mendefinisikan zaman
Para eksekutif studio tidak menyukai film tersebut, dan mereka merestrukturisasi kampanye pemasaran yang dimaksudkan Fincher untuk mengurangi kerugian yang diantisipasi. Fight Club gagal memenuhi ekspektasi studio di box office, dan menerima reaksi yang terpolarisasi dari para kritikus.
Dengan biaya $65 million ($117,763,145 ), film ini mampu meraup keuntungan tanpa diduga hingga $101.2 million ($183,348,158 nilai 2023).
Film ini digolongkan sebagai salah satu film paling kontroversial dan paling banyak dibicarakan pada tahun 1990-an. Film ini kemudian meraih kesuksesan komersial dengan perilisan video rumahannya, menjadikan Fight Club sebagai film klasik yang dikultuskan dan menyebabkan media mengunjungi kembali film tersebut. Pada tahun 2009, pada ulang tahun kesepuluh perilisan film ini, The New York Times menjulukinya sebagai “film kultus yang mendefinisikan zaman kita.”
Baca juga : Pertempuran Bojong Kokosan 1945 : Perang Konvoi Pertama di Indonesia
Plot
Film ini berkisah tentang seorang pekerja (Edward Norton) di Amerika Serikat. Pekerja tanpa nama ini menjadi narator Fight Club. Narator yang tidak pernah disebut namanya ini mengidap insomnia karena tekanan kerja. Dia menemukan pelampiasan dari tekanan ini dengan dua cara: belanja perabotan dan menghadiri konseling dalam support group.
Cara pertama ditunjukkan dengan isi apartemen narator yang penuh perabotan terbaru IKEA. Dia menghabiskan gajinya untuk menciptakan sebuah rumah yang nyaman. Sedangkan cara kedua dilakukan lebih ekstrem. Dia menghadiri konseling dengan menyamar. Dia mengaku mengidap berbagai jenis penyakit agar diterima dalam kelompok tersebut. Di sini narator bertemu dengan Marla Singer (Bonham Carter) yang melakukan hal serupa.
Tekanan dunia kerja
Cerita berlanjut saat si pekerja berada dalam penerbangan setelah kunjungan bisnis. Narator bertemu dengan Tyler Durden (Brad Pitt), seorang wirausahawan pembuat sabun. Setelah berkenalan dan bertukar kartu nama, cerita berlanjut pada musibah yang menimpa narator. Apartemen miliknya berikut isinya terbakar habis. Musibah ini memaksa narator menghubungi Tyler untuk meminta bantuan.
Mereka berdua menghabiskan malam di sebuah bar. Setelah minum-minum, Tyler mengajak narator untuk berkelahi. Bukan karena marah atau baper, tapi untuk melepaskan emosi yang terpendam. Perkelahian dua orang ini berujung pada terbentuknya Fight Club, sebuah kelompok yang menghabiskan akhir pekan untuk berkelahi. Alasan mereka sama, yaitu meluapkan emosi yang tertimbun selama hari kerja.
Lambat laun klub bertarung yang mereka dirikan juga membuat keduanya terlibat dalam masalah besar, dan berujung pada konsekuensi yang tidak terduga.
Baca juga : (Film) “Sky Fighters” : Top Gun Perancis tanpa Rekayasa Komputer
Baca juga : Insiden Bawean 2003 : Aksi Koboi F/A-18 US Navy Vs F-16 TNI-AU di Atas Laut Jawa