- Hassan Nasrallah: Perjalanan Seorang Pemimpin yang Berani dan Berdedikasi
- Hassan Nasrallah, seorang pemimpin yang sangat berpengaruh dalam sejarah modern, telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam perjuangan politik dan militer di Lebanon. Dari kehidupan pribadi yang sederhana hingga kiprahnya sebagai Sekretaris Jenderal Hizbullah, Nasrallah telah menunjukkan keberanian dan dedikasi yang luar biasa.
- Nasrallah juga dikenal karena perannya dalam Perang Lebanon 2006 yang mempermalukan Israel dan keterlibatan Hezbollah dalam perang saudara Suriah, di mana mereka mendukung rezim Bashar al-Assad.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Hassan Nasrallah, sosok yang dikenal luas sebagai pemimpin Hezbollah, kelompok politik dan militer Lebanon, telah menjadi salah satu figur paling berpengaruh di Timur Tengah. Kehidupan dan perjalanan Nasrallah dari masa kecilnya hingga menjadi pemimpin dalam perjuangan Hezbollah menunjukkan sosok yang penuh dedikasi terhadap keyakinan dan ideologi.
Awal Kehidupan dan Pendidikan
Hassan Nasrallah lahir pada 31 Agustus 1960 di Bourj Hammoud, sebuah daerah pinggiran kota Beirut, Lebanon. Ia lahir dalam keluarga Syiah yang berasal dari desa Al-Bazouriya di selatan Lebanon, sebuah kawasan yang sangat dipengaruhi oleh ketegangan politik dan militer antara Lebanon dan penjajah Israel. Ia berasal dari keluarga Syiah yang sederhana Ayahnya, Abdul Karim Nasrallah, bekerja sebagai penjual buah dan sayuran. Meskipun keluarganya tidak terlalu religius, Hassan Nasrallah tertarik pada studi teologi sejak kecil.
Pada usia muda, Nasrallah pindah ke selatan Lebanon untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah Syiah lokal. Kecerdasan dan ketekunannya dalam belajar segera terlihat, dan dia mulai mempelajari studi agama di bawah bimbingan tokoh-tokoh Syiah terkemuka. Pada usia remaja, ia bergabung dengan Amal, sebuah organisasi politik Syiah di Lebanon yang berjuang untuk hak-hak komunitas Syiah.
“Nasrallah bersekolah di sekolah al-Najah dan kemudian sekolah umum di lingkungan yang didominasi Kristen di Sin el Fil Beirut. “
Namun, pendidikan agama Nasrallah tidak berhenti di Lebanon. Pada tahun 1976, ketika perang saudara Lebanon meletus, ia dikirim oleh Amal ke Najaf, Irak, untuk melanjutkan studinya di Hawza, salah satu pusat pendidikan agama Syiah terkemuka di dunia. Di sini, Nasrallah bertemu dan belajar di bawah ulama Syiah terkenal, termasuk Ayatollah Muhammad Baqir al-Sadr, yang memiliki pengaruh besar dalam pembentukan pemikiran politik dan ideologi Nasrallah.
Pada tahun 1989, ia pergi ke Qom, Iran, untuk melanjutkan studi agamanya. Nasrallah percaya bahwa Islam memegang solusi untuk masalah masyarakat mana pun dan bahwa Islam bukanlah agama yang sederhana termasuk hanya doa dan pujian, melainkan pesan ilahi yang dirancang untuk kemanusiaan.
Baca juga : 2020 Beirut explosion: Mengapa ledakan di Ibukota Lebanon ini begitu dahsyat?
Baca juga : 16 September 1982, Pembantaian di kamp pengungsi Sabra dan Shatila Lebanon
Keterlibatan dalam Perjuangan dan Lahirnya Hezbollah
Pada akhir 1970-an, situasi politik di Lebanon semakin tegang, terutama dengan meningkatnya invasi Israel ke wilayah selatan Lebanon. Ketika Nasrallah kembali ke Lebanon, dia menjadi semakin kritis terhadap strategi Amal yang dianggapnya kurang efektif dalam melawan agresi Israel. Hal ini mendorongnya untuk bergabung dengan kelompok yang lebih radikal dan lebih militan, yang kemudian dikenal sebagai Hezbollah.
Pada 1982, invasi besar-besaran Israel ke Lebanon menjadi titik balik bagi Nasrallah. Bersama dengan para pejuang Syiah lainnya, dia berperan dalam pembentukan Hezbollah, kelompok yang berfokus pada perlawanan militer terhadap Israel dan pembebasan wilayah Lebanon yang diduduki. Didorong oleh dukungan Iran, khususnya setelah Revolusi Iran pada tahun 1979, Hezbollah menjadi semakin kuat, baik sebagai kelompok militer maupun politik.
“Sejak itu, Nasrallah menjadi Sekretaris Jenderal ketiga dan saat ini dari partai politik dan paramiliter Lebanon, Hizbullah.”
Nasrallah dengan cepat naik ke posisi kepemimpinan di Hezbollah. Setelah kematian Abbas al-Musawi, pemimpin Hezbollah sebelumnya yang tewas dalam serangan Israel pada 1992, Nasrallah terpilih untuk menggantikannya sebagai Sekretaris Jenderal Hezbollah. Di bawah kepemimpinannya, Hezbollah berkembang menjadi kekuatan yang lebih tangguh, mampu menggabungkan perlawanan bersenjata dengan pengaruh politik yang signifikan di dalam negeri.
Kiprah dalam Perjuangan Melawan Israel
Hassan Nasrallah dikenal karena kepemimpinannya yang karismatik dan strategis dalam memimpin Hezbollah melawan kolonial Israel. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah keberhasilan Hezbollah memaksa Israel mundur dari Lebanon selatan pada tahun 2000, setelah hampir dua dekade pendudukan. Peristiwa ini dipandang sebagai kemenangan besar bagi Nasrallah dan memperkuat posisinya di mata banyak orang, tidak hanya di Lebanon tetapi juga di seluruh dunia Arab.
“Nasrallah memimpin Hezbollah dalam berbagai konflik, termasuk Perang Lebanon 2006, di mana Hezbollah berhasil menahan serangan Israel dan memperoleh kemenangan strategis.”
Nasrallah juga memimpin Hezbollah selama perang Israel-Hezbollah 2006, konflik selama 34 hari yang terjadi setelah penculikan dua tentara Israel oleh pejuang Hezbollah. Meskipun Lebanon mengalami kerusakan besar akibat serangan Israel, Hezbollah dianggap berhasil bertahan, yang sekali lagi mengokohkan status Nasrallah sebagai pemimpin militer yang efektif.
Kehidupan Pribadi dan Pandangan Ideologis
Di luar medan politik dan militer, Hassan Nasrallah menjalani kehidupan pribadi yang sederhana dan sering menjauh dari sorotan media, terutama karena alasan keamanan. Ia dikenal sebagai pribadi yang sangat religius dan berpegang teguh pada ajaran Syiah, yang juga mencerminkan gaya hidup dan kepemimpinannya.
Secara ideologis, Nasrallah adalah pendukung utama perlawanan Islam melawan penjajahan dan intervensi asing di dunia Muslim. Dalam pidato-pidatonya, ia sering menekankan pentingnya perjuangan melawan Israel dan pendukung-pendukungnya di Barat, terutama Amerika Serikat. Di sisi lain, ia juga seorang politisi pragmatis yang mampu bernegosiasi dan menjalin hubungan dengan berbagai kekuatan politik di Lebanon, termasuk mereka yang berbeda pandangan.
Warisan dan Dampak Kepemimpinan
Hassan Nasrallah memimpin Hezbollah dengan tangan keras, meskipun ia jarang tampil di depan publik karena ancaman pembunuhan dari musuh-musuhnya, terutama penjajah Israel. Pengaruhnya tidak terbatas pada komunitas Syiah Lebanon, tetapi juga meluas ke seluruh kawasan Timur Tengah, di mana banyak yang melihatnya sebagai simbol perlawanan terhadap dominasi asing.
Kepemimpinan Nasrallah telah meninggalkan jejak mendalam dalam politik Lebanon dan perimbangan kekuasaan di Timur Tengah. Di bawah komandonya, Hezbollah telah berkembang dari kelompok militan menjadi aktor politik utama di Lebanon, yang memiliki kursi di parlemen dan berperan penting dalam berbagai isu domestik dan regional.
Baca juga : Genjutsu Israel: Menguak Taktik Ilusi Dibalik Kekuatan Militer Super dan “Kepintaran” kaum pilihan
Kematian
Pada tanggal 27 September 2024, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan bahwa angkatan udaranya telah menyerang markas utama Hezbollah di Beirut dengan tujuan untuk membunuh Hassan Nasrallah. Pada tanggal 28 September, militer Israel menyatakan bahwa Nasrallah tewas dalam serangan tersebut.
Bagaimana mata-mata Zionis Israel menyusup ke Hizbullah
- Setelah perang tahun 2006, Israel mengalihkan fokusnya untuk mengumpulkan informasi intelijen yang lebih komprehensif tentang Hizbullah. Ini termasuk mempelajari ambisi politik kelompok tersebut, hubungan dengan Garda Revolusi Iran, dan hubungan dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
- Perluasan kelompok tersebut, khususnya keterlibatannya dalam perang saudara Suriah, menciptakan kelemahan yang dapat dieksploitasi oleh intelijen Israel.
- Israel menggunakan teknologi modern, termasuk satelit mata-mata, pesawat nirawak, dan kemampuan peretasan siber. Mereka juga menggunakan algoritma untuk menyaring sejumlah besar data.
- Dalam perang tahun 2006 dengan Hizbullah, penjajah Israel mencoba membunuh Hassan Nasrallah tiga kali.
- Satu serangan udara gagal — pemimpin Hizbullah sebelumnya telah meninggalkan tempat itu. Yang lainnya gagal menembus beton bunker bawah tanahnya.
- Pada Jumat malam, militer kolonial Israel memperbaiki kesalahan tersebut.
- Kawah besar terbentuk setelah serangan udara dengan banyak bom penghancur bunker yang beratnya masing-masing sekitar 2.000 pon(904kg), ditembakkan dari jet F-15I Skuadron ke-69 IAF.
Baca juga : Kisah Semut Ibrahim: Simbol Kecil dari Perjuangan Besar